Cari Blog Ini

Rabu, 31 Desember 2014

Catatan Akhir Tahun

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh....

Alhamdulillah ucapkan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kita masih bisa menjalani dan melaksanakan fungsi sebagai kholifah dimuka bumi ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa Allah SWT limpahkan kepada Nabi SAW, yang telah membimbing umat manusia menuju kebenaran dan kejujuran agar dapat terus terpelihara.

Tahun 2014 tinggal beberapa jam lagi, seperti biasa setiap menjelang pergantian tahun orang-orang sibuk hilir mudik, berlomba mencari sensasi, seketika itu jalanan macet nyaris tidak bergerak. Mengapa mereka begitu bangga dan bahagia apa yang mereka dapat, setelah dan yang akan datang di tahun berikutnya ?. Norak ?, mungkin, atau saya yang begitu iri dan syirik, Astagfirullah harusnya saya tidak boleh punya fikiran seperti itu.

Dunia semakin tua, banyak kejadian menimpa setiap saat. Tak bisa ditolak, menghindar atau bersikap cuek. Segala sisi kehidupan lebih didominasi hal yang negatif. Lingkungan tidak nyaman lagi, dengan ditandai datangnya bermacam-macam cobaan. Tamparan dari sang Illahi sudah terlalu banyak, cobaan dan peringatan yang sejatinya sebagai alarm untuk sadar diri, merenung dan diam bercermin memandang wajah sendiri. Menata hati, dan berfikir akan tanggung jawab yang begitu besar menyandang sebagai manusia hakiki. Mahluk yang sejatinya penuh cinta, kasih sayang, peduli, empati dan simpati akan diri sendiri dan sesama.

Seiring berjalan waktu di tahun 2014 saya semakin bisa memahami apa arti kehidupan. kehidupan tak akan bermakna tanpa ada yang suka dan duka silih berganti. ketika kita sedang menghadapi suka terkadang kita lupa segalanya, serasa kita adalah penguasa dunia. Tetapi disaat kita menghadapi duka, kita selalu merasa orang yang paling menderita. Suka dan duka adalah variasi kehidupan yang akan membuat kita menjadi lebih dewasa.

Dipertengahan 2014 saya mendapatkan bermacam-macam kenikmatan dan yang menurut saya luar biasa. Dalam lingkungan kerja walau kurang sedikit diakaui secara posisi, tetapi saya diakaui secara kemampuan. Baru tersadar bahwa sesuatu kedudukan dan jabatan adalah titipan sang kuasa Illahi, semua garis nasib sudah diatur olehNya. Saya berusaha menerima dengan ikhlas, jabatan dan kedudukan bukanlah segalanya. Apalagi terlalu banyak campur tangan orang yang berdasarkan suka dan tidak suka, kedekatan, kekerabatan atau yang terkenal dengan sebutan kolusi dan nepotisme. 

Bagi sebagian orang kedudukan dan jabatan adalah susuatu yang harus dikejar, memang betul jabatan dan kedudukan adalah bentuk tolak ukur kemampuan seseorang. Semakin tinggi jabatan yang disandang maka semakin tinggi pula tingkat status sosialnya. Maka kadang untuk mendapatkan itu semua orang rela menempuh berbagai cara dari berprilaku bermuka dua, penjilat, menjual kesedihan dan masih banyak cara lain yang dianggap ampuh, Naudzubillah Mindzalik..

Tapi biarlah mereka berbuat seperti itu, yang penting kita sebagai umat Nabi muhammad SAW, sangat tidak dianjurkan untuk berprilaku yang demikian. Berjuang, berkarya sapol kemampuan kita In Sya Allah, Allah akan melihat usaha kita.

2014 juga merupakan tahun yang penuh history buat hidupku. Ditahun itulah kedua orang tua kandung saya bisa melaksanakan ibadah umroh. Walaupun hanya sekedar umroh tapi buat saya sangat berarti, mereka selalu mendambakan itu, sebagai anak adalah suatu keharusan untuk bisa mewujudkan keinginan orang tua. Karena itu adalah ukuran bentuk bakti dan kecintaan terhadap orang tua... Semoga saja mereka selalu diberikan limpahan keselamatan, panjang umur dan kesehatan sehingga kelak bisa menjalankan ibadah Haji.. amin...

Ditahun 2014 juga saya mendapatkan kejadian yang tidak menyenangkan. Ibu saya sering kuluar masuk rumah sakit untuk rawat inap. Kata dokter Ibu saya terdiagnosa sakit jantung, ada kebocoran dijantungya sehingga satu-satunya cara penyembuhan adalah dengan dilakukannya operasi. Dan kebocoran itu sudah ada sejak lahir. Berkat kebesaran Allah SWT, selama hidupnya Ibu saya tidak terpengaruh dengan sakit jantung hingga beliau sampai bisa memberikan kasih sayang kepada keenam orang anaknya. Karena kondisi usialah, penyakit itu mulai berani menampakan diri dan Ibu saya mulai mengalami gejala akibat pengaruh penyakitnya, terutama sepulang dari ibadah umroh. Ibu hanya pasrah bahkan menolak untuk dilakukan operasi, tetapi dengan di berikanya pengertian dan motivasi akhirnya Ibu bisa menerima. dan In sya Allah tanggal 9 Januari 2015 operasi jantung akan dilaksanakan di salah satu rumah sakit jantung nasional di daerah Jakarta Barat. Saya bisa berharap semoga pengobatanya bisa berjalan lancar dan Ibu saya diberikan kesembuhan...amin..

Allah sudah memberikan warna kehidupan bagi setiap umatnya, manusia selalu dicoba untuk mengukur keimananya, ada kejadian yang tidak mengenakan dan sebaliknya. Dipenghujung tahun 2014 ada peristiwa suka dan duka buat saya. Suka adalah ketika saya mendapatkan buah cinta yang ke tiga bersama istri tercinta. Duka adalah dalam proses mendapatkan kebahagiaan tersebut melalui cobaan yang tidak mudah terlebih dahulu. 

Yah... anaku yang ketiga dalam proses kelahiranya mengalami sedikit cobaan. Yaitu dari mulai di klinik bidan hingga sampai rumah sakit. Yang awalnya Istri saya didiagnosa nolmal dalam kelahiran tiba-tiba harus dilakukan dengan cara operasi. Kalau hanya sekedar operasi mungkin sudah menjadi hal yang biasa tetapi proses menuju operasinya yang membuat getir dan miris. Terlalu banyak kejadian yang tidak wajar dari mulai di bidan hingga di rumah sakit. Tetapi semua bisa dilalui dengan selamat walau penuh dengan liku-liku.

