Cari Blog Ini

Kamis, 19 Agustus 2010

Lailatul Qodar


Ramadhan, bulan penuh limpahan nikmat adalah merupakan salah satu sarana yang Allah berikan kepada kita agar memperoleh ampunan-Nya. Banyak sekali kelebihan-kelebihan yang Allah berikan kepada hamba-Nya melalui Ramadhan ini, sehingga wajar kalau Rasulullah mengekspresikan keutamaannya dengan perkataan,

“Apabila umat ini tahu apa yang ada dalam Ramadhan, niscaya mereka akan mengharapkan hal itu selama satu tahun penuh.” (HR Tabrani).

Bahkan salah satu malam yang diselimuti keberkahan hanya terdapat pada salah satu malam di bulan Ramadhan. Betapa agungnya Ramadhan sehingga tak ada selainnya yang mendapatkan malam mulia yang lebih baik dari seribu bulan. …yah malam yang banyak di kenal dengan sebutan Lailatur Qodar. Rasulullah saw, bersabda,

“Barangsiapa yang beribadah pada malam Lailatul Qadar, niscaya diampuni dosa-dosanya yang sudah lewat”. (HR Bukhari dan Muslim)

Lailatul Qadar (atau lebih dikenal dengan malam qadar) mempunyai keutamaan yang sangat besar, karena malam tersebut diturukanya Al-Qur`an, yang merupakan pedoman hidup kaum muslimin untuk mencapai kemuliaan dan mengangkatnya ke derajat yang tinggi dan abadi. Umat Islam yang mengikuti Sunnah Rasulnya berlomba-lomba untuk beribadah di malam harinya di bulan puasa dengan penuh iman dan mengharap pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Rasulullah saw banyak menjelaskan pada kita tentang berbagai keutamaan malam yang penuh berkah ini. Sebagai malam yang terbaik dan paling barokah diantara malam yang ada, didalamnya Allah telah menjanjikan pada hambanya yang ikhlas dan berharap untuk mendapatkan perlindungan-Nya di hari akhir, akan melipatgandakan sampai 1000 bulan untuk amal-amalan kebaikan yang dilakukan pada malam ini. Allah telah berfirman :

Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur'an pada lailatul Qadar, tahukah engkau apakah lailatul Qadar itu ? Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan, pada malam itu turunlah melaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Allah Tuhan mereka (untuk membawa) segala urusan, selamatlah malam itu hingga terbit fajar" (Al-Qadr : 1-5]

Lailatul Qodar Malam turunnya Al-Quran secara sekaligus ke baitul izzah di langit dunia malam itu lebih baik daripada seribu bulan dalam hal kemuliaan, keutamaan dan banyaknya pahala. Malaikat-malaikat turun, sedang malaikat tidaklah turun kecuali membawa kebaikan, berkah dan rahmat.Dan pada malam itu dijelaskan segala urusan yg penuh hikmah,

"Sesungguh Kami menurunkan pada suatu malam yg diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguh Kami adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Ad Dukhan : 3 - 6)

Bahkan Lailatul Qodar bisa di maknai malam kemuliaan 1000 bulan Terdapat beberapa pendapat ulama seputar makna tersebut :

“Malam kemuliaan itu lebih baik dari 1000 bulan”. (QS. Al Qadar: 2).

Artinya, makna 1000 bulan diartikan sesuai tulisan, yaitu benar-benar 1000 bulan. Ini berdasarkan sebuah hadis yang menyebutkan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW menyebutkan kisah empat orang Bani Israil –Ayyub, Zakariya, Hezkiel dan Yosua bin Nun- yang menyembah Allah SWT selama 80 tahun, tidak pernah sekedip matapun mereka berbuat maksiat kepada Allah SWT. Lantas para sahabat Rasulullah SAW merasa kagum dengan kisah tersebut. Kemudian Malaikat Jibril datang dan berkata,

“Wahai Muhammad, ummatmu kagum dengan mereka yang menyembah Allah SWT selama 80 tahun, sedangkan Allah SWT telah menurunkan kepadamu sesuatu yang lebih baik dari itu”, kemudian Malaikat Jibril membaca surat Al Qadar dan berkata, “Ini lebih mengagumkan bagi engkau dan ummatmu”. Hal itu membuat Rasulullah SAW merasa bahagia.

