Cari Blog Ini

Jumat, 10 Agustus 2012

Manusia di Usia 40 Tahun

Saya merenung, sebentar lagi saya menginjak usia 40 tahun pikiranku menerawang jauh ke tempat yang tidak jelas arahnya. Dalam benak saya apa yang telah saya dapat di usia tersebut untuk ukuran kesuksesan dunia relatife, minimal cukup tidak mengalami kesulitan material, untuk ukuran agama ? saya hanya  diam merenung…. Apakah ini bentuk frustasi saya karena masalah pekerjaan yang sangat tidak menentu ? tapi saya anggap itu hal biasa.

Andai jatah hidup saya 60 tahun, berarti sisa hidup saya sangatlah sedikit. Duh! Betapa singkatnya hidup ini. Jika demikian, betapa tidak akan terasa menjalani sisa hidup yang lebih pendek lagi; 20 tahun, 12 tahun, 2 tahun, atau malah cuma dua hari lagi. Kalau selama ini di habiskan hanya untuk keperluan dunia dari fajar hinggi terbenamnya matahari atau bahkan lebih. Dan selebihnya untuk mencari bekal akherat kelak, itupun tidak selalu rutin, oh.. celakalah saya..

Usia 40 tahun banyak orang menganggap usia yang matang dan batas seseorang untuk memperoleh kesuksesan. Di usia tersebut manusia telah menjalani setangah perjalanan hidup yang di gariskan. Seandainya di usia tersebut hidup seseorang masih biasa biasa saja berarti orang tersebut bisa di sebut gagal, tetapi seandainya orang tersebut mendapatkan materi yang lebih dari cukup berarti secara dunia orang tersebut mengalami kesuksesan. Demikian juga dengan untuk urusan Agama, apa yang telah di dapat dari usia 40 tahun tentang urusan Agama (akherat) ? yang tau hanya kita sendiri.

Mengapa umur 40 tahun begitu penting? Dalam tradisi Islam, usia manusia diklasifikasikan menjadi 4 (empat) periode, yaitu 1) periode kanak-kanak atau thufuliyah, 2) periode muda atau syabab, 3) periode dewasa atau kuhulah, dan 4) periode tua atau syaikhukhah. Periode kanak-kanak itu mulai lahir hingga baligh, muda mulai dari usia baligh sampai 40 tahun, dewasa usia 40 tahun sampai 60 tahun, dan usia tua dari 60-70 tahun.

Dengan demikian usia 40 tahun adalah usia ketika manusia benar-benar meninggalkan masa mudanya dan beralih menapaki masa dewasa penuh yang disebut dengan usia dewasa madya (paruh baya) atau kuhulah. Pakar psikologi Elizabet B. Hurlock,  mengatakan “masa dewasa awal” atau “early adulthood” terbentang sejak tercapainya kematangan secara hukum sampai kira-kira usia 40 tahun. Selanjutnya adalah masa setengah baya atau “middle age”, yang umumnya dimulai pada usia 40 tahun dan berakhir pada usia 60 tahun. Dan akhirnya, masa tua atau “old age” dimulai sejak berakhirnya masa setengah baya sampai seseorang meninggal dunia.

Kejiwaan pada usia 40 tahun ini adalah meningkatnya minat seseorang terhadap agama (religiusitas dan spiritualisme) setelah pada masa-masa sebelumnya minat terhadap agama itu boleh jadi kecil sebagaimana diungkapkan oleh banyak pakar psikologi sebagai “least religious period of life”.

Maka patutlah jika usia 40 tahun tertulis dalam al-Qur’an. Dan karenanya, tidaklah heran jika para Nabi diutus pada usia 40 tahun. Nabi Muhammad saw. diutus menjadi nabi tepat pada usia 40 tahun. Begitu juga dengan nabi-nabi yang lain, mereka diutus menjadi nabi ketika usia mereka genap 40 tahun. kecuali Nabi Isa as. dan Nabi Yahya as.