Tahun dua ribu empat belas sebentar lagi berlalu, suka dan duka biarlah berlalu bukan untuk dilupakan tetapi dijadikan mawas diri bahwa kita harus siap mendapatkan itu semua. Disaat kita suka kita harus sadar bahwa tak selamanya kita akan merasakan ini semua, duka pasti akan datang entah itu kapan. Saat kita harus bisa berbagi dengan orang-orang di sekitar kita, kita harus bersyukur atas semuanya.

Ketika suka itu berganti duka janganlah merasa putus asa kita harus merasa senang. Kita sedang di uji dan nanti duka itu akan berganti suka. Pada dasarnya suka dan duka adalah ujian kehidupan. Manusia hanya bisa menjalani dengan selalu berusaha, bersabar dan berdoa. Semua pasti ada hikmahnya di balik itu semua. janganlah lupa selalu bersyukur atas apa yang Allah berikan pasti semua akan terasa indah.

Beberapa menit lagi tahun akan berganti, yakinlah kebahagiaan itu akan segera hadir lupankan pengalaman pahit masa lalu, jadikan itu semua sebagai pelajaran hidup. Masa lalu bukan untuk dilupakan, karena akan ada pelajaran besar disetiap peristiwanya. Tapi tidak juga untuk selalu diratapi, karena kita masih punya masa depan, yang kita tentukan hari ini. 

Wssalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh....


Kamis, 18 Desember 2014

Auzeal Al Izar Priatmojo

 Bismillahirrahmanirrahim Arab
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas Berkah dan Rahmatnya,
telah lahir dengan selamat anak kami yang ketiga:

Auzeal Al Izar Priatmojo

Lahir: Senin Legi, 08 Desember 2014
15 Shafar 1436 H
Semoga kelak menjadi anak yang sholeh, berbakti kepada kedua orang tua,
berguna bagi Agama, Nusa dan Bangsa, Amin.
.
Assalamu'alaikum Wr. Wb


Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kami,
Telah lahir anak kami yang pertama

Khanza Aulia Shafira Nugroho
Kamis, 22 November 2012


Semoga menjadi anak yang sholehah,
berbakti kepada kedua orang tua, berguna bagi nusa bangsa
dan agama. Amin,,,


Hari Agustomo Nugroho & Nurul Hidayah
- See more at: http://ovcio.blogspot.com/2012/12/contoh-ucapan-syukuran-kelahiran-anak.html#sthash.BcgfV5zo.dpuf

بَارَكَ اللهُ لَكَ فِي الْمَوْهُوْبِ لَكَ، وَشَكَرْتَ الْوَاهِبَ، وَبَلَغَ أَشُدَّهُ، وَرُزِقْتَ بِرَّهُ. وَيَرُدُّ عَلَيْهِ الْمُهَنَّأُ فَيَقُوْلُ: بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ، وَجَزَاكَ اللهُ خَيْرًا، وَرَزَقَكَ اللهُ مِثْلَهُ، وَأَجْزَلَ ثَوَابَكَ

‘Baarokallohu laka fil mauhuubi laka wa sayakartal Waahib wa balagho asyuddahu wa ruziqta birrohu’.”

“Semoga Allah memberkahimu dalam anak yang diberikan kepadamu. Kamu pun bersyukur kepada Sang Pemberi, dan dia dapat mencapai dewasa, serta kamu dikaruniai kebaikannya.”
Assalamu'alaikum Wr. Wb


Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kami,
Telah lahir anak kami yang pertama

Khanza Aulia Shafira Nugroho
Kamis, 22 November 2012


Semoga menjadi anak yang sholehah,
berbakti kepada kedua orang tua, berguna bagi nusa bangsa
dan agama. Amin,,,


Hari Agustomo Nugroho & Nurul Hidayah
- See more at: http://ovcio.blogspot.com/2012/12/contoh-ucapan-syukuran-kelahiran-anak.html#sthash.BcgfV5zo.dpuf

Senin pagi menjelang Subuh tepat pukul 03: 55 wib tanggal 8 Desember 2014, anak saya yang ketiga telah lahir, melalui proses operasi caesar di rumah sakit daerah Sentul Bogor. Anaku yang ketiga ini proses kelahiran lain dengan ke dua kakaknya Auza Al Ghifari Priatmojo dan Aufa Al Ghiyats Sulthon Priatmojo. Kelahiranya yang sangat memprihatinkan dan penuh perjuangan, dari hari Kamis petang hingga Senin pagi, sakit yang diderita istri saya luar biasa. Sampai tak terasa keluar air mata menyaksikan istriku merasakan kesakitan. Memang begitu adanya kalau wanita akan melahirkan, mengalami sakit tetapi buat saya ini bener-benar membuatku sedih yang amat sangat.

Hari Kamis menjelang Isya tgl. 4 Desember 2014 istri saya sudah merasakan mules di perutnya bertanda akan segera hadirnya buah cintaku yang ke tiga, tidak menunggu untuk berfikir lama saya ajak istri saya ke bidan di daerah Munjul Jakarta Timur dengan mengendarai sepeda motor dan membawa bekal kain perlengkapan persalinan. Sesampainya di sana seperti biasanya bidan memeriksa kandungan, dengan menggunakan alat tes detak jantung, terdengar ditelingaku suara gemuruh dari dalam alat tesebut dan bidan yang memeriksa menjelaskan bahwa kandunganya baik tidak ada masalah dan sudah ada pembukaan dua. Sontan hati saya senang luar biasa, ini saatnya yang ditunggu akan segera tiba. Bidan tersebut menyarankan istri saya untuk pulang dulu dengan alasan baru pembukaan dua masih lama, dikawatirkan terlalu lama menunngu di tempat persalinan nanti malah setres ibunya. Saya ikuti saran bidan tersebut, sesampainya dirumah istri saya melakukan rutinitas biasa dengan harapan proses kelahiran makin cepat.

Jumat pagi pukul 5 Desember 2014, saya mengajak istri saya untuk kembali pergi ke bidan untuk kontrol kandunganya tetapi istri saya menolaknya dengan alasan belum dirasa cukup "nanti aja kalau mulesnya sudah sering" jawab istri saya. Saya ikuti kemauanya, saya memutuskan tidak masuk kerja hari itu untuk menjaga dan menemani istri kawatir terjadi sesuatu terhadapnya.