Atau bisa dimaknai nilai 1000 adalah sebuah kiasan yang berarti banyak. Jumlah bilangan 1000 selalu digunakan bangsa Arab masa lalu untuk menunjukkan sesuatu yang banyak, seperti yang terdapat dalam ayat: “Salah seorang di antara mereka ingin agar usianya dipanjangkan hingga 1000 tahun”. (QS. Al Baqarah: 96).

Waktu Terjadinya Lailatul Qodar

Banyak kisah yang dapat di jadikan dasar mengenai turunya lailatur qodar ada yang mempercayai dimalam kedua puluh tujuh, ada juga yang mengatakan malam kedua puluh satu, dua puluh tiga, atau dua puluh lima. Sebagian lain mengatakan malam ke dua puluh sembilan. Banyak hadist dan pendapat mengenai waktu turunya Lailatur Qodr yang di jadikan rujukan. Lailatul Qodar terjadi pada malam-malam ganjil di bulan Ramadhan. Ada juga yang bependapat, terjadi pada malam 17 Ramadhan, berdasarkan ayat berikut:

“…dan apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan”. (QS. Al Anfal: 41).

Al Furqan adalah pemisah antara yang hak dan yang batil. Hari jelasnya kemenangan orang-orang Islam dan kekalahan orang-orang kafir. Hari bertemunya dua pasukan besar itu terjadi pada perang Badar yaitu hari Jumat tanggal 17 Ramadhan tahun ke II Hijrah. Lailatul Qodar terjadi pada malam 27 Ramadhan, berdasarkan beberapa hadis yang mengisyaratkan hal itu.

Kemudian diketahui ada kisah dalam Sunnah, pemberitahuan ini ada, karena perdebatan para shahabat. Dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar pada Lailatul Qadar, lalu ada dua orang sahabat berdebat, maka beliau bersabda:

“Aku keluar untuk mengkhabarkan kepada kalian tentang Lailatul Qadr, tetapi fulan dan fulan berdebat hingga diangkat (tidak bisa lagi diketahui kapan kepastian lailatul qadr terjadi), semoga ini lebih baik bagi kalian, maka carilah pada malam 29, 27 dan 25.” (HR. Al-Bukhariy 2023)

Pendapat yang paling kuat dan sering dipercayai, terjadinya Lailatul Qadar itu pada malam di akhir-akhir bulan Ramadhan sebagaimana ditunjukkan oleh hadits ‘A`isyah, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan beliau bersabda:

“Carilah Lailatul Qadr di malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Al-Bukhariy no.2017 dan Muslim no.1169)

Jika seseorang merasa lemah atau tidak mampu, maka janganlah sampai terluput dari tujuh hari terakhir, berdasarkan riwayat dari Ibnu ‘Umar, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Carilah di sepuluh hari terakhir, jika salah seorang di antara kalian tidak mampu atau lemah maka jangan sampai terluput dari tujuh hari sisanya.” (HR. Muslim no.1165)

Banyak hadits yang mengisyaratkan bahwa Lailatul Qadr itu terjadi pada sepuluh hari terakhir. Maka di malam-malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan persiapkan diri kita untuk meraih kemuliaan Allah SWT karena disitulah discount pahala besar-besaran.

Tanda-tanda Lailatul Qodar


Terdapat beberapa hadits yang menjelaskan tanda-tanda Lailatul Qadar, di antaranya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Al Baihaqi dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit:

“Di antara tanda Lailatul Qadar, suatu malam yang cerah, bersih, tenang, tidak panas dan tidak pula dingin, seakan-akan terdapat bulan yang bersinar, tidak satu bintangpun terbit hingga subuh”.