Di beberapa negarapun, untuk menduduki jabatan-jabatan elit yang strategis, seperti kepala negara, disyaratkan harus telah berusia 40 tahun. Seperti, Soekarno menjadi presiden pada usia 44 tahun. Soeharto menjadi presiden pada umur 46 tahun. J.F. Kennedy 44 tahun. Bill Clinton 46 tahun. Paul Keating 47 tahun. Sementara Tony Blair 44 tahun.

Keistimewaan usia 40 tahun tercermin dari sabda Rasulullah saw.,

العَبْدُ الْمُسْلِمُ إِذَا بَلَغَ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً خَفَّفَ اللهُ تَعَالَى حِسَابَهُ ، وَإِذَا بَلَغَ سِتِّيْنَ سَنَةً رَزَقَهُ اللهُ تَعَالَى الْإِنَابَةَ إِلَيْهِ ، وَإِذَا بَلَغَ سَبْعِيْنَ سَنَةً أَحَبَّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ ، وَإِذَا بَلَغَ ثَمَانِيْنَ سَنَةً ثَبَّتَ اللهُ تَعَالَى حَسَنَاتِهِ وَمَحَا سَيِّئَاتِهِ ، وَإِذَا بَلَغَ تِسْعِيْنَ سَنَةً غَفَرَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ وَشَفَّعَهُ اللهُ تَعَالَى فِى أَهْلِ بَيْتِهِ ، وَكَتَبَ فِى السَّمَاءِ أَسِيْرَ اللهِ فِى أَرْضِهِ – رواه الإمام أحمد

Seorang hamba muslim bila usianya mencapai empat puluh tahun, Allah akan meringankan hisabnya (perhitungan amalnya). Jika usianya mencapai enam puluh tahun, Allah akan memberikan anugerah berupa kemampuan kembali (bertaubat) kepada-Nya. Bila usianya mencapai tujuh puluh tahun, para penduduk langit (malaikat) akan mencintainya. Jika usianya mencapai delapan puluh tahun, Allah akan menetapkan amal kebaikannya dan menghapus amal keburukannya. Dan bila usianya mencapai sembilan puluh tahun, Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan dosa-dosanya yang belakangan, Allah juga akan memberikan pertolongan kepada anggota keluarganya, serta Allah akan mencatatnya sebagai “tawanan Allah” di bumi. (H.R. Ahmad)

Dan Allah Ta'ala mempertegas lagi dalam firmanya,  

حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

"Sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri"." (QS. Al-Ahqaf: 15).

Ayat di atas mengisyaratkan, seseorang yang sudah mencapai umur 40 tahun berarti akalnya sudah sampai pada tingkat kematangan berfikir serta sudah mencapai kesempurnaan kedewasaan dan budi pekerti. Sehingga secara umum, tidak akan berubah kondisi seseorang. Saat sudah menginjak usia 40 tahun hendaknya seseorang mulai meningkatkan rasa syukurnya kepada Allah SWT juga kepada orang tuanya.

Nah bagi kita kita yang sebentar lagi atau sudah atau mungkin juga telah melampaui usia tersebut, sudah sepantasnyalah intropeksi diri, apa yang telah kita capai diusia 40 tahun. Jangan lantas bangga atau bahkan merasa rugi karena belum mencoba merasakan bermacam kemaksiatan yang ada di dunia. Justru harusnya digenjot lagi untuk selalu beramal sholeh, untuk bekal nanti dari kehidupan selanjutnya.. sory bukan gue sok jago…. 

Sabtu, 09 Juni 2012

Ketika Kita Direndahkan

Hidup yang paling menyedihkan adalah ketika di rendahkan oleh orang lain apalagi orang yang merendahkan tersebut adalah teman dekat kita. Kita boleh tetap berharap agar tidak pernah sampai mengalaminya sampai kapanpun.  Tapi itu bukan jaminan bahwa kita suatu saat nanti tidak mengalami penghinaan atau di rendahkan orang lain.sebelum itu terjadi akan lebih bijak kalau kita udah mempersiapkan diri lebih awal.

