Cari Blog Ini

Jumat, 30 Juni 2017

Lebaran Pertama Tanpa Ibu

Ibuku
Puasa romadhon tahun ini masih seperti tahun tahun sebelumnya, mungkin yang agak membedakan adalah kehadiran anak lelakiku yang ketiga. Setiap kehadiran bulan suci romadhon selalu membawa kebahagiaan, karena bertanda lebaran tidak lama lagi dan itu berarti ritual pulang kampung akan segera di jalankan. Persiapanpun sudah mulai di rencanakan dari mulai cuti lebaran, menghitung biaya perjalanan sampai kembali lagi ke perantauan.

Dua minggu sebelum lebaran Bapaku yang nan jauh di kampung dimana dulu saya di lahirkan dan dibesarkan, telah berungkali menelpon ke setiap anaknya menanyakan kepastian pulang. Yah... Bapak setelah Ibu dipanggil sang Maha Pencipta tinggal sendiri tanpa seorang anakpun yang menemani sedih, kasian dan bingung yang selalu ku rasakan setiap ku mengingat Bapak yang sendiri di kampung. Saya berharap suatu saat nanti ada salah satu anaknya yang bisa menemani Bapak di kampung, andaipun itu tidak bisa saya berharap Bapak bersedia ikut tinggal bersama kami anak-anaknya. "ya Alloh berikanlah kesehatan, kesabaran kepada Bapak dan ampunilah hambamu ini yang tidak bisa berbakti kepada orang tua"

Hari yang bahagia buat kami dan tentunya bagi umat muslim pun ahirnya datang juga "Lebaran" tapi sungguh sayang tahun ini saya tidak bisa lebaran bersama dengan Bapak karena situasi kerjaan yang tidak bisa di tinggalkan. Saya berharap adik-adiku bisa pulang kampung agar Bapak tidak kecewa, karena sudah menjadi tradisi buat keluarga besar kami setiap hari raya idul fitri sekuat tenaga berusaha semaksimal mungkin untuk bersilahturahmi merayakan Idul Fitri bersama dengan orang tua, walau kadang kondisi perjalanan yang sangat melelahkan.

Masih ku ingat lebaran tahun lalu ketika Ibu masih ada Dia selalu sibuk menelpon hanya sekedar menayakan keadaanku dan kapan pulang, jam berapa berangkat, sudah sampai mana dan selalu memantau kami anak anaknya dari mulai merencanakan pulang hingga di perjalanan. Begitu juga ketika sampai di rumah Ibu sudah menyiapkan minum dan makan, serasa saya bagi raja yang selalu di manjakan dan di hormati, itulah ibuku Ibu yang tidak pernah lelah menyanyangi anak-anaknya.

Ketika terdengar takbir kemenagan di masjid masjid pikiran saya melayang teringat kepada almarhumah Ibu dengan segala bentuk kasih sayangnya, kami sekeluarga tidak bisa berkumpul secara lengkap setalah beliau di panggil yang Maha Kuasa pada tanggal 23 Agustus 2016 tahun lalu. Apa yang telah saya berikan kepada Ibu rasanya masih sedikit sekali tidak akan mampu membalas semua kasih sayang yang beliau berikan. Berbahagialah bila yang masih mempunyai Ibu dan masih berkesempatan untuk membalas kasih sayangnya.

Saya merenung, mengingat kemabli betapa banyak dosa yang telah saya lakukan kepada Ibu semasa hidupnya. Saya sangat merindukan ucapan dan nasehat sederhana Ibu tentang kehidupan. Saya merindukan ketajaman mata Ibu yang selalu bisa melihat dan mengetahui bahwa saya sedang menghadapi masalah. Saya merindukan ucapannya yang khas. Saya juga teringat kebersamaanya beberapa tahun yang lalu ketika berkumpul di dapur bersenda gurau sambil menikmati teh manis buatanya. Dan saya juga teringat sekali ketika beliau berobat ke rumah sakit hingga beliau terbaring lemah di ruang ICU sampai Ibu di panggil Sang Maha Pencipta. 

Sejak Ibu tiada, saya tidak dapat lagi merasakan kasih sayangnya secara lahir. Saya tidak bisa lagi merasakan perhatian Ibu yang setiap bulanya kirim SMS atau telpon hanya sekedar menayakan keadaan saya. Saya tidak bisa lagi mendengar suara nasehatnya yang sederhana tapi penuh makna. Sekarang saya hanya bisa merasakan kasih sayang Ibu secara batin melalui hikmah yang saya dapatkan ketika saya menyaksikan beliau melawan penyakitnyat yang luar biasa hingga menjelang sakaratul maut. Itulah kasih sayang terakhir Ibu yang terlihat dari tatapan matanya.

Sekarang hanya tinggal Bapak yang kupunya, kepada Bapaklah saya mengadu, bercerita atau hanya sekedar memamerkan kebanggaan tentang keberhasilan yang saya capai.
Oh... baru saja Bapak menelpon saya menayakan kapan pulang. Ya... saya pernah memberitau bahwa lebaran tahun ini saya tidak bisa merayakan bersama, tetapi In Sya Alloh setelah Idul Fitri saya akan berusaha pulang. Mungkin itu maksud Bapak menelpon saya hanya sekedar mengingatkan.

Mungkin ini saja ungkapan celotehan saya maksud hati pingin nulis banyak dan panjang lebar tapi ketika Bapak nelpon tadi ko' pikiranku jadi buyar....