Waktu menunjukan hampir jam 00.00 WIB. Sambil melaksanakan kewajibanku dinas malam di salah satu rumah sakit di derah Sentul Bogor, pikiran saya terbayang ke wajah Ibuku yang sedang menderita sakit yang cukup parah. Saya hanya berharap ada keajaiban yang muncul agar Ibuku bisa terbebas dari sakitnya. Mungkin di dunia ini tak ada yang pernah
memahami hati dan perasaan seorang Ibu itu seperti apa, kecuali dia
seorang perempuan yang pernah melahirkan.
Di
mata saya sosok ibu adalah seseorang yang paling pandai menyembunyikan
kegelisahan, keresahan, kepenatan, dan perasaan negatif lainnya
dihadapan putra dan putrinya. Karena mungkin naluri seorang Ibu yang
begitu adanya, memancarkan rona cinta yang bersemayam kala senang
ataupun sedih. Sampai terkadang kesabaran seorang Ibu melampaui garis
batas ketika menutupi segala kepahitan dengan menelannya bulat-bulat.
Ibu
adalah permadani mata air cinta yang menyemburkan kesejukan meski dalam
kemarau sekalipun. Kasih sayang Ibu membentang luas melebihi angkasa
raya. Ibu bersinar bak matahari dunia, meresap kehangatan sampai ke pori
yang terdalam. Ibu adalah segalanya, merawat dan membesarkan tanpa
pamrih sepeserpun. Tak pula meminta air susu yang dulu pernah diberikan
untuk kembali lagi.
Ibu
adalah bumi untuk surga kehidupan. Menancapkan sari pati kehidupan
dengan bahasanya sendiri. Usap lembut tangannya tak akan pernah lekang
dan menghilang. Saat bertemu titik nadir kehidupan maka bahasa Ibu lah
yang akan berbicara. Naluri seorang Ibu akan senantiasa mendorong
anaknya bangkit dari lembah terbawah bumi ini. Ibu adalah kekuatan maha
dahsyat.
Sejatinya saya tak cukup
faham untuk memahami hati dan perasaan seorang perempuan, sekalipun
perempun itu bernama ibuku yang telah melahirkan 43 tahun silam. Ibu
terlalu mulia, hampir tak pernah melihat kesedihan terpancar walaupun
gamang sedang menerpanya. Ibu adalah terindah, tersenyum sekalipun
keadaan memaksanya untuk lara. Tatkala malam menjelang saya suka memimpikan Ibu membawa segelas teh manis yang rutia Ia buat setiap pagi untukku. Tergopoh-gopoh dibuatnya hanya untuk menyenangkan anaknya.
Tapi tak apalah, banyak kisah yang menerangkan kehebatan dan kesabaran
seorang Ibu. Mencarikan anaknya uang untuk biaya sekolah sampai mengais
rejeki dengan berjualan baju keliling desa untuk anaknya bisa meminum segelas
susu. Ibu terlalu perkasa sekalipun renta. Energinya masih kalah jauh
dengan anak-anaknya, tapi itulah Ibu, senantiasa membumi, menyusui,
merangkul segenap cinta tanpa Ia sadari bahwa Ia telah rapuh dan lelah.
Dan untukmu Ibu yang kini sedang jauh dimata dan sedang berjuang agar terbebas dari derita penyakit,.. Anakmu ini selalu sayang dan cinta, mohon maaf tidak bisa selalu menjaga dan mendampingi dikala Engkau berjuang menahan sakit... Semoga Engkau selalu mendapatkan kemudahan dan perlindungan dari Allah SWT...