Yang terpenting sebelum itu terjadi kita harus mempunyai kepercayaan diri yang luar biasa pedenya, tetapi kadang kita tidak selalu berada dalam posisi seperti itu. Apalagi kalau melihat orang lain yang luar biasa sempurnanya. Seperti pepatah di atas langit masih ada langit. 

Walhasil, selain berupaya keras untuk selalu berada pada posisi dan martabat yang tinggi itu memang kita butuh sikap mental yang tepat untuk mengantisipasi situasi yang tidak enak itu.

Ketika orang lain merendahkan kita, jangan sampai kita terpengaruh. Hati merupakan titik terlemah mental kita. Jika kita sudah merasa sakit hati, maka rasa sakit itu sulit sekali dicarikan obat penyembuhnya. Itulah sebabnya mengapa kita masih ingat kepada orang yang menyakiti hati kita puluhan tahun yang lalu. Orang yang menyakiti itu mungkin sudah meninggal. Tapi rasa sakit di hati masih terasa sampai saat ini. Maka dari itu, langkah pertama setiap kali berhadapan dengan orang yang merendahkan kita adalah; melindungi agar kalbu kita tidak terpengaruh oleh perlakuan buruk mereka.

Kemudian menjaga pikiran agar jangan sampai menyimpan memori itu. Biasanya, kita lebih mudah mengingat kata-kata negatif orang lain daripada nasihat yang baik-baik. Buktinya kita sering lupa pelajaran di sekolah, di ruang-ruang seminar, dan di majlis taklim, maupun forum-forum keilmuan lainnya. Tapi, lain halnya dengan kalimat buruk yang dikatakan oleh tetangga sebelah. Atau oleh atasan. Atau oleh teman. Hanya satu kalimat buruk yang keluar dari mulut mereka. Namun kepala kita bisa mengingatnya sepanjang masa. Oleh karenanya, langkah kedua setiap kali berhadapan dengan orang yang merendahkan kita adalah; menjaga agar akal kita tidak terpengaruh oleh perkataan buruk mereka.

Memang kalau ngomong sangat gampang tetapi prakteknya sangatlah susah. Yang terpenting
Kita lebih baik daripada orang yang merendahkan kita itu!” Dengan demikian, maka perlakuan buruk mereka bisa menjadi motivasi bagi kita untuk membuktikan bahwa kita memang lebih baik daripada mereka yang merendahkan kita. Tapi awas jangan berlebihan yang mengakibatkan kita berlaku sombong dan congkak. Seperti ungkapan “Dulu kamu merendahkan saya. Sekarang sudah saya buktikan kalau saya lebih baik dari kamu!”

Ingat…!!! Campur tangan Iblis,… pada awalnya hanya memiliki satu kelemahan, bernama; kesombongan? Makanya, Iblis paling senang kepada orang yang gigih berjuang karena pernah direndahkan, lalu berhasil bangkit dari keterpurukan, kemudian bisa menunjukkan kepada orang yang pernah merendahkannya. Rasa dendam yang berlebihan karena pernah di hina.

Kenapa kita mesti sakit hati karena direndahkan oleh orang yang tidak lebih baik dari kita? Kenapa pikiran kita mesti dikotori oleh perkataan-perkataan orang yang tidak lebih sempurna dibandingkan kita?  Dengan begitu, kita bisa tetap melindungi hati dari rasa sakit yang tidak perlu. Sekaligus menjaga kebersihan akal agar tidak sampai memikirkan teknik dan strategy untuk membalas dendam. Sehingga kita bisa terhindar dari kemungkinan menjadi pengikut Iblis tanpa kita sadari.