Terdapat juga beberapa hadits seirama, disebutkan Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, walaupun hadis-hadis tersebut tidak sampai ke derajat hadis shahih:

“Sesungguhnya tanda Lailatul Qadar adalah, suatu malam yang bersih, cerah, seakan-akan terdapat bulan purnama yang bersinar, malam yang tenang dan teduh, tidak dingin dan tidak pula panas, bintang-bintang tidak terbit muncul hingga subuh”.

Dalam hadis lain disebutkan:

“Tanda Lailatul Qadar, matahari terbit di pagi harinya dalam keadaan normal, tidak terdapat cahaya padanya, seperti bulan di malam purnama, syetan tidak diperkenankan keluar pada malam itu”.

Memang kalau di lihat dari teksnya sangat aneh tapi itulah hadist yang kadang di luar batas penalaran kita. Ada juga sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud Ath-Thayalisi yang beliau riwayatkan dari Zam’ah dari Salamah bin Wahram dari ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah SAW bersabda tentang Lailat Al Qadar:

“Suatu malam yang teduh dan cerah, tidak panas dan tidak pula dingin, pada pagi harinya matahari terbit dengan cahaya lemah memerah”.

Dari Ubaiy, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

“Pagi hari malam Lailatul Qadr, matahari terbit tidak ada sinar yang menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi.” (HR. Muslim no.762)

Dan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

“Malam Lailatul Qadr adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, dan keesokan harinya sinar mataharinya melemah kemerah-merahan.” (HR. Ath-Thayalisiy 349, Ibnu Khuzaimah 3/231 dan Al-Bazzar 1/486, sanadnya hasan)

Itu contoh hadist yang menggambarkan ketika Lailatul Qodar turun.

Bagaimana Mencari Lailatul Qadar?

Karena Lailatul Qodr terjadi setahun sekali yaitu bertepatan dengan amalan ibadah puasa bulan Ramadhan, maka rugilah kita kalau menyia-yiakannya. Maka perbanyaklah amalan di sepuluh hari terahir jangan sampai terlewat walau itu hanya sehari. Bila perlu bagi yang siang harinya menjalankan aktivitas ambilah libur untuk persiapan malam harinya.

Oleh karena itu alangkah baiknya bagi muslimin agar bersemangat dalam melakukan ketaatan kepada Allah untuk menghidupkan malam Lailatul Qadar seperti melakukan shalat tarawih, membaca Al-Qur`an, menghafalnya dan memahaminya serta amalan yang lainnya, yang dilakukan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala-Nya yang besar. Jika dia telah berbuat demikian maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa shalat malam/tarawih (bertepatan) pada malam Lailatul Qadr dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhariy 38 dan Muslim no.760)

Disunnahkan untuk memperbanyak do’a pada malam tersebut. Diriwayatkan dari ‘A`isyah, dia berkata: Aku bertanya: Ya Rasulullah, apa pendapatmu jika aku tahu kapan Lailatul Qadr (terjadi), apa yang harus aku ucapkan? Beliau menjawab: Ucapkanlah.....

اَللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

“Ya Allah, Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku.” (HR. At-Tirmidziy 3760 dan Ibnu Majah 3850, sanadnya shahih)..

Dari ‘A`isyah berkata:

“Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila masuk pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, beliau menghidupkan malamnya, membangunkan keluarganya, dan bersungguh-sungguh serta mengencangkan kainnya (yaitu menjauhi istri-istrinya untuk konsentrasi beribadah dan mencari Lailatul Qadr).” (HR. Al-Bukhariy no.2024 dan Muslim no.1174)

Begitu bermaknanya malam kodar buat umat Islam sampai Rosululullah menganjurkan berkali-kali lewat beberapa hadistnya. Kita sebagai umatnya yang jelas-jelas banyak melakukan kesalahan dan dosa besar, kadang meremehkan arti Islam itu sendiri, marilah di bulan Ramadhan ini bukan hanya kembali ke jalan Allah SWT dan kembali ke Al-qur’an dan Sunah Rasul. Tapi lebih kepada intropeksi diri sejauh mana posisi keimanan kita. Jangan hanya sekedar ikut hura-hura menyambut Idul Fitri yang akan hadir setelah ini…ayo tempatkan posisi anda yang sebenarnya Ramadhan akan segera berakhir di tahun ini.

