Cari Blog Ini

Selasa, 23 November 2010

Kiblat Bagi Umat Muslim

.
Diriwayatkan dari Al Bara r.a. : ketika Nabi Muhammad Saw. Datang ke Madinah, pada awalnya dia tinggal bersama kakek kakeknya atau paman paman dari ibunya dari pihak Anshar.

Selama enam belas atau tujuh belas bulan Nabi Muhammad Saw. Mendirikan shalat dengan menghadapkan wajahnya ke arah Bayt Al Maqdis (Yerusalem), beliau sebenarnya ingin shalat menghadap ke arah Ka’bah, kemudian turunlah wahyu yang memerintahkan ia menghadapkan wajahnya ke arah Ka’bah. Shalat asar yang dilakukan berjamaah adalah shalat pertama Rasulullah SAW ke arah Ka’bah. Salah seorang yang ikut shalat asar berjamaah bersama Rasulullah SAW kemudian pergi ke sebuah masjid tempat orang-orang tengah melaksanakan shalat dengan menghadapkan wajahnya ke arah Yerusalem.

Lalu orang itu memberitahu mereka.”demi Allah SWT, aku bersumpah bahwa aku telah melaksanakan shalat bersama Rasulullah SAW dengan menghadapkan wajah ke arah Ka’bah.” (mendengar hal itu) mereka segera mengubah arah kiblat mereka.

Orang-orang yahudi dan ahli kitab yang pada mulanya merasa senang karena kiblat shalat Rasulullah SAW adalah Yerusalem kecewa ketika Rasulullah SAW mengubah kiblat shalatnya ke arah Ka’bah.

Jumat, 12 November 2010

Nikmatnya Ibadah Haji

.
Melaksanaka ibadah haji adalah merupakan rukun Islam yang ke lima, dan salah satu kewajiban dalam Islam, seperti firman Allah dalam al-Quran:

"…Mengerjakan haji itu adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (ke-wajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam." (QS. Ali 'Imran: 97)

Dan di perkuat Sabda Nabi SAW:

"Islam dibangun di atas lima perkara; bersaksi bahwasanya tiada Ilah yang haq kecuali Allah, dan bersaksi bahwasanya Muhammad adalah Rasul utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah." (Hadits shahih riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Kendati ibadah haji telah ada sejak masa Nabi Ibrahim, bagi umat Islam, ia baru diwajibkan pada tahun 6 H. walau begitu, Nabi Saw dan para sahabat belum dapat menjalankan ibadah haji karena saat itu Mekkah masih dikuasai kaum musyrik. Setelah Nabi Saw menguasai Mekkah (fathul Mekkah) pada 12 Ramadan 8 H, sejak itu beliau berkesempatan beribadah haji.

Namun Nabi Saw tidak beribadah haji pada 8 H itu. Juga tidak pada 9 H. Pada 10 H, Nabi Saw baru menjalankan ibadah haji. Tiga bulan kemudian, Nabi Saw wafat. Karenanya, ibadah haji beliau disebut haji wada' (haji perpisahan). Itu artinya, Nabi Saw berkesempatan beribadah haji tiga kali, namun beliau menjalaninya hanya sekali. Nabi Saw juga berkesempatan umrah ribuan kali, namun beliau hanya melakukan umrah sunah tiga kali dan umrah wajib bersama haji sekali. Mengapa?

Sekiranya haji dan atau umrah berkali-kali itu baik, tentu Nabi Saw lebih dahulu mengerjakannya, karena salah satu peran Nabi Saw adalah memberi uswah (teladan) bagi umatnya. Selama tiga kali Ramadlan, Nabi Saw juga tidak pernah mondar-mandir menggiring jamaah umrah dari Madinah ke Mekkah.

Meski negeri ini mengalami krisis berkepanjangan, jumlah jam’ah haji Indonesia tetap banyak setiap tahunnya. Bila mereka yang baru pulang dari tanah suci ditanya apakah Anda ingin kembali lagi ke Mekkah, hampir seluruhnya menjawab, “ingin”. Hanya segelintir yang menjawab, “Saya ingin beribadah haji sekali saja, seperti Nabi Saw”.

Jawaban itu menunjukkan antusiasme umat Islam Indonesia beribadah haji. Sekilas, itu juga menunjukkan nilai positif. Karena beribadah haji berkali-kali dianggap sebagai barometer ketakwaan dan ketebalan kantong. Asal jangan salah niat...

Tetapi ada sebagaian orang mereka mampu dalam finansial tetapi kalau di tanya selalu menjawab "belum ada panggilan" orang seperti ini perlu di pertanyakan..

Disisi lain Orang begitu menggebu untuk dapat melaksanakan Ibadah Haji dengan berbagai cara, yang penting bisa melaksanakan, bahkan berita yang terbaru jumlah kuota tidak mencukupi lagi dan harus menunggu beberapa tahun ke depan agar bisa berangkat haji...
.