Jumat petang selepas mahgrib 5 Desember 2014, saya kembali mengajak istri saya untuk ke bidan untuk kontrol kandungan, kali ini istri saya mengangguk. Seperti biasanya saya mempersiapkan sepeda motor kesayanganku dan istri saya menenteng tas berisi perlengkapan baju untuk persiapan persalinan siapa tau kali ini istri saya benar benar menjalani proses persalinan. Sesampainya di klinik kami melakukan proses pendaftaran yang sederhana, begitu juga ketika istri saya di dalam ruangan pemeriksaan. Dengan menggunakan alat deteksi janin terdenger bunyi degukan dari alat itu, menurut bidan, itu suara detakan jantung si bayi. Alhamdulillah dalam hati saya, berarti anak yang ada dalam perut istri saya masih baik dan sehat. Kemudia bidan yang memeriksa menganjurkan istri saya untuk kembali ke rumah dulu karena masih dalam pembukaan dua masih sangat lama, nanti kalau mulesnya sudah agak sering baru kembali lagi. Tetapi salah satu bidan dari ketiga bidan yang memeriksa menganjurkan tidak usah pulang disini aja "klinik" ditakutkan kalau-kalau tengah malam terjadi mules yang sangat.
Akhirnya kami ikuti saran bidah tersebut untuk tidak usah pulang dan menjalani proses persalinan di klinik tersebut. Niat saya dan istri saya juga demikian kenapa harus pulang lagi toh ini udah pembukaan dua. Setelah itu bidan yang memeriksa tadi mengambil obat berbentuk pil dan pisau cater, kemudian pil tersebut di potong menjadi dua bagian. Kemudian potongan pil terebut diberikan ke istri saya supaya di kulum dibawah lidah tidak boleh dikunyah apalagi ditelen dengan maksud untuk menambah mules di perutnya agar mudah membuka ke pembukaan tiga dan seterusnya. Jadilah saya dan istri saya menginap di klinik bidan tersebut. Bidan menganjurkan istri saya untuk banyak jalan dan nungging agar rahim cepat membuka.

Sabtu pukul 00:00 tanggal 6 Desember 2014, istri saya masih menjalankan intruksi dari badan tadi, jadi dari mulai datang hingga tengah malam kami tetap melakukan hal tersebut dengan harapan proses kelahiran akan cepat. Dalam benak saya harusnya malam ini anak saya sudah lahir. Kemudian bidan menemui istri saya untuk melakukan pengecekan rahim, Alhamdulillah menurut informasi bidan sudah ada pembukaan tiga. Malam itu istri saya tidak tidur terpancar semangat yang luar biasa, itu semua berharap proses kelahiran terjadi di malam itu atau paling tidak esok harinya. Kasian, cemas mulai menyelimuti pikiranku kenapa kelahiran belum terjadi wajah istri saya sudah terlihat kelelahan, tapi dia masih semangat. "luar biasa". Dan itu dilakukan sampai pagi, tetapi tanda-tanda kelahiran belum nampak. Wajah lelah dan ngantuk sangat terlihat jelas, karena semalaman tidak memejamkan mata. Sebagai suami saya berusaha sekuat mungkin untuk selalu mendampinginya.

Sabtu pagi tanggal 6 Desember 2014 dengan wajah nampak lelah tetapi istri saya tetap semangat itu semua karena punya keyakinan bahwa proses kelahiran bayi tidak akan lama lagi. tidak lama kemudian ibu mertua saya yang sering ku panggil Mama, datang ditemani dengan anak saya yang kedua. Mereka bermaksud menjenguk cucunya yang baru, tetapi apadaya proses kelahiranya baru pembukaan tiga. Mama mendekati istri saya sambil memberikan nasehat dan motivasi agar tetap kuat dan sabar. Karena tidak ingin anak saya melihat ibunya kesakitan, saya mohon pamit pulang untuk mengantar pulang, tidak baik terlalu lama di tempat itu buat anak saya. Sedang Mama masih menunggui istri saya.

Sabtu sore tanggal 6 Desember 2014, istri saya belum mengalami banyak perubahan, kasian dan sedih melihatnya. Akhirnya saya sarankan untuk banyak istirahat tidur di malam itu. Hanya sesekali saja bangun untuk melakukan apa yang disarankan bidan agar proses kelahiran tidak terlalu lama.

Minggu pagi tanggal 7 Desember 2014, istri saya masih mengalami kesakitan yang masih seperti sebelumnya. Proses pembukaan rahim sangat berjalan lambat. Ada apa ini, kenapa ? tanyaku dalam hati. Wajah dan badan istri saya sudah mulai kepayahan karena menahan lelah dan ngantuk. Saat itu baru terjadi proses pembukaan lima, masih jauh dari harapan. Siang menjelang dhuhur bidan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan USG lagi untuk melihat posisi janin. Dengan diantar mobil jenis sedan hitam kami di dampingi seorang bidan, berangkat ke dokter spesialis kandungan yang buka praktek masih di daerah Munjul Jakarta Timur. Dalam pemeriksaan terlihat kandungan istri saya tidak mengalami gangguan sedikitpun alias masih dalam kondisi normal. Saran dokter tersebut terhadap bidan yang mangantar untuk menambah obat perangsang, diperkiran sore atau menjelang isya In Sya Allah sudah lahir. Saya makin senang dengan penjelasan dokter tersebut, wajah istri saya juga kembali bersinar nampak kegembiraan yang luar biasa tak berhenti hentinya istri saya menebar senyum. Kembalilah kami ke tempat klinik bidan tadi, tak lama Mama datang untuk menjenguk anak kesayanganya sambil memberikan motivasi agar tetap kuat.

Minggu petang tanggal 7 Desember 2014, adalah hari dan waktu yang sangat menyedihkan buat istri saya saat di klinik bidan. Saat itulah istri saya mengalami sakit yang luar biasa, apakah ini akibat dari tambahan obat perangsang yang diberikan bidan, sesuai anjuran dokter tadi ? Semakin bingung saya melihat istriku, tak henti hentinya Mama memberikan doa dan motivasi terhadap istri saya agar tetap kuat. Baru kali ini saya melihat istri saya berteriak menahan kesakitan yang amat sangat, biasanya Dia selalu bisa menahan sakit dan selalu membaca menyebut asma Allah, tidak berteriak seperti ini. Waktu itu pembukaan rahim sudah dalam pembukaan delapan, masih agak lama. Tak lama kemudiah Bidan menginformasikan bahwa air ketuban sudah pecah dan bayinya sudah mengeluarkan kotoran "EE" dengan tanda-tanda air ketuban istri saya sudah berwarna kehijau-hijauan. Oh...inikah anak saya akan segera lahir ?. Tetapi pertanyaan itu tidak kunjung terjawab. Saya, Mama dan bidan selalu memberikan motivasi agar istri saya tetap kuat. Dan pada akhirnya Istri saya menyerah tidak bisa melanjutkan untuk proses persalinan secara normal. Kemudian bidan memberikan pilihan rujuk ke rumah sakit ada dua rumah sakit yang mereka tawarkan yaitu rumah sakit milik institusi pemerintahan dan swasta. Tapi bidan menyarankan untuk ke rumah sakit swasta saja di daerah Kramatjati Cililitan dengan alasan pelayananya lebih bagus. Saya spontan jawab YA...!!!!. tetapi setelah saya merenung sejenak andai saya ke rumah sakit itu saya tidak punya biaya sedikitpun, terus gimana saya harus membayar persalinan operasi ?. Akhirnya saya putuskan untuk dibawa ke rumah sakit dimana saya bekerja. Saya sadar betul bahwa istri saya tidak di jamin karena saya pegawai kontrak di rumah sakit tersebut. Tapi masa bodoh dengan itu semua yang penting istri dan anak saya selamat, biaya gimana nanti sajalah.. pikirku...