Sebelum dan sesudahnya saya mohon maaf kalau ada kesalahan kata, tak lupa saya mengucapkan…..Selamat Hari Raya Idul Fitri Taqobalallahu minna wa minkum Mohon maaf lahir dan bathin….

Selasa, 10 Agustus 2010

Memaknai Puasa Bulan Ramadhan

Sekarang kita berada di bulan Ramadhan bulan yang penuh rahmat, bulan yang penuh keutamaan, karena di bulan inilah umat islam diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa. Walau berat sebagai manusia yang beriman tentu perintah itu sebagai hal yang biasa-biasa saja karena memang ayat tersebut di peruntukan bagi orang yang beriman, coba simak baik-baik ayat berikut ini :


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan bagi kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan bagi orang-orang sebelummu, agar kamu bertakwa” [Al Baqarah:183]

Jelas sebagai orang yang beriman hukumnya wajib, bagi yang tidak beriman berarti tidak termasuk di dalam ayat ini, kemudian apakah orang yang tidak beriman terbebas dari kewajiban puasa Ramadhan?.

Pengertian Iman dalam Islam menempati posisi amat penting dan strategis sekali. Karena iman adalah asas dan dasar bagi seluruh amal perbuatan manusia. Tanpa iman tidaklah sah dan diterima amal perbuatannya. Firman Allah SWT dalam Qur’an Surah An-Nisa’ 124 yg artinya

Barangsiapa yg mengerjakan amal-amal shaleh baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yg beriman maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.”

Juga dalam Qur’an Surah Al-Isra’ 19 yg artinya

Dan barangsiapa yg menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu’min maka mereka itu adalah orang-orang yg usahanya dibalasi dengan baik.”

Dengan demikian iman itu bukan sekedar pengertian dan keyakinan dalam hati, bukan sekedar ikrar degan lisan dan bukan sekedar amal perbuatan saja tapi hati dan jiwa kosong. Dan yang terpenting Iman itu bukanlah sekedar angan-angan dan bukan pula sekedar basa-basi degan ucapan akan tetapi sesuatu keyakinan yang terpatri dalam hati dan dibuktikan degan amal perbuatan.

Nikmatnya Ramadan..

Terkadang pemahaman makna bulan Ramadhan sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja bulan yang setiap tahunya berulang terus. Jangan cuma tau bahwa di bulan Ramadhan ada perintah puasa, bulan turunnya Al-Qur’an, adanya shalat tarawih di setiap malamnya yang di bulan-bulan biasa tidak ada, adanya perintah mengeluarkan zakat fitrah dan sebagainya yang pada akhirnya merayakan idul fitri dimana orang-orang bersuka ria dengan gaya busana serba baru.

Salah satu keistimewaan bulan Ramadhan adalah Allah SWT membuka peluang lebar-lebar bagi hambanya untuk membersihkan dosa dan kesalahan yang selama ini dilakukan asal mau melaksanakan puasa Ramadhan dengan landasan iman dan ikhlas serta tidak melakukan berbagai macam dosa-dosa.

Begitu banyak pujian Allah untuk bulan Ramadhan dan keistimewaan yang diberikan Allah untuk orang-orang yang berpuasa. Berbeda dengan ibadah yang lain, puasa dinyatakan untuk Allah sendiri.
Bahkan dikatakan, bau mulut orang yang berpuasa (dan itu wajar karena seharian tidak kemasukan makanan atau minuman) ternyata di hadapan Allah lebih harum daripada bau minyak kesturi.

" Sungguh, demi Zat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada Hari Kiamat darpada wangi minyak kesturi”. (HR Muslim).

Dalam bulan Ramadhan, Allah yang Maha Pemurah menjadi lebih pemurah lagi, dilipatkangandakan-Nya perhitungan pahala orang yang berbuat kebajikan. Siapa saja yang melakukan ibadah sunnah dihitung melakukan kewajiban dan yang melakukan kewajiban dilipatkangandakan pahalanya 70 kali dibandingkan dengan melakukan kewajiban di luar bulan Ramadhan. Bahkan Allah juga akan menambah rezeki orang-orang beriman di bulan puasa ini.