Rasulullah pun mengingatkan kita bahwa Tuhan secara tegas melarang perilaku merendahkan orang lain. Boleh jadi, orang yang direndahkan itu lebih baik daripada orang yang merendahkannya. Itu baru ‘boleh jadi’ lho. Belum mutlak. Mengapa baru sebatas ‘boleh jadi’? Karena ukuran apakah seseorang yang direndahkan itu benar-benar lebih baik dari orang yang memperoloknya tidak semata-mata ditentukan oleh keberhasilan orang itu untuk meraih kesuksesan yang lebih tinggi dari orang yang merendahkannya. Melainkan juga ditentukan oleh sikap dan perilaku terpujinya setelah berhasil meraih pencapaian tinggi itu.

Jika dia mengikuti sifat Iblis, maka dia akan menggunakan kesuksesannya untuk menyombongkan diri dihadapan mereka yang pernah merendahkannya. Namun, jika dia mengikuti kemuliaan sifat Rasulullah, maka dia akan tetap menjadi pribadi yang rendah hati meskipun hidupnya ditaburi dengan prestasi dan pencapaian yang tinggi. Karena dia tahu, bahwa semua pencapaian itu tidak mungkin diraihnya tanpa limpahan kasih sayang dari Ilahi. Sehingga setiap pencapaian, tidak menghasilkan hal lain selain rasa syukur yang semakin mendalam. Pantesan…, Tuhan kok semakin sayang kepada orang seperti itu, ya?

Sabtu, 02 Juni 2012

Memaki dan Menghina

Suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri lagi, bahwa menjaga kehormatan ini adalah hal yang terpenting untuk menjaga keharmonisan. Dan sebaliknya menghina kehormatan atau martabat orang lain akan bisa menimbulkan rasa saling membenci, perpecahan dan hilangnya rasa kebersamaan. Oleh karena itu, Islam menganggap bahwa setiap hal yang menyentuh kehormatan orang lain termasuk perbuatan dosa yang harus dijauhi oleh orang-orang yang beriman. Di antara hal-hal yang masuk dalam kategori menghina martabat orang lain ialah : menghina orang lain, menuduh dan memberi julukan yang dibenci olehnya, jelek sangkaan, mengintai dan membicarakan perihal orang lain di kala orang tersebut tidak ada. 

Allah melarang suatu golongan mengolok-olok golongan lainnya. Perbuatan ini amatlah dicela karena timbul dari rasa kagum terhadap diri sendiri yang sekaligus menghina orang lain. Sifat ini akan dapat mengakibatkan hal-hal yang bisa menimbulkan permusuhan antara teman. 
Norma-norma yang dipakai oleh kalangan lelaki dan kalangan wanita, pada hakekatnya adalah serupa dengan fatamorgana yang sering menipu pandangan mata atau orang-orang yang berpikiran dangkal. Bisa saja terjadi orang yang cantik menghina orang yang jelek, yang kaya menghina yang miskin dan yang muda menghina yang tua, tetapi norma-norma semacam ini bukanlah hakikat yang sebenarnya. Selain dari itu norma-norma tersebut bukanlah indikasi bagi ukuran terhormat atau tidaknya seseorang. Adapun norma-norma yang sebenarnya dan yang dijadikan indikasi dalam merendahkan dan meninggikan derajat seseorang adalah norma-norma yang ada dalam jiwa seseorang, dan takkan bisa dilihat kecuali oleh Allah SWT.

Perbuatan mencela orang lain sudah merupakan ciri khas zaman sekarang. Anda tentu pernah membaca di beberapa surat kabar, seorang tokoh politik mencela tokoh lainnya dan semua orang-orang yang mendukungnya. Tiada lain, maksud yang terkandung dalam hatinya ialah ingin memperoleh ketenaran dengan menjelek-jelekkan orang lain. Dan ada sebagian orang lagi menggunakan “sarana” mencela orang lain hanyalah untuk melampiaskan rasa dendamnya yang sudah mematri dalam hatinya terhadap orang yang dicela. 