Minggu malam sekitar pukul 19.00 tanggal 7 Desember 2014, Ahirnya saya memutuskan untuk dirujuk ke rumah sakit dimana saya bekerja, dengan diantar mobil jenis sedan hitam dan di temani seorang bidan, sementara Mama langsung pulang kerumah. Tidak lupa saya menayakan biaya perawatan selama di bidan setelah mengetahui angka rupiahnya, saya menjanjikan untuk membayarnya esok harinya dan diperbolehkan, sambil menitipkan sepeda motorku ke pengelola klinik tersebut karena tidak mungkin harus pulang kerumah dulu. Dalam perjalanan istri saya selalu mengerang kesakitan, saya coba untuk menenangkanya sambil menghiburnya. Setelah kurang lebih 45 m perjalanan, sampailah di rumah sakit yang saya tuju.
Penderitaan istri saya belum berakhir, sesampainya di rumah sakit istri saya langsung dibawa ke ruang bersalin di lantai dua, dengan diantar beberapa perawat. Sial sesampainya di ruang bersalin kami harus menunggu beberapa saat karena ruanganya terkunci dan tidak ada satupun perawat yang disitu. Setelah beberapa lama menunggu akhirnya dua bidan datang dan langsung menindak istri saya, saya gelisah mondar mandir kayak orang gila. Untung saja seisi rumah sakit kenal saya, jadi agak dimudahkan dan diprioritaskan. Istri saya masih mengerang kesakitan, makin menambah panik seisi ruangan. Saya sempat mengomel ke bagian farmasi karena begitu lama mengeluarkan obat yang akan dipergunakan istri saya, obat itu adalah obat penahan rasa sakit. Setelah serah terima antara bidan klinik dan bidan rumah sakit, barulah bisa diputuskan tidakan apa yang harus segera dilakukan terhadap istri saya. Dengan melalui proses konsultasi dengan dokter kandungan, akhirnya istri saya harus menjalani operasi malam itu juga. Semua team medis malam itu dikumpulkan untuk segera datang ke rumah sakit, karena akan dilakukan operasi cito.
Disinilah ujian terberat yang dialami oleh saya dan istriku, dokter selalu memberikan informasi yang kurang enak didenger, terutama tentang nasib bayi yang ada dalam kandunganya. Apakah harus seperti itu info yang saya dapat ataukah bagaimana ?. Sedih bingung campur aduk pikiran saya. Ditambah lagi salah satu dokter team yang akan melakukan operasi susah di hubungi yaitu dokter anestesi. Waktu itu jam menunjukan pukul 22.30 menit, tapi tanda-tanda akan dilakukan operasi belum pasti. Sementara dokter kandungan selalu menginformasikan kurang bersahabat, dan Dia selalu berkata "ini harus dilakukan operasi secepatnya jangan lebih dari dua jam kalau tidak, saya tidak bertanggung jawab terhadap kesalamatanya". Sempat terlontar dari Dia untuk dirujuk ke rumah sakit lain, dengan alasan bahwa rumah sakit ini tidak bisa melakukan operasi karena tidak ada dokter anestesi. Saya bingung kenapa dia menyarankan seperti itu ?, seolah lepas tanggung jawab, apakah tidak ada cara lain ?. Makin bingun saya, serasa hidup mau kiamat, disitulah saya menangis melihat istri saya dengan menahan rasa sakit, dan itu terlihat oleh beberapa perawat dan dokter. Persiapan operasi sudah matang tinggal nunggu satu dokter anastesi yang belum hadir, sementara istri saya masih merasakan kesakitan yang luar biasa. Andai saja terjadi sesuatu terhadap istri dan anak saya, siapa yang harus bertanggung jawab ?. Bingung, marah, sedih badan saya terasa lemas tidak bisa berbuat apa-apa. Cuma satu dokter jaga yang bisa saya ajak bicara, karena dialah yang bisa memberikan informasi yang sedikit menyejukan. Akhirnya saya memberanikan diri untuk bicara lewat telpon ke salah satu direktur agar operasi istri saya tetap dilaksanakan di rumah sakit ini jangan dirujuk ke tempat lain. Harapan saya kalau dirumah sakit ini saya bisa potong gaji untuk biaya perawatanya. Setelah melalui proses yang sangat panjang dengan dibatu oleh dokter jaga, perawat jaga dan di bantu oleh direktur medis, akhirnya terkumpul team operasi. Harapan dan semangat saya muncul kembali..

Senin dini hari pukul 02:30 wib tanggal 8 Desember 2014, Istri saya di bawa ke ruang operasi, sedih dan kecewa menyelimuti benak saya kenapa harus seperti ini, rasa lelah dan kantuk seketika lenyap. Saya beranikan diri untuk ikut mengantar ke ruang operasi, beberapa perawat dan bidan menganjurkan agar saya ikut dalam operasi istri saya, tapi saya menolak saya tidak tega melihatya. Untuk sekedar menghibur diri, saya usap kepala istri saya sambil memberikan motivasi agar tetap sabar dan kuat. Tak lama kemudian akhirnya istri saya benar-benar dibawa ke ruang khusus operasi, terlihat beberapa alat sudah dipersiapkan. satu-persatu team medis memasuki ruang bedah. yaitu dokter kandungan, dokter anak, dokter anestesi, bidan dan beberapa perawat. Seolah tidak mau kehilangan moment saya abadikan peristiwa itu dengan Handphone saya. Terlihat dari balik kaca cendela kamar operasi istri saya terlihat pasrah... sedikit keluar air mataku saya selalu momohon kepada Allah agar diberikan keselamatan atas istri dan bayi yang ada dalam kandunganya. Karena tidak mau terus menerus meneteskan air mata, saya menjauh dari kamar bedah, saya lebih suka menunggu di ruang administrasi kamar operasi, sambil berharap keselamatan dan kelancaran...

