Cari Blog Ini

Jumat, 20 Februari 2015

Mengendalikan Prasangka


Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..
Selamat pagi sahabat... semoga kita selalu dalam lindungaNya.

Kita sudah ditakdirkan menjadi makhluk yang disebut Manusia, makhluk yang paling mulia diantara makhluk lain hasil ciptaNya. Makhluk berpikiran dan berperasaan, dalam keadaan normal akal dan hatinya akan bekerja mengolah data yang dilihat, didengar dan dirasakanya sehingga akan melahirkan sikap dan prilaku manusia tersebut. Dari itulah muncul pikiran yang mempenagruhi perasaan juga prasangka. Prasangka adalah sebuah aktivitas akal dan hati berupa timbulnya pikiran atau perasaan tentang orang lain yang tidak didasarkan pada informasi yang benar. Pikiran dan perasaan tersebut hanya berdasarkan perkiraan atau sangkaannya saja, sehingga mungkin benar dan mungkin pula salah. 

Akal dan hati yang jernih akan melahirkan pikiran yang sehat. Karena itu jika kita merasa mudah berprasangka buruk pada orang lain, yang harus kita lakukan adalah memeriksa hati dan akal. Tanyakanlah kepada hati kita, apakah sudah sehat? Diantara sebab-sebab prasangka buruk, kurangnya saling memahami. Tahap terendah interaksi antar personal adalah saling mengenal yang idealnya dilanjutkan pada tahap saling memahami. Jika dua orang sudah benar-benar saling memahami satu sama lain, niscaya prasangka buruk tak akan pernah singgah diantara mereka. Kurangnya saling memahami merupakan salah satu pintu masuknya prasangka buruk. 

Faktor yang mempengaruhi pikiran dan perasaan kita terhadap orang lain adalah informasi yang kita terima tentangnya. Sedikit informasi salah saja sudah membuka peluang masuknya prasangka buruk, apalagi jika informasi salah itu terus ditambah-tambahi akibat budaya rumpi. Prasangka buruk jelas mendatangkan kerugian, baik pelaku maupun objeknya. Orang yang selalu berprasangka buruk, hatinya senantiasa tidak tenang. Jika kemudian Ia menularkan pikiran negatif tersebut pada orang lain, maka akan tercipta sebuah komunitas rumor negatif, sebuah komunitas yang tidak sehat; pertanda macetnya saluran komunikasi dan hilangnya budaya saling menasehati.

Jika dibiarkan layaknya api dalam sekam, yang tidak saja akan membakar obyeknya, tapi juga menghancurkan penyulutnya. Allah SWT menegur dengan keras siapa saja yang gemar memperturutkan hawa nafsunya dengan menyampaikan berita hanya berdasarkan prasangkanya saja. Bagaimana Allah menegur mereka yang menyampaikan berita dusta dalam QS An Nur: 17-19

Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali berbuat yang seperti itu (prasangka buruk) selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman.

Allah juga berfirman dalam surat An Nur ayat 19, betapa pedihnya azab bagi orng yang suka berprasangka buruk. Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

Agar prasangka akan menjadi baik adalah selalu berpikir positif tentang diri dan orang lain sehingga akal dan hati selalu jernih. Tepislah segera pikiran dan perasaan yang muncul, apalagi untuk hal-hal kecil yang tidak merugikan orang banyak. Munculkan jawaban positif apabila mulai muncul pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan kita mulai berprasangka buruk. 

Hidup ini bisa menjadi sebuah beban berat, juga bisa menjadi ringan.  Seringkali tergantung pada bagaimana mengelolanya, terutama mengelola hati sebagai sumbunya. Kalau hati dibiarkan menerawang liar dengan prasangka-prasangka buruk, misalnya, maka beban hidup ini akan bertambah berat. Lebih-lebih Rasulullah sallallahu alaihi wasallam telah mengingatkan, hati sangat menentukan perilaku manusia. Dari hati yang buruk akan melahirkan perilaku-perilaku buruk, seumpama memandang atau memperolok-olokkan orang lain sebagai makhluk rendah, tidak bermanfaat, dan sejenisnya.  Padahal di antara hamba-hamba yang terlanjur direndahkan itu, bisa jadi terdapat orang-orang yang sangat dikasihi Allah. Kedudukannya juga lebih mulia dibandingkan dengan anggapan yang mengental dalam hati kita. Sungguh dahsyat dampak lebih lanjut dari prasangka buruk, termasuk lupa terhadap petunjuk-petunjuk hidup sebagaimana terdapat dalam Alquran.  Padahal dalam Alquran sudah diingatkan,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS. Al-Hujurat: 11). 

Namun jika itu belum juga memuaskan hati kita, cobalah merenungi sikap kita, barangkali ada sikap kita yang membuatnya merasa tidak nyaman. Tapi jika masih ada ganjalan dihati, mungkin kita perlu bicara pada seseorang yang amanah untuk menyimpan rahasia hati kita, dan juga untuk mendapatkan penjelasan yang bijak. Jika tak membuahkan hasil? Bicaralah pada orang yang bersangkutan, ungkapkan pikiran dan perasaan kita dngan cara yang bijak. Bicaralah dengan niat mendapat penjelasan, bukan menghakimi. Jika penjelasannya menggugurkan prasangka negatif kita, jangan sungkan untuk meminta maaf. Sebaliknya jika penjelasan itu membenarkan prasangka kita, jangan lupakan haknya untuk mendapat nasihat dan bimbingan. Kunci dari mengelola prasangka adalah menjaga hati kita, agar senantiasa ingat Allah SWT.

Terimakasih sobat semoga bermanfaat..
Wssalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..