Teringat ketika saya masih bekerja di suatu rumah sakit sewasta yang lumayan keren.. teman saya dimaki dan dan hina oleh atasanya dengan rasa penuh kebencian hanya karena persoalan sepele. Kalau di pikir secara logika sangat tidak pantas di ucapkan oleh seorang pimpinan.

Arti mengumpat mungkin adalah, seseorang menuturkan sesuatu yang kurang disenangi yang berkaitan dengan pribadi temannya. Penuturannya itu bisa secara blak-blakan ataupun secara sindiran; baik yang dituturkannya itu bertalian dengan masalah agamanya atau kepribadiannya, semuanya sama saja. Perlu diperhatikan, pengertian mengumpat bukan saja ketika orang yang bersangkutan tidak ada, tetapi bisa juga ketika ia berada di depan orang yang membicarakannya. Hal ini pun masuk dalam pengertian mengumpat. 

Rasulullah dalam menanggapi masalah mengumpat ini memberikan penjelasan dalam salah satu sabdanya :
 
“Apakah kamu tahu artinya ghibah (mengumpat)?”. Para sahabat menjawab : “Allah dan Rasul lebih mengetahui hal itu.” Kemudian Nabi SAW bersabda : “Engkau menuturkan perihal saudaramu yang tidak ia senangi”. Salah seorang sahabat menanyakan : “Barangsiapa jika yang kututurkan mengenai saudaraku itu benar-benar?”. Beliau menjawab : “Apabila apa yang kau tuturkanitubenar, berarti engkau telah membicarakannya (mengumpatnya), dan apabila apa yang kau tuturkan itu sebaliknya, maka engkau telah berkata bohong mengenai dirinya.( Hadits riwayat Muslim, Abu Daud, Turmudzi dan An Nasa’i)” 

Perbuatan mengumpat adalah perbuatan yang paling jelek dan dapat mengeruhkan keintiman persahabatan. Karena rasa persahabatan ini hanya bisa dipupuk dengan saling mempercayai yang timbul dari hati yang ikhlas, kemudian dipraktekkan dalam bentuk saling menghormati, bermuka ramah dan berkata jujur. Adapun perbuatan mengatakan perihal orang lain sewaktu ia tidak ada dan perkataannya itu menyinggung kehormatannya, maka hal ini akan dapat mengeruhkan keintiman persahabatan. 

Makanya yuk kita jalin silahturahmi kesesama orang jangan melihat siapa dia, tetapi sebesar apa kelebihan dia yang patut untuk kita ikutin…

Jumat, 03 Februari 2012

Facebook Dengan Kelebihan Dan Kekuranganya

Facebook ini ibarat seperti sebuah pisau, bisa bermanfaat bila digunakan untuk hal-hal bermanfaat tetapi juga bisa membawa bahaya. Facebook bisa digunakan sebagai wadah silaturahmi di dunia maya, berdakwah, menimba ilmu, dan sebagainya. Tapi juga, sebaliknya Fecebook juga bisa digunakan sebagai ajang maksiat.