Senin pukul 03:55 wib tanggal 8 Desember 2014, terdengar sayub suara tangisan bayi dari ruang kamar operasi dimana istriku berada, seketika saya bangkit dari tempat duduk dan melihat seorang bidan sedang menggendong bayi. Ini pasti anaku ?. Benar saja yaaa...itu anaku...  dengan diperkuat oleh perkataan bidan tersebut. Bayinya laki-laki pak ! seru bidan tersebut. Alhamdulillah ucap syukur kepadamu ya Allah. Engkau telah memberikan keselamatan kepada bayiku. Kemudian bidan itu membawa bayiku ke kamar bayi dengan di dampingi seorang dokter anak, tak mau ketinggalan saya juga mengikuti dari belakangya. Sesampainya di ruang bayi, bayiku di periksa seluruh anggota tubuhnya sambil diukur semua badan dan beratnya. Sedikit tenang perasaan saya, apa yang dikatakan dokter kandungan tentang nasib anak saya tidak terbukti sama sekali, anak saya sehat, kuat dan utuh..Alhamdulillah... kemudian saya kembali masuk ke ruang tunggu kamar operasi sambil sesekali mengintip ke dalam ruangan kamar bedah, berharap proses operasi istri saya telah selesai.

Senin 05:30 wib tanggal 8 Desember 2014 sebuah tempat tidur kecil keluar dari ruang operasi terlihat istriku terbujur lunglai dengan mata tertutup dengan sedikit air mata keluar dari sela-sela kelopak matanya. Terlihat monitor layar disampingnya menyala stabil bertanda istri saya telah selesai menjalani proses operasi dan berjalan lancar. Tak henti hentinya saya mengucapkan rasa syukur kepada yang Maha Esa. Dengan di dampingi seorang perawat dan seorang dokter istri saya selalu di monitor kestabilan tubuhnya. Karena dirasa sudah aman dan berjalan lancar saya mencoba untuk mencari tempat untuk beristirahat sejenak. Saya mencoba tidur sebentar di ruang kosong sebelah kamar operasi dengan harapan agar badan tetap sehat. Dan terbangun ketika saya merasa kepingin buang air kecil, waktu sudah menunjukan pukul 08:30 pagi, bergegas saya ke kamar operasi menemui istriku. Alhamdulillah istri saya sudah siuman dan akan segera di pindahkan ke ruang observasi di kamar bersalin. pagi itu saya masih di rumah sakit saya putuskan tidak masuk kerja, saya mondar mandir menengok anak dan istri saya yang kebetulan tidak jauh jaraknya. rasa senang dan bermacam-macam perasaan bercampur aduk dalam hati. Peristiwa yang menegangkan sudah terlewati. Saatnya sekarang saya menghibur diri dengan sedikit bersendau gurau dengan istriku yang nampak masih lelah. Seiring itupun teman-teman saya mulai berdatangan menjenguk bayi dan istri saya. Ucapan selamat mengalir terus.. rasa kecewa dan sedih tergantikan dengan kebahagiaan.
Saat itu juga saya mendengar berita bahwa Ibu saya masuk rumah sakit Jantung didaerah Jakarta Barat. Sakit jantung yang dideritanya kambuh lagi. Makin sempurnalah kebingungan saya.

Kamis pukul 16: 25 wib tanggal 11 Desember 2014, istri saya sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Tentu ini kabar yang sangat baik. Dengan proses yang tidak terlalu bertele-tele akhirnya kami pulang dengan membawa buah hati seorang bayi laki-laki tampan dan sehat. Saya sangat berterimakasih kepada seluruh bidan dan perawat yang telah merawat anak dan istri saya dengan baik, seolah tidak ada batasan antara pasien dan perawat. Semua memperlakukan anak dan istri saya dengan baik. Tidak kalah meriahnya sambutan kami di rumah Mama, Bapak dan kedua anak saya antusias menyambut kedatangan penghuni rumah baru. Dan berita itu tersebar ketetangga-tetangga sebelah, seperti sudah tradisi merekapun ikut memberikan ucapan selamat. Lengkap sudah kebahagiyaan kami sekeluarga.

Selasa pukul 20:30 tanggal 16 Desember 2014, ketika kami masih diselimuti kebahagiaan dan masih banyak rekan saudara yang mengucapkan selamat atas kelahiran anak saya, masalah belum selesai. Sepulang kerja saya, istri saya mengeluh ada rasa nyeri di perut bekas jaitan operasi dan benar terlihat ada warna darah di sela-sela jaitannya. Kemudian istri saya berkonsultasi dengan salah satu bidan rumah sakit tempat dilakukan operasi. Setelah beberapa waktu melalui konsultasi lewat handphone istri saya disuruh kontrol malam itu juga ke rumah sakit, itu saran dari dokter yang mengoperasi. Tanpa pikir panjang berangkatlah saya dan istri saya ke rumah sakit dengan di temani Bapak mertua saya. Dalam perjalanan bidan tersebut selalu memonitor keberadaan saya, sampai dimana, mungkin untuk menyakinkan saja. Dan saya di anjurkan untuk datang lewat IGD untuk melakukan registrasi. Setelah hampir mendekati rumah sakit saya kabarkan ke bidan tersebut, dan mereka akan menjemputya ke emergency. Dan betul juga setelah saya dan istri saya sampai di emergency datanglah dua bidan yang saya kenal, untuk menjemput istri saya. Dibawahlah istri saya dengan kursi roda ke ruang besalin, dan dokter kandungan sudah menunggu di sana dengan satu bidan lagi. Jadilah istri saya ditangani oleh satu dokter dan tiga bidan. Setelah di periksa jahitan bekas operasi dokter menyarankan untuk rawat inap. Alasan dokter ini karena ada infeksi akibat pecah ketuban, "yah beginilah pak kalau kelamaan di bidan !" kata dokter. Saya hanya diam sambil keheranan dengan penjelasan dokter, tetapi saya berusaha menerima penjelasanya, walaupun agak sedikit bertanya-tanya. Yah.. sudahlah kalau bigitu mending dirawat daripada terjadi sesuatu terhadap istriku... Masih bersyukur saya mempunyai orang-orang yang pengertian seperti Mama, Bapak mereka orang-orang hebat, tanpa bantuan mereka mungkin saya sudah kebingungan yang amat sangat. Dan penerimaan bidan di rumah sakit juga sangat baik.