”Sesungguhnya engkau akan dinaungi bulan yang senantiasa besar lagi penuh berkah, bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Ramadhan adalah bulan sabar dan sabar pahalanya surga. Ramadhan adalah bulan pemberian pertolongan dan bulan Allah menambah rezeki orang Mukmin”. (HR al-Bukhari dan Muslim).

Dikatakan juga bahwa puasa memberikan kebahagiaan kepada yang melakukan, yakni ketika berbuka dan ketika bertemu Allah SWT kelak.

”Untuk orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan: ketika berbuka, ia senang dengan bukanya ketika berjumpa dengan Allah kelak, ia senang dengan puasanya”. (HR Muslim).

Sepanjang hidup kita, tak terhitung sudah kita makan berbagai makanan. Akan tetapi, mengapa setiap berbuka, kita merasakan sesuatu yang berbeda. Ada perasaan lega, syukur, nikmat dan bahagia yang tak terucapkan. Semua itu tentu hanya bisa dirasakan oleh orang yang menjalankan puasa. Tidak aneh, saat berbuka adalah waktu yang ditunggu-tunggu oleh siapapun yang berpuasa.

Dan saat bertemu dengan Allah, Nabi menyatakan bahwa puasa akan memberikan syafaat (pertolongan) kepada yang melakukannya dan menghindarkannya dari jilatan api neraka. Puasa dan Al-Quran akan memberi syafaat pada Hari Kiamat. Berkata Puasa,

“Ya Tuhan, Engkau larang hamba-Mu makan dan memuaskan syahwat pada siang hari, dan sekarang ia meminta syafaat padaku karena itu.” (HR Ahmad).

”Tidak berpuasa seorang manusia satu hari dalam jihad fi sabilillah kecuali dengan itu Allah menghindarkan dirinya dari neraka selama tujuh puluh tahun”. (HR al-Bukhari dan Muslim).

Ramadhan Yang Sia-Sia

Setelah puasa Ramadhan sekian hari lamanya, apa yang sudah kita dapatkan dari puasa kali ini? tentu jawabanya kembali pada bagaimana kita memahami puasa Ramadhan itu sendiri. Bila puasa dipahami hanya sekadar tidak makan dan minum serta tidak melakukan yang membatalkan puasa, tentu cuma itu pula yang akan didapat. Puasa memang merupakan ibadah dalam bentuk tidak mengkonsumsi makanan dan minuman serta tidak melakukan hal yang membatalkan puasa pada siang hari Ramadhan. Itu betul. Akan tetapi, Nabi sendiri menyatakan:

Bukanlah puasa dari sekadar menahan makan dan minum tapi puasa yang sesungguhnya adalah menahan dari laghwu dan rafats. (HR Ibn Khuzaimah).

Itu menunjukkan bahwa ada makna yang lebih dalam dari sekadar menahan lapar dan dahaga.
Selama puasa, kita dilarang makan dan minum serta berhubungan seksual dengan istri atau suami kita. Padahal, makanan dan minuman itu halal, serta suami atau istri pun juga halal. Ternyata, dengan tekad dan kemauan yang besar, kita bisa. Nah, bila untuk menjauhi yang halal saja bisa, mestinya dengan tekad yang sama, semua perkara yang haram, lebih bisa lagi kita ditinggalkan.

Puasa Ramadhan memang adalah bulan riyadhah (latihan) untuk meningkatkan kemauan untuk taat kepada aturan Allah. Bila berhasil, nanti di penghujung bulan Ramadhan kita benar-benar bisa disebut muttaqin (orang yang bertakwa), yakni orang yang mempunyai kemauan yang kuat untuk senantiasa melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT. Artinya, semestinya pada bulan lain setelah Ramadhan, kita menjadi lebih taat kepada syariat-Nya.

