Cari Blog Ini

Kamis, 21 Mei 2015

Ibuku yang Tangguh


Sebulan sekali saya berusaha menelpon Ibuku untuk sekedar mendengar suara beliau dan menanyakan kesehatannya. Yah... sejak pertengahan tahun 2014 kondisi Ibu sudah mulai melemah, saya selalu ingin memanjakan dan merawat Ibuku tetapi apa daya karena jarak yang begitu jauh itu sangat sulit untuk dilakukan. Kadang saya berfikir apakah saya tergolong anak yang tidak berbakti hanya karena tidak bisa menjaga walau cuma 24 jam saja. Sedang pada saat saya kecil dulu, Ibulah yang selalu menjagaku tanpa lelah dan mengeluh.

Sebagai ibu yang mengasuh 6 orang anak yang masig-masing jarak usianya sekitar 2 tahunan, tentulah dapat dibayangkan kerepotanya, terlebih kala kami masih kecil. Kesabaran menghadapi kerewelanku saat saya minta sesuatu. itu hanya bagian kecil dari cerita tentang kesabaran ibu mengasuh kami. Enam anak dengan karakter dan minat yang berbeda-beda yang tentunya masing-masing membutuhkan perhatian dan penanganan yang berbeda pula. Tapi, seingatku, belum pernah sekalipun aku menyaksikan ibu lepas kontrol saat marah pada kami berenam, hingga mengucap kalimat buruk.

Membesarkan 6 orang anak dengan penghasilan dari seorang istri PNS guru SD di sebuah desa kecil yang jauh dari cukup, lain dengan guru sekarang yang gemah ripah loh jinawi. Namun orang tua kami yang berprinsip bahwa warisan terbesar orang tua adalah dengan bekal pendidikan yang cukup. Untuk bisa membiayai hingga pendidikan tinggi untuk 6 orang anak, tak bisa hanya mengandalkan gaji saja, maka  ibu pun mengembangkan jiwa dagang. Tak malu membawa dagangan pakaian keliling dari desa ke desa dengan sepeda onthelnya, bahkan pernah buka warung dirumah hanya sekedar berusaha mencukupi kebutuhan anak-anaknya. Alhamdulillah, kami bisa mewujudkan keinginan beliau, karena kerja keras beliau selalu menjadi pemacu semangat belajar kami agar segera selesai menempuh pendidikan dan memberi kebanggaan penebus kerja keras itu.

Ibu selalu mendoakan kami berenam agar selalu menjadi yang terbaik. Sejak saat kami dilahirkan, Ibu selalu dengan sabar mengajari banyak hal dan berharap anaknya akan sukses kelak di masa depan nanti. Ibu adalah malaikat penjaga, penyanyang dan peduli dari lahir ke dunia yang diutus Allah SWT. Malaikat tersebut akan terus menjaga, mengajarkan dan menyayangi kita hingga akhir hayatnya.

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia. Dan hendaklah kamu berbuat baik kepada Ibu Bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara kedua atau kedua-dua sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka. Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia"

Sepanjang kehidupan manusia, sosok Ibu memang tidak akan pernah bisa tergantikan dalam kehidupan kita sebagai seorang yang penuh kasih sayang yang memberikan segalanya tanpa balas jasa. Bukan setumpuk emas yang kau harapkan dalam kesuksesan ku, bukan gulungan uang yang kau minta dalam keberhasilanku, bukan juga sebatang perunggu dalam kemenangan ku, tapi keinginan hatimu membahagiakanku.

Kini Ibu tidak seperti dulu lagi sakit yang dideritanya berakibat pada fisik yang semakin melemah, beliau diwajibkan dokter berobat rawat jalan setiap bulan untuk mengecek kesehatanya. Tidak lagi ada goesan sepeda onthel keliling kampung menjajakan pakainya, tidak ada lagi kuliat Dia memasak sop / sayur asam kesukaanku. Ku hanya selalu berdoa agar beliau selalu sehat dan panjang umur agar saya dapat bercerita tentang kesuksesan hidup saya dan adik-adiku di perantauan. Ku selalu berharap akan selalu ada sujud sungkem dan canda tawa disetiap hari raya Idul fitri.

Ibu,... Kami hanya ingin menjadi sebuah impian untukmu Membopong semua mimpimu dalam pundak kami, Ibu... Jangn benci kami jika kami mmbuatmu menangis...