Kamis ini tanggal 18 Desember 2014 siang, istri saya sudah diperbolehkan pulang, berharap semoga ini yang terahir paska operasi masuk rawat. Dokter menganjurkan untuk datang kontrol satu minggu lagi.

Begitulah kisah memilukan proses kelahiran anak saya, berharap dikemudiah hari anak saya menjaddi seorang yang tangguh, kuat dan tidak mudah menyerah dan tentunya menjadi kebangaan orang tuanya.
.
Ketika masih di klinik bidan
Pemeriksaan di ruang bersalin rumah sakit
Saat mau dilakukan operasi
Saat sedang dilakukan tindakan operasi
Saat sedang dilakukan tindakan operasi
Inilah Ananku, lahir melalui operasi
Anaku yang ganteng
Hallo sayang.....
Setelah dilakukan tindakan operasi
Bobo Nyeyak

Istri dan Anaku sedang tertidur pules
Hallo sayang...

Minggu, 30 November 2014

Menghindar dari Kedengkian



Ketika amarah yang berbicara akan ada kata-kata yang menyakitkan. Ketika kedengkian berbicara, akan ada kata-kata merendahkan. Sungguh manusia tak ada yang sempurna. Kesalahan tentu akan dilakukan oleh seorang anak manusia. Tetapi kemarahan dengan merendahkan orang lain itu sifat yang sangat buruk yang bisa di hindari dengan belajar menghargai orang lain. Kehormatan, kemuliaan tidak datang dengan merendahkan orang lain terlebih dahulu. Tetapi dia akan datang dengan sikap kita yang bijak dan arif. Dan belajar menghargai orang lain apapun dia dan bagaimananpun dia. 

Sering orang karena kemampuanya, jabatanya dan kekayaanya akan menjadi sombong dan menganggap rendah orang lain. Seperti Fir'aun yang takabbur sampai-sampai menganggap rendah Alloh dan menganggap dirinya sebagai Tuhan. Kenyataanya dia adalah manusia yang akhirnya bisa dibinasakan di laut. Allaoh SWT sangat melarang kita untuk berlaku sombong yang tertulis dalam Al-Quran.

Janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dansekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. Surat Al-Israa ayat 37.

Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.  Surat Luqman ayat 18.

Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahanam, sedang kamu kekal didalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong. Surat Al-Mu'min ayat 76.

Jelas dari kutipan ketiga ayat Al-Qur'an tersebut kita tidak boleh sombong karena saat kita lahir kita tidak punya kekuasaan apapun. Kita tidak punya kekayaan apa-apa. Bahkan pakaian pun tidak. Kecerdasan pun kita tidak punya. Karena lantaran kasih sayang Orangtualah kita menjadi pintar dan dewasa.

Begitu pula saat kita mati nanti, segala jabatan dan kekayaan akan lepas dari diri kita. Kita dikubur dalam lubang yang sempit dengan pakaian seadanya yang nanti akan lapuk dimakan waktu. Kita merasa bangga atau kagum akan diri kita sendiri. Padahal seharusnya kita tahu bahwa semua nikmat yang kita dapat berasal dari Alloh. SWT. Jika kita mendapat keberhasilan atau pujian dari orang lain, janganlah "ujub". Sebaliknya ucapkan kalimat " Alhamdulillah" karena segala puji itu hanya untuk Alloh.

Iri dan dengki sangat diharamkan oleh Alloh. Rezeki dan keberuntungan yang orang lain dapatkan itu sesuai dengan usahanya dan juga sudah ketentuan Alloh SWT. Firman Alloh dalam Al-Qur'an.

Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagai dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Surat An Nisa ayat 32.

Iri hati boleh dalam dua hal saja yaitu dalam hal bersedekah dan ilmu.Dengki lebih parah dari iri. Orang dengki ini merasa susah jika melihat orang lain senang. Dan merasa senang jika orang lain susah. Tak jarang dia berusaha mencelakakan orang yang dia dengki baik dengan lisan, tulisan ataupun perbuatan. Maka dari itu kita dianjurkan oleh Allah untuk berlindung dari kejahatan orang yang demikian itu, karena kedengkian dapat menghancurkan pahala yang telah kita peroleh.

Membersihkan hati dari kedengkian, dendam dan jeleknya keyakinan atau akhlak agar dapat menerima ilmu dan menghafalnya dengan baik. Memiliki niat yang baik dalam tholabul ilmi dengan bertujuan meraih keridhoan Alloh dan mengamalkanya serta menghidupkan sunnah,akan menerangi hatinya dan mengisi batinya. Merasa cukup dengan makanan yang didapat dan pakaian yang dimiliki walau telah usang. Kesabaran atas kesulitan hidup akan meraih keluasan Ilmu. Membagi waktu malamnya dan siangnya, serta memanfaatkan sisa umurnya sebab umur yang tersisa itu tiada taranya.

Demikian sekelumit curahan hati semoga bermanfaat....

Selasa, 23 September 2014

Pemimpin yang Bijak dan Adil

Sobat pernahkah anda mengalami ketidak nyamanan dalam lingkungan kerja ?. Bukan karena upah yang didapat tidak sesuai atau tempat kerja yang terlalu jauh dari tempat tinggalmu. Setiap seseorang selalu mengharapkan pemimpin yang cerdas, bijak dan adil. Karena itu sebagai modal awal membangun motovasi dan kepercayaan diri kita. Banyak bentuk pemimpin yang matang secara karbitan karena berbagai hal. Ada perlakuan-perlakuan istimewa terhadap sesorang yang berakibat muncul kecemburuan.

Seorang pemimpin yang bijak adalah tidak hanya mengandalkan kecerdasan intelektual akan tetapi harus dapat menyeimbangkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritualnya. Ini harus saling berjalan beriringan agar tidak pincang.

Banyak pemimpin yang memiliki kemampuan yang mumpuni itu ditandai dengan panjangnya gelar dibelakang namanya, menandakan dia mempunyai kemampuan pada bidang tertentu sesuai gelarnya. Tetapi itu belum jaminan menguasai bidangnya, karena perlu pembuktian. Bukan berarti merendahkan ilmu akademisnya, mungkin saja jam terbang pengalamanya belum cukup dibidang tersebut.

Berharap mempunyai pemimpin yang bijak dan adil tidaklah mudah. pemimpin yang cerdas belum tentu bijaksana, tetapi pemimpin yang bijaksana pasti pemimpin yang cerdas. Apakah dalam lingkungan kerjamu dirimu mempunyai pemimpin yang cerdas dan bijak ?. Kalau cerdas mungkin iya tetapi bijak belum tentu. Cobalah lihat apakah ada rekan kerjamu yang mendapatkan perlakuan istimewa ? Apakah ada temenmu yang selalu di elu elukan bagaikan pahlawan yang baru pulang dari medan perang ?. Jawabnya ada pada dirimu sendiri.