Mengapa kenyataannya tidak demikian? Tetap saja, kemaksiatan terjadi di mana-mana. Karena Indonesia mayoritas penduduknya Muslim, pelaku kejahatan juga tentu kebanyakan Muslim. Pelacuran dan perjudian marak di mana-mana; pornografi dan pornoaksi tetap saja terjadi; korupsi makin menjadi-jadi; dan sebagainya. Jika demikian, mana pengaruh puasa yang setiap tahun dilaksanakan?

Kita ternyata memang selama ini kurang peduli terhadap esensi ibadah. Shalat rajin, maksiat juga rajin. Haji ditunaikan, korupsi digalakkan. Bacaan al-Quran dilombakan, tetapi ajarannya dilecehkan. Seperti kata Nabi dalam sabdanya :

”Betapa banyak orang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan betapa banyak orang yang menghidupkan malam tidak mendapatkan apa-apa kecuali begadangnya saja”. (HR Ibnu Majah).

Memang, pengennya ketika Ramadhan, maksiat serta merta berhenti, atau malah lenyap sekalian. Tapi lain harapanya, lain pula dalam kenyataan. Di satu sisi, kita nggak menutup mata kalau memang ada perubahan yang berarti bagi sebagian dari kita. Tapi kita juga prihatin, sebab masih ada juga yang nggak kenal kata akhir dalam maksiat. Ramadhan dibabat juga. Orang model begini memang rada susah diajak untuk baik.

Ramadhan, bagi sebagian dari kaum muslimin yang masih getol maksiat, tidak membuat mereka berhenti dan meninggalkan kebiasaan buruk dan terkutuknya itu. Malah tetap maju terus pantang mundur. Mereka bisa berbuat begitu, selain karena kebodohannya, juga karena kemalasannya untuk mencari ilmu, yakni malas untuk mengetahui tentang ajaran Islam. Jadi ada kesan masa bodoh dengan ajaran Islam. Dengan demikian, orang model begini layak dicap sebagai orang yang tak mau tahu dengan ajaran Islam.

Begitu pula kita prihatin dengan kondisi pergaulan teman-teman remaja, baik di kota maupun di desa. Ternyata aktivitas maksiatnya tetep jalan meski sedang berpuasa. Seperti tentang pergualan laki-perempuan, sampai sekarang masih dijumpai remaja yang tak bisa lepas dari pacaran. Maka jangan kaget jika acara JJS (Jalan-Jalan Subuh) di bulan Ramadhan jadi ajang untuk PDKT dengan pasangannya. Hasilnya, mulut mereka memang puasa dari makan dan minum, tetapi beliau-beliau ini tidak puasa dari berbuat maksiat. STMJ, Shaum Terus, Maksiat Jalan! Walah kepriben bok yo waras sitik..?

Lewat tulisan ini bukannya sok suci, ingin mengingatkan yang masih doyan maksiat, tolong hentikan semua kegiatan tercela itu. Mari kita mengubah diri kita dengan Islam, dan tentunya tidak setengah-setengah, tetapi total dengan tuntunan Islam. Yang memang satu-satunya solusi untuk kemaslahatan manusia di muka bumi ini. Maka sungguh heran jika masih ada manusia yang tidak suka dengan Islam. Apalagi sampai membencinya. Kita tidak ingin menyaksikan ada umat Islam yang tidak kenal dengan ajaran agamanya sendiri. Mengerikan sekali kalau memang itu terjadi. Semoga segera sadar dari kekeliruannya

Demikian sekelumit unek-unek dari saya. Mohon maaf kalau ada kata yang tidak berkenan, dan.. selamat menunaikan ibadah puasa di tahun ini semoga amal ibadah kita di terima oleh ALLAH SWT.Amiin...

Senin, 02 Agustus 2010

Menyambut Puasa Bulan Ramadhan

Tidak lama lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan, Bulan yang penuh rahmat, karena di situlah banyak harapan yang bisa kita wujudkan. Tentunya bagi setiap individu ingin menjadi seseorang yang utuh / lebih baik, menjadi yang "baru", menemukan kembali kedamian dan kesejukan di bulan Ramadhan nanti, yang tidak di jumpai di bulan lainnya. Juga lebih baik bagi seluruh umat Islam di dunia terutama bagi mereka yang selalu terkena imbas keserakahan dan ketamakan orang kafir. Dan aku selalu berharap dalam doaku.....