Dengan berkembangnya Teknologi informasi yang melahirkan bermacam – macam bentuk Jejaring Sosial diantaranya Facebook ini, banyak manfaat yang bisa kita ambil diantaranya :
Sebagai sarana dakwah Facebook bisa digunakan sebagai sarana dakwah yang bagus di tengah keringnya ilmu dan informasi tentang Islam yang benar, sehingga betapa banyak orang mendapatkan hidayah disebabkan membaca artikel di Facebook atau diskusi di Facebook.
Wadah silaturrahmi Facebook bisa digunakan sebagai wadah untuk menyambung silaturrahmi antara sesama teman, orang tua, kerabat, murid, atau guru dan ajang untuk menceri kawan lebih banyak lagi yang itu hukum asalnya adalah boleh-boleh saja.
Menyimpan file/tulisan Tulisan yang disimpan di komputer bukan tidak mungkin akan hilang saat komputer terkena virus. Akan tetapi, jika disimpan di Fecebook, maka file tersebut tetap akan selamat selama account masih aktif.
Dan Facebook dapat digunakan sebagai alat pemasaran bagi yang hobi bisnis, meningkatkan kepercayaan diri karena dapat memajang foto-foto narsinya..
Tentunya Fecebook juga bisa menjadi buruk bagi penggunanya diantaranya:
Kecanduan Banyak dari pengguna Facebook merasa asyik berbalas atau chatting, sehingga mereka menjadi lupa pada waktu, tugas kewajibannya, bahkan ada yang sampai dibuat lalai dari aturan agama gara-gara kecanduan Facebook.
Wadah maksiat Banyak dari para pengguna Facebook tidak mengindahkan aturan agama sehingga menjadikan Facebook sebagai wadah maksiat, berupa ghibah, fitnah, gosip, pacaran, dan sebagainya.
Gambar foto Di antara wabah Facebook yang sangat perlu diperhatikan adalah budaya menampilkan foto-foto pribadi yang jelas akan dilihat banyak orang, bahkan tekadang yang ditampilkan adalah foto-foto seronok setengah bugil yang mengumbar nafsu maksiat. Karena itu, bagi para pengguna Facebook hendaknya menampilkan foto-foto yang elegan sopan atau dengan memajang foto-foto lain yang tidak bermasalah seperti pemandangan alam atau sejenisnya.
FACEBOOK, HALAL ATAU HARAM ?
Saya masih ingat ketika awal booming-nya Facebook menuai kontroversi di kalangan para tokoh agama, terutama di kalangan ulama Jawa Timur. Sehingga pernah diberitakan sebagian pondok pesantren se-Jawa Timur dan Madura yang tergabung dalam Forum Komunikasi Pondok Pesantren Putri mengharamkan pemanfaatan Facebook secara berlebihan seperti mencari jodoh maupun pacaran. yang pembahasanya waktu itu di Pondok Pesantren Putri Hidayatul Mubtadiin Lirboyo, Kediri, Jatim. Namun, fatwa ini akhirnya menuai protes dari para tokoh moderat, bahkan ada sebagian kalangan menilai bahwa fatwa tersebut “kolot” dan “ketinggalan zaman”.
Facebook hanyalah sekedar sebuah alat saja, bukan haram secara zatnya, namun semua itu tergantung pada penggunaannya. Fatwa para tokoh yang melarangnya seharusnya kita ambil manfaatnya yaitu agar penggunaan Facebook bukan untuk kemaksiatan melainakan harus diarahkan kepada yang positif, karena apabila digunakan untuk pamer aurat maka Facebook berubah menjadi haram.
Tentu saja, Facebook adalah termasuk masalah kontemporer yang tidak ada dalilnya secara khusus. Namun,bila di perhatikan dengan seksama bisa di temukan beberapa argumentasi yang menunjukkan hukum asal penggunaan Facebook adalah boleh, setidaknya ada dua kaidah  yang bisa kita terapkan untuknya:
1. Asal segala urusan dunia hukumnya boleh
bahwa asal semua urusan dunia adalah boleh sampai ada dalil yang melarangnya dan asal semua ibadah adalah terlarang sampai ada dalil yang mensyari’atkannya.
Banyak sekali dalil al-Qur’an dan hadits yang menunjukkan kaidah berharga ini, bahkan sebagian ulama menukil ijma’ (kesepakatan) tentang kaidah ini Cukuplah dalil yang sangat jelas tentang ini adalah sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Apabila itu urusan dunia kalian maka itu terserah kalian, dan apabila urusan agama maka kepada saya.”