Menjadi seorang pemimpin yang bijaksana bukan hal yang mudah, membutuhkan pengalaman dan kematangan pribadi yang luar biasa. Yang benar-benar terasah secara lahir batin, yang benar-benar memahami dan tahu apa yang harus dilakukanya. Seorang pemimpin harus tepat dalam menempatkan diri sebagaimana seharusnya, bertanggung jawab membangun lingkungan yang harmonis dan berketuhanan.

Seorang pemimpin bukan selalu memberikan kemudahan terhadap satu orang saja, menjadi pemimpin tidak harus mendewakan satu orang bawahanya saja. Seorang pemimpin harus dapat mengayomi semua yang ada di divisinya. Pemimpin harus dapat mencegah kecemburuan diantara tiemnya. Dengan kata lain tidak ada satupun perlakuan khusus terhadap bawahanya.

Seorang pemimpin harus mempunyai hati yang luas. Orang yang egois jelas tidak akan dapat menjadi pemimpin bijak, karena bijak itu adalah tepat dan baik secara bersama, orang yang egois biasanya hanya menginginkan kebaikan untuk dirinya sendiri. Orang yang bijak adalah orang yang mau berkorban untuk orang lain bukan mengorbankan orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri.

Seorang pemimpin adalah bisa menerima masukan dari orang lain. jangan karena ingin dilihat mumpuni selalu mengabaikan pendapat orang lain dan yang lebih konyolnya lagi dia hanya mau mendengar omongan dari seseorang yang jadi kepercayaanya. Jika kita elergi terhadap kritik, saran, nasehat atau koreksi maka kita tidak akan bisa menjadi pemimpin yang bijak. Jika seseorang pemimpin elergi dengan saran orang lain bahkan memusuhi orang atau bawahannya yang mengeritik, maka dia tidak bisa disebut pemimpin.

Rasa sayang yang muncul dalam hatinya diharapkan tetap berpijak pada aturan main yang ada seperti ketegasan. Orang-orang yang bijak akan sayang terhadap sesama. berbeda dengan orang-orang yang hidup penuh dengan kebencian, dimana kepuasan batinya adalah menghancurkan orang lain. Pemimpin sebaiknya memiliki kasih sayang yang berlimpah tidak hanya pada waktu tertentu saja. Tetapi kasih sayangnya juga tidak hanya untuk satu pihak atau kelompok melainkan merata untuk semua orang, tidak ada yang teristimewa.

Orang yang bijak tidak hanyut oleh masa lalu yang membuat lumpuh tetapi selalu menatap ke depan untuk memperbaiki. Pemimpin yang bijak akan membangkitkan semangat semua bawahanya bukan satu orang. Pemimpin yang bijak ingin membuat oarng maju dan sangat tidak menyukai kehancuran. Pemimpin yang bijak tidak memperlakukan seseorang bawahanya istimewa. Pemimpin yang bijak tidak harus melindungi satu orang bawahanya.

Jadi yang dibutuhkan seorang pemimpin bijak adalah pribadi yang tidak emosional, tidak egois, penuh kasih sayang, cinta akan nasehat dan memiliki semangat terus menerus untuk membangun dirinya, bawahanya yang dipimpinya. Seorang pemimpin dilarang memperlakukan istimewa terhadap satu orang bawahanya karena akan berakibat muncul bibit pertengkaran, yang pada akhirnya menimbulkan perpecahan. Kalau sudah seperti itu dijamin kelompok yang anda pimpin akan berantakan.

Kamis, 07 Agustus 2014

Berusaha Keporo Ngalah

Sobat kita hidup untuk satu tujuan yaitu kebahagiaan dunia dan akherat. Tujuan paling mulia hidup ini adalah mendapat ridho Allah SWT. Itulah yang akan membawa ketenangan, keselamatan dan kepuasan batin. bukan berarti harus mengesampingkan teman, sahabat ataupun saudara. Karena kita tidak bisa kalau tanpa mereka. Kita tidak bisa hidup tenang jika orang lain memusuhi kita, memandang dengan penuh kebencian dan dendam. Dan kita yakin kita tidak pernah berniat menyakiti mereka, tidak berniat membuat mereka membenci kita, tapi apa daya, yah... begitulah hidup. Tidak asik kalau tidak seperti itu tinggal kita bagaimana memolesnya agar menjadi kebencian yang dirasakan indah...hahahaaaa...lebay kali yah...

Terkadang dalam hati kita tersimpan kemarahan lalu menjadi sebuah kebencian karena hanya masalah sepele kemudian menjadi sakit hati dan berkembang menjadi dendam. Adaikan kita marah dan benci apa perlu kita tunjukan dengan tingkah laku ? Hanya sekedar agar kita menjadi lega, mungkin jawabanya "iya" Tetapi sebagai manusia yang terlahir mempunyai tepo sliro, unggah ungguh apa perlu ?. Yang terbaik adalah mungkin kita harus bisa menjaga perasaan orang, bukan cuma satu, dua atau tiga tapi banyak hati orang yang kita jaga perasaanya. Tetapi terkadang ada beberapa orang yang merasa Ia punya kekuasaan atas orang lain sehingga syah-syah saja kalau dia tidak perlu melakukan hal itu. Dengan semena-mena dia bisa langsung marah-marah berkata yang tidak mengenakan bahkan di depan umum. Dan ia terus melakukan itu sepanjang ia menguasai orang yang posisinya lemah, itu tanpa tahu apa yang selama ini dirasakan oleh orang yang lemah tadi. Mungkin orang yang di marahi akan diam, pasrah apa yang dituduhkanya. Tapi siapa yang tau isi hatinya, ia menyimpan bara yang siap melumat tinggal menunggu waktu kapan yang tepat.

Aku mungkin sering merasa marah, kemudian benci, jadilah sakit hati dan berujung dendam. dan itu tersimpan rapi di dalam hati, dan ku keluarkan pada waktu yang tepat "menurutku". Tetapi terkadang itu terlupakan dengan sendirinya tergantung kitanya apakah bisa mengontrol amarah tersebut agar tidak menjadi dendam kesumat. Apalagi seiring bertambahnya usia kayaknya tidak pantas memelihara dendam terlalu lama nanti malah jadi kotoran yang membuat hati kita jadi membusuk.

