Cari Blog Ini

Jumat, 10 Agustus 2012

Manusia di Usia 40 Tahun

Saya merenung, sebentar lagi saya menginjak usia 40 tahun pikiranku menerawang jauh ke tempat yang tidak jelas arahnya. Dalam benak saya apa yang telah saya dapat di usia tersebut untuk ukuran kesuksesan dunia relatife, minimal cukup tidak mengalami kesulitan material, untuk ukuran agama ? saya hanya  diam merenung…. Apakah ini bentuk frustasi saya karena masalah pekerjaan yang sangat tidak menentu ? tapi saya anggap itu hal biasa.

Andai jatah hidup saya 60 tahun, berarti sisa hidup saya sangatlah sedikit. Duh! Betapa singkatnya hidup ini. Jika demikian, betapa tidak akan terasa menjalani sisa hidup yang lebih pendek lagi; 20 tahun, 12 tahun, 2 tahun, atau malah cuma dua hari lagi. Kalau selama ini di habiskan hanya untuk keperluan dunia dari fajar hinggi terbenamnya matahari atau bahkan lebih. Dan selebihnya untuk mencari bekal akherat kelak, itupun tidak selalu rutin, oh.. celakalah saya..

Usia 40 tahun banyak orang menganggap usia yang matang dan batas seseorang untuk memperoleh kesuksesan. Di usia tersebut manusia telah menjalani setangah perjalanan hidup yang di gariskan. Seandainya di usia tersebut hidup seseorang masih biasa biasa saja berarti orang tersebut bisa di sebut gagal, tetapi seandainya orang tersebut mendapatkan materi yang lebih dari cukup berarti secara dunia orang tersebut mengalami kesuksesan. Demikian juga dengan untuk urusan Agama, apa yang telah di dapat dari usia 40 tahun tentang urusan Agama (akherat) ? yang tau hanya kita sendiri.

Mengapa umur 40 tahun begitu penting? Dalam tradisi Islam, usia manusia diklasifikasikan menjadi 4 (empat) periode, yaitu 1) periode kanak-kanak atau thufuliyah, 2) periode muda atau syabab, 3) periode dewasa atau kuhulah, dan 4) periode tua atau syaikhukhah. Periode kanak-kanak itu mulai lahir hingga baligh, muda mulai dari usia baligh sampai 40 tahun, dewasa usia 40 tahun sampai 60 tahun, dan usia tua dari 60-70 tahun.

Dengan demikian usia 40 tahun adalah usia ketika manusia benar-benar meninggalkan masa mudanya dan beralih menapaki masa dewasa penuh yang disebut dengan usia dewasa madya (paruh baya) atau kuhulah. Pakar psikologi Elizabet B. Hurlock,  mengatakan “masa dewasa awal” atau “early adulthood” terbentang sejak tercapainya kematangan secara hukum sampai kira-kira usia 40 tahun. Selanjutnya adalah masa setengah baya atau “middle age”, yang umumnya dimulai pada usia 40 tahun dan berakhir pada usia 60 tahun. Dan akhirnya, masa tua atau “old age” dimulai sejak berakhirnya masa setengah baya sampai seseorang meninggal dunia.

Kejiwaan pada usia 40 tahun ini adalah meningkatnya minat seseorang terhadap agama (religiusitas dan spiritualisme) setelah pada masa-masa sebelumnya minat terhadap agama itu boleh jadi kecil sebagaimana diungkapkan oleh banyak pakar psikologi sebagai “least religious period of life”.

Maka patutlah jika usia 40 tahun tertulis dalam al-Qur’an. Dan karenanya, tidaklah heran jika para Nabi diutus pada usia 40 tahun. Nabi Muhammad saw. diutus menjadi nabi tepat pada usia 40 tahun. Begitu juga dengan nabi-nabi yang lain, mereka diutus menjadi nabi ketika usia mereka genap 40 tahun. kecuali Nabi Isa as. dan Nabi Yahya as.

Di beberapa negarapun, untuk menduduki jabatan-jabatan elit yang strategis, seperti kepala negara, disyaratkan harus telah berusia 40 tahun. Seperti, Soekarno menjadi presiden pada usia 44 tahun. Soeharto menjadi presiden pada umur 46 tahun. J.F. Kennedy 44 tahun. Bill Clinton 46 tahun. Paul Keating 47 tahun. Sementara Tony Blair 44 tahun.

Keistimewaan usia 40 tahun tercermin dari sabda Rasulullah saw.,

العَبْدُ الْمُسْلِمُ إِذَا بَلَغَ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً خَفَّفَ اللهُ تَعَالَى حِسَابَهُ ، وَإِذَا بَلَغَ سِتِّيْنَ سَنَةً رَزَقَهُ اللهُ تَعَالَى الْإِنَابَةَ إِلَيْهِ ، وَإِذَا بَلَغَ سَبْعِيْنَ سَنَةً أَحَبَّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ ، وَإِذَا بَلَغَ ثَمَانِيْنَ سَنَةً ثَبَّتَ اللهُ تَعَالَى حَسَنَاتِهِ وَمَحَا سَيِّئَاتِهِ ، وَإِذَا بَلَغَ تِسْعِيْنَ سَنَةً غَفَرَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ وَشَفَّعَهُ اللهُ تَعَالَى فِى أَهْلِ بَيْتِهِ ، وَكَتَبَ فِى السَّمَاءِ أَسِيْرَ اللهِ فِى أَرْضِهِ – رواه الإمام أحمد

Seorang hamba muslim bila usianya mencapai empat puluh tahun, Allah akan meringankan hisabnya (perhitungan amalnya). Jika usianya mencapai enam puluh tahun, Allah akan memberikan anugerah berupa kemampuan kembali (bertaubat) kepada-Nya. Bila usianya mencapai tujuh puluh tahun, para penduduk langit (malaikat) akan mencintainya. Jika usianya mencapai delapan puluh tahun, Allah akan menetapkan amal kebaikannya dan menghapus amal keburukannya. Dan bila usianya mencapai sembilan puluh tahun, Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan dosa-dosanya yang belakangan, Allah juga akan memberikan pertolongan kepada anggota keluarganya, serta Allah akan mencatatnya sebagai “tawanan Allah” di bumi. (H.R. Ahmad)

Dan Allah Ta'ala mempertegas lagi dalam firmanya,  

حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

"Sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri"." (QS. Al-Ahqaf: 15).

Ayat di atas mengisyaratkan, seseorang yang sudah mencapai umur 40 tahun berarti akalnya sudah sampai pada tingkat kematangan berfikir serta sudah mencapai kesempurnaan kedewasaan dan budi pekerti. Sehingga secara umum, tidak akan berubah kondisi seseorang. Saat sudah menginjak usia 40 tahun hendaknya seseorang mulai meningkatkan rasa syukurnya kepada Allah SWT juga kepada orang tuanya.

Nah bagi kita kita yang sebentar lagi atau sudah atau mungkin juga telah melampaui usia tersebut, sudah sepantasnyalah intropeksi diri, apa yang telah kita capai diusia 40 tahun. Jangan lantas bangga atau bahkan merasa rugi karena belum mencoba merasakan bermacam kemaksiatan yang ada di dunia. Justru harusnya digenjot lagi untuk selalu beramal sholeh, untuk bekal nanti dari kehidupan selanjutnya.. sory bukan gue sok jago….