Ya Allah ijinkan aku memasuki bulan suci ini sekali lagi. Ijinkan aku untuk bisa menjadi makhluk-Mu yang lebih baik lagi. Tak akan sanggup kuhitung dosa-dosa yang pernah kuperbuat. Dan aku lebih tak sanggup lagi menghitung semua nikmat yang telah Kau anugerahkan padaku... Ya Allah ijinkan aku bisa menjadi seseorang yang lebih bermanfaat untuk orang-orang yang ada di sekitarku. Ijinkan aku bisa memaknai semua hal yang terjadi dalam kehidupan ini. Ijinkan aku untuk bisa membaca semua nama-Mu di dunia ini.

Saat semuanya kembali menjadi "nol", saat semua belenggu kembali menjadi kosong. Men-zero-kan hati dan pikiran demi menjadi pribadi yang baru. hanya bergantung pada Allah SWT. Melakukan segala sesuatu bukan untuk mencari pujian, bukan pula mencari penghormatan, bukan karena mengharapkan imbalan dari orang lain...melainkan hanya sebagai bentuk pengabdian hanya pada-Nya

Sebelum memasuki bulan Ramadhan banyak yang bisa kita lakukan agar ketika Ramadhan tiba sudah benar-benar siap seperti, selalu merutinkan berdoa kepada Allah agar kita dapat bertemu dengan bulan Ramadhan berikutnya. Juga memohon kepadanNya supaya memberikan kekuatan untuk melaksanakan shaum, qiyamullail dan amal sholeh lainnya didalam bulan tersebut.

Membersihkan jiwa dan hati, bertaubat dengan sebenar-benarnya dari segala dosa dan perbuatan maksiat. Jangan sampai mengotori bulan Ramadhan. Tidak pantas juga bila seseorang sedang semangat beribadah puasa tetapi meninggalkan sholat wajib lima waktu. Demikian pula mereka yang pada siang hari menahan lapar dan dahaga namun malam harinya tenggelam bersama dentuman musik, asap rokok dan minuman beralkohol sepertinya puasa hanya sebagai kedok saja.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُون

“Setiap keturunan Adam itu banyak melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.”

Taubat menunjukkan tanda totalitas seorang dalam menghadapi Ramadhan. Dia ingin memasuki Ramadhan tanpa adanya sekat-sekat penghalang yang akan memperkeruh perjalanan selama mengarungi Ramadhan. Allah memerintahkan para hamba-Nya untuk bertaubat, karena taubat wajib dilakukan setiap saat. Allah SWT berfirman,

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (٣١)

“Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An Nuur: 31).

Taubat yang dibutuhkan bukanlah seperti taubat yang sering kita kerjakan. Kita bertaubat, lidah kita mengucapkan, “Saya memohon ampun kepada Allah”, akan tetapi hati kita lalai, akan tetapi setelah ucapan tersebut, dosa itu kembali terulang. Namun, yang dibutuhkan adalah totalitas dan kejujuran taubat. Jangan pula taubat tersebut hanya dilakukan di bulan Ramadhan, sementara di luar Ramadhan kemaksiatan kembali digalakkan. Ingat!.. Ramadhan merupakan momentum ketaatan sekaligus madrasah untuk membiasakan diri beramal shalih sehingga jiwa terdidik untuk melaksanakan ketaatan-ketaatan di sebelas bulan lainnya.

Untuk mengantisipasi semua itu maka jauh sebelum Ramadhan tiba setiap muslim harus segera bertaubat dan berhenti dari segala apa saja yang dapat merusak nilai-nilai kesucian bulan Ramadhan tersebut.

Dan yang lebih penting bagi para wanita yang masih punya hutang puasa pada bulan Ramadhan sebelumnya harus cepat-cepat di selesaikan, karena akan menghambat dan mengganggu konsentrasi ibadah puasa Ramadhan yang sedang dijalankannya.