Kamis, 04 November 2010

Hikmah Idul Adha


Baru saja kita merayakan Idul Fitri sebulan lalu, sebulan kedepan kita akan memasuki hari raya Idul Adha yang tidak kalah pentingnya bagi umat Islam di seluruh jagad ini, disitulah Allah SWT menjanjikan pahala yang luar biasa. Hari raya besar ini lazim ditandai dengan adanya penyembelihan hewan kurban, disitulah terdapat kisah ketulusan dua manusia yang sangat sabar dan taat pada Allah yang patut di jadikan tauladan bagi kita semua. Kisah yang begitu mengharukan dari seorang hamba Allah yang taat yaitu Nabi Ibrahim AS dan putranya Ismail yang begitu sabar dan patuh pada perintah Sang Khalik, Allah SWT, yang untaian kisahnya begitu indah dilukiskan dalam Al Quran surah Ash-Shafat ayat 102-105 yang artinya

'Maka ketika anak itu sampai pada umur dewasa yakni sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, 'Wahai anakku yang kusayang, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah, bagaimana pendapatmu. 'Dia (Isma'il) menjawab,'Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu; Insya Allah engkau akan mendapatkanku termasuk orang yang bersabar. 'Maka setelah keduanya bertekad bulat dalam berserah diri (kepada Allah) dan dibaringkan pipi (Isma'il) di atas tanah. Kemudian kami berseru kepadanya, 'Hai Ibrahim, engkau telah benar-benar melaksakan perintahKu dalam mimpi itu. Demikianlah sesungguhnya Kami membalas orang-orang yang berlaku baik. '

Memang ketika diamati secara sekilas kisah ini sungguh tidak masuk akal ”bagaimana mungkin seorang ayah yang baik akan menyembelih anaknya sendiri yang sangat salih dan sangat beliau cintai”, semua orangtua saya yakin tak ada yang akan melakukan hal itu, namun itulah cobaan yang diberikan Allah pada Nabi-Nya untuk menguji kecintaannya pada Allah SWT.

Inilah yang membedakan antara cobaan seorang Nabi dengan manusia biasa. Dengan keteguhan iman dan cinta mereka berdua akhirnya berhasil dari cobaan yang amat berat ini, walau berkali-kali setan selalu menghadang untuk menghalang-halangi.

Dari penggalan sejarah diatas, maka sebagai manusia kita bisa mengambil pelajaran yang amat mulia yaitu pentingnya taat kepada Allah dan berbakti kepada orangtua, dua hal ini yang menjadi motivasi bagi Nabi Ismail di usianya yang waktu itu baru menginjak dewasa. Namun, usia dini tidak menjadi penghalang bagi seseorang untuk bisa bersikap dewasa.

Pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan putranya Isma'il AS digambarkan Allah SWT sebagai ujian keimanan yang nyata sebagai mana Firman-Nya dalam surah Ash-Shafat ayat 106 yang artinya 'Sesungguhnya ini merupakan uji coba yang nyata.'Dan dalam lanjutan kisah penyembelihan ini Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang menggantikan Nabi Ismail dengan sembelihan dari syurga yakni seekor kibas yang besar yang dahulu dikorbankan oleh Habil, putra Nabi Adam AS sebagaimana Firman Allah dalam surah Ash-Shafat 107 yang artinya,'Kami tebus anaknya itu dengan sembelihan besar (seekor domba/kibas).'

Dari peristiwa tersebut dapat kita ambil hikmahnya, yaitu hanya kepada Allah SWT segenap cinta kita curahkan karena Rahmat dan Nikmat-Nya kita terima setiap waktu dan saat yang tiada terhitung banyaknya sekalipun kita gunakan air laut sebagai tintanya dan seluruh rantai pepohonan sebagai penanya; Maka niscaya akan keringlah seluruh lautan dan habislah semua pepohonan sementara nikmat Allah masih banyak yang belum kita tuliskan. Cinta kepada Allah akan berimplikasi pada keikhlasan dan kepatuhan kita dalam menjunjung tinggi perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya.

Dan Hanya kepada Allah kita persembahkan segala puji sekali pun pada kenyataannya banyak manusia yang suka dipuji bahkan tidak jarang minta dipuji; karena kepada hakekatnya hanya Allah Yang Maha Suci Lagi Maha Tinggi. Bukankah kita senantiasa melafazkan ayat Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin Yang artinya segala puji hanya milik Allah Tuhan seluruh sekalian alam?

Hanya kepada Allah SWT kita berserah diri amal ibadah yang kita dirikan siang dan malam, Dzikir yang kita lafadzkan pagi dan petang yang didasari dengan niat ikhlas tanpa mengharapkan pujian dari makhlukNya, pada akhirnya akan kita persembahkan kepada Allah sebagai wujud pengabdian hamba kepada Rab-Nya. Bukankah setiap hari kita berikrar dalam doa Iftitah pada shalat yang kita dirikan bahwa 'Sesungguhnya shalatku dan semua ibadahku, dan hidupku dan matiku hanyalah buat Allah Tuhan Seluruh sekalian alam. 'Karenanya perayaan Idul Adha sudah kita jadikan momentum untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT menjunjung tinggi segala perintahnya, menjauhi semua larangan-Nya, senantiasa berserah diri pada-Nya dan mengharap ampunan serta Ridha-Nya

Sehingga dengan peristiwa Idul Adha, semoga menjadi momen penyadar dan penggugah bagi semua manusia dan remaja khususnya. Bahwa hidup adalah sebuah pengorbanan, kehidupan dunia bukanlah akhir dari kehidupan, tetapi sebagai bekal untuk menuju kehidupan yang kekal di akhirat nanti.

Pesan yang terkandung dalam Idul Adha bukan hanya sekedar anjuran menyembelih hewan kurban, kemudian dibagikan kepada orang-orang miskin dan kepada siapa saja yang membutuhkan, tetapi banyak pesan yang tersirat dari simbol seremonial itu, diantaranya anjuran menjadi orang yang mampu atau kaya yang ihklas menyedekahkan sebagian hartanya untuk orang-orang miskin (dengan berkorban), anjuran untuk saling menyayangi diantara si kaya dan si miskin, anjuran untuk saling tolong-menolong dan menjadi orang yang selalu siap berkorban demi mengutamakan kepentingan agama dan bangsa.