Bila ada yang mengatakan, “Bagaimana apabila alat dunia tersebut ditemukan oleh orang nonmuslim?” Jawabnya: Sekalipun begitu, bukankah Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu menerima strategi membuat parit sebagaimana usulan Salman al-Farisi ketika Perang Khandaq?! Jadi, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima strategi tersebut walaupun asalnya adalah dari orang-orang kafir dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengatakan bahwa stretegi ini najis dan kotor karena berasal dari otak orang kafir. Demikian juga tatkala shallallahu ‘alaihi wa sallam berhijrah ke Madinah, beliau meminta bantuan seorang penunjuk jalan yang kafir bernama Abdullah al-Uraiqith. Semua itu menunjukkan bolehnya mengambil manfaat dari orang-orang kafir dalam masalah dunia dengan tetap mewaspadai virus agama mereka. Dalam hikmah Arab dikatakan:
Ambillah buahnya dan buanglah kayunya ke api.
Maka tidak selayaknya seorang hamba menolak nikmat Alloh tanpa alasan syar’i dan tidak halal baginya untuk mengharomkan sesuatu tanpa dalil.
2. Tergantung pada tujuannya
Ini sangat penting dan berharga sekali bahwa dakwah, silaturrahmi, menimba ilmu, dan lainnya merupakan tujuan yang mulia, maka segala sarana yang menuju kepada tujuan tersebut hukumnya seperti tujuannya. Hal ini sama persis dengan hukum menaiki pesawat terbang untuk berangkat haji, menggunakan bom, tank, dan alat-alat canggih modern untuk jihad dan sebagainya; tidak diragukan tentang bolehnya karena alat-alat tersebut merupakan sarana menuju ibadah yang mulia.
Kesimpulannya, bahwa Facebook layaknya alat-alat teknologi lainnya seperti telepon, radio, tipe, dan sebagainya, bisa digunakan untuk menimbulkan kerusakan akidah, pemikiran, akhlak dan sebagainya tetapi ini tidak boleh hukumnya dalam pandangan syariat. Dan bisa digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Maka seyogianya bagi kaum muslimin untuk memanfaatkan alat ini untuk hal-hal yang positif dan bermanfaat bagi dunia dan akhirat agar dakwah Islam semakin berkembang dan menyebar. Wallohu A’lam
Etika Seorang Muslim ber-Facebook adalah jejaring sosial. Itu berarti kita hidup dalam kawasan pertemanan dan pergaulan. Maka perlu etika-etika bergaul harus diperhatikan :
Jadikan sebagai ladang pahala. Hendaknya seorang yang masuk pada situs ini meluruskan niatnya terlebih dahulu, dia benar-benar ingin menjadikan Facebook untuk sesuatu yang bermanfaat sebagai ajang silaturrahmi, berdakwah, menimba ilmu, dan sebagainya.
Mengatur waktu. Hendaknya pengguna Facebook memahami akan mahalnya waktu. Janganlah ia terjebak dalam kesia-siaan atau terlena keenakan chatting sehingga lalai dari sholatnya, kewajiban, dan tugasnya di rumah atau tempat kerja.
Waspadailah zina mata dan hati. Dalam Facebook akan di-pasting foto-foto pengguna Facebook lainnya yang terkadang mereka adalah foto-foto lawan jenis. Tidak menutup kemungkinan muncul nafsu birahi dengan melihatnya. Maka hendaknya kita takut kepada Allah dan menyadari bahwa semua itu adalah ujian akan keimanan kita kepada-Nya.
Jagalah kata-kata. Janganlah kita merasa bebas menulis status atau komentar dan kata-kata di Facebook. Pilihlah kata-kata yang baik dan menyenangkan. Jangan menulis kata-kata yang kotor, fitnah, provokasi, gosip, ghibah (gunjingan), dan sebagainya. Seorang muslim harus menjaga anggota tubuhnya dari hal-hal yang dapat menodai keimanannya.
Mungkin Cuma itu Catatanku tentang Facebook yang lagi tenar, siapa sih yang ga punya ? Saya adalah termasuk orang pengguna yang aktif untuk saat ini Semoga apa yang tulisan ini membawa manfaat bagi semuanya. Aamiin