Ketika bulan sya'ban akan berakhir dan Ramadhan segera menjelang, Rasulullah saw memberikan bekalan ruhani kepada para sahabat mengenai bulan suci Ramadhan.
Rasulullah menganjurkan kepada para shahabat untuk memperbanyak melakukan amal ibadah kerana ibadah pada bulan Ramadhan nilai pahalanya akan dilipat gandakan hingga 700 kali lipat atau lebih, Rasulullah juga menganjurkan sekali untuk memberi makanan berbuka kepada orang-orang yang berpuasa kerana bagi orang tersebut akan mendapat pahala dari orang yang diberi sedikit makanan berbuka puasa tanpa mengurangi pahala orang tersebut.

Para sahabat bertanya : Ya, rasulullah saya tidak mempunyai apa-apa yang berharga untuk diberikan kepada orang yang berpuasa. Rasulullah menjawab : Sediakanlah apapun yang kau punya walaupun hanya sepotong kurma, seteguk air ataupun segelas susu.

Ketidaksiapan yang Berbuah Pahit

Dan jangan sampai Ramadhan tiba tetapi kita tidak siap untuk menjalankannya Ketidaksiapan tersebut salah satu bentuk meremehkan perintah. Akibatnya pun sangat besar, yaitu kelemahan untuk menjalankan kewajiban tersebut dan terhalang dari ridha-Nya. Dampak tersebut merupakan hukuman atas ketidaksiapan dalam menjalankan kewajiban yang telah nampak di depan mata.

Firman Allah dalam surat At Taubah ayat 83 :

“Maka jika Allah mengembalikanmu kepada suatu golongan dari mereka, kemudian mereka minta izin kepadamu untuk keluar (pergi berperang), Maka katakanlah: “Kamu tidak boleh keluar bersamaku selama-lamanya dan tidak boleh memerangi musuh bersamaku. Sesungguhnya kamu telah rela tidak pergi berperang kali yang pertama. karena itu duduklah bersama orang-orang yang tidak ikut berperang.”

Renungilah ayat di atas baik-baik!

Ketahuilah, Allah ta’ala tidak menyukai keberangkatan mereka dan Dia lemahkan mereka, karena tidak ada persiapan dan niat mereka yang tidak lurus lagi. Namun, bila seorang bersiap untuk menunaikan suatu amal dan ia bangkit menghadap Allah dengan kerelaan hati, maka Allah terlalu mulia untuk menolak hamba yang datang menghadap-Nya. Berhati-hatilah dari mengalami nasib menjadi orang yang tidak layak menjalankan perintah Allah ta’ala yang penuh berkah. Seringnya kita mengikuti hawa nafsu, akan menyebabkan kita tertimpa hukuman berupa tertutupnya hati dari hidayah.

Dalam surat yang lain Allah ta’ala berfirman,

“Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.” (Al An’am: 110).

Maka sepantasnyalah kita kelewat syukur karena pada tahun ini kita dapat menjumpai lagi bulan yang agung bulan di mana pintu Syurga di buka lebar-lebar dan pintu neraka di tutup rapat. Ambillah dan rebutlah kemurahan di bulan Ramadhan esok yang sebentar lagi akan kita jumpai.

Hendaknya kita mengetahui bahwa salah satu nikmat yang banyak disyukuri meski oleh seorang yang lalai adalah nikmat ditundanya ajal dan sampainya kita di bulan Ramadhan. Tentunya jika diri ini menyadari tingginya tumpukan dosa yang menggunung, maka pastilah kita sangat berharap untuk dapat menjumpai bulan Ramadhan dan mereguk berbagai manfaat di dalamnya.

Bersyukurlah atas nikmat ini. Betapa Allah ta’ala senantiasa melihat kemaksiatan kita sepanjang tahun, tetapi Dia menutupi aib kita, memaafkan dan menunda kematian kita sampai bisa berjumpa kembali dengan Ramadhan.

Selamat menunaikan Ibadah Puasa Bulan Ramadhan....mohon maaf atas segala kesalahan terutama dalam setiap tulisan saya.