Dulu aku merasa benci pada orang dan langsung kutunjukan padanya bahwa "Aku Benci Dia". Jika aku suka pada orang kukatakan bahwa aku suka dan jika aku benci ku labrag orang itu. Walaupun aku orang jawa yang katanya banyak tepo sliro tapi aku paling benci yang namanya bermuka dua. Bilang benci tetapi berlaku baik pada orang yang dibencinya. Menurutku itu sebuah kemunafikan.

Tapi saya tersadar bahwa kebencian dan dendam justru akan menghancurkan diriku sendiri. Buat apa memelihra dendam kita hanya manusia kecil yang tidak pantas melakukan itu, kita sebagai manusia ciptaan Allah SWT percaya ada hari pembalasan. bukanya kita mengharap dia mendapatkan azab tetapi begitulah siklus manusia.

Dan jangan salahakan bila saya akan tertawa terbahak-bahak bila melihat orang-orang yang dulu menyakitiku tengah bergelut dalam masalah yang sebenarnya pernah kualami dulu. Hidup ini kejam itu kata orang-orang disana. Hanya yang kuat yang mampu bertahan tetapi yang memiliki kasih sayang tulus juga akan tetap bertahan. Maka jadilah orang yang besar orang yang mau menerima kritik orang lain, orang yang mampu mengendalikan emosi. Belajarlah dan berusahalah tetap keporo ngalah sebagai jati diri, bukan berarti kita kalah tetapi itulah jiwa yang di sukai oleh sang pencipta..
lebay banget yah..gue...   

Selasa, 01 Juli 2014

Memilih Pemimpin

Sobatku saya ucapkan selamat menjalankan ibadah puasa bagi umat Islam di seluruh Indonesia. Puasa tahun ini serasa spesial karena di temanin tontonan piala dunia Brazil untuk sekedar pelengkap makan saur tanpa harus mengurangi kekhusuan dalam menjalankan kewajiban ibadah puasa. 

Sembilan hari lagi kita juga akan menjalankan kewajiban sebagai warga negara Indonesia untuk memilih calon pemimpin bangsa kita Indonesia. Ada dua calon presiden yaitu Bapak Prabowo Subianto berpasangan dengan Bapak Hatta Rajasa dan Bapak H Joko Widodo dengan Bapak H Jusuf Kalla. 

Itulah pilihan yang harus kita pilih kalau melihat baik dan buruknya tergantung kita cara melihatnya, tapi paling tidak kita memilih presiden yang terbaik. Dalam bahasa kaedah ushul dikenal dengan ahwanusy-syarrain atau akhofudh-dhororoin : mencari syar’(keburukan) yang lebih ringan atau yang dhoror(bahaya)nya lebih ringan. 

Kita sangat setuju bahwa dalam Islam wajib hukumya untuk mengangkat Imam (kepala Negara). Jangankah kepala Negara , tiga orang yang melakukan perjalanan (safar) harus ada seorang yang diangkat menjadi amir (pemimpin), apalagi ini urusan masyarakat yang lebih banyak dan lebih kompleks. 

Namun, kewajiban mengangkat kepala Negara, bukanlah sekedar adanya pemimpin. Tapi juga berhubungan dengan sistem apa yang akan diterapkan oleh sang kepala Negara. Imam (Kepala Negara) diangkat untuk mengurus urusan kaum muslim baik urusan dunia maupun agama. Dan kaum muslim diurus bukan dengan sembarang hukum, tapi wajib dengan hukum Allah SWT. Karena itu kewajiban mengangkat pemimpin tidak bisa dipisahkan dengan sistem yang dijalankan sang pemimpin. Umat Islam wajib memilih pemimpin tentunya pemimpin yang akan menjalankan berbagai aturan apalagi Indonesia yang manyoritas beragama Islam sudah sewajarnya hukum Islam sebagai acuan utama dalam system hukum negara, bukan hukum lain.

Sementara saat ini, siapapun kepala negaranya dalam sistem demokrasi yang dianut sekarang oleh Indonesia, jelas bukan untuk menjalankan hukum Islam, tapi hukum (konstitusi) sekuler yang dibuat oleh manusia atas prinsip suara terbanyak di parlemen.

Dalam kondisi sekarang yang wajib kita lakukan adalah mempersiapkan sistem negara yang mengacu pada hukum Islam, yang dikenal dengan sistem Khilafah. Dalam sistem Khilafah yang berlaku adalah syariah. Jadi siapapun pemimpin yang terpilih nanti wajib menjalankan peraturan yang yang memihak Islami syukur sekali bila menjadi hukum resmi negara.

Rosulullah saw sendiri mencontohkan saat fase Mekkah , ketika sistem Islam memang belum siap karena kekuasaan dan keamanan belum sepenuhnya ditangan umat Islam , Rosulullah saw tidak terlibat sama sekali dalam sistem hukum dan kepemimpinan jahiliyah saat itu. Bahkan saat dibujuk dengan kekuasan (tahta) untuk menjadi pemimpin oleh kafir Quraisy, Rosulullah saw menolak. 

Sebab beliau tahu kekuasaan yang diberikan itu bukan untuk menjalankan sistem Islam secara penuh, tetapi sekedar kompromi politik. Rosulullah saw tahu persis konsekuensi menerima bujukan itu berarti mencampurkan antar hak dan batil, sesuatu yang sangat bertentangan dengan prinsip Islam.
Sikap Rosulullah SAW sekaligus mencerminkan penolakan terhadap sikap pragmatisme yang hanya memikirkan bagaimana kekuasaan dapat diraih. Padahal kalau menggunakan logika pragmatisme sekarang, apa salahnya Rosulullah mengambil kekuasaan saat itu, bukankah ada gunanya walaupun sedikit ? Bukankah dengan kekuasan itu, kaum muslim sedikit terlepas dari siksaan ? Bukankah dakwahnya akan lebih lapang ? 

Sekali lagi Rosulullah SAW tetap berpegang pada prinsip perjuangan yang tidak mengenal kompromi dan tidak mau terlibat dalam sistem kufur yang ada . Meskipun Rosulullah saw dan sahabat-sahabatnya kemudian harus menghadapi ujian yang berat, berupa hinaan, cercaan, siksaan, hingga pembunuhan. 

Penggunaan kaedah ahwanusysyarain maupun akhofudhdhororoin tidak bisa dijadikan alasan membenarkan bergabung dengan sistem kufur. Apa yang disebut syar atau dhoror haruslah berdasarkan hukum Islam bukan semata-mata hawa nafsu kita. Yang disebut dhoror dalam Islam misalnya kalau memang mengancam nyawa. Itupun kalau kondisinya harus memilih dan tidak ada pilihan lain (deadlock). 

Sementara kalau sekarang kita tidak memilih apakah itu akan mengancam nyawa ? Apakah sekarang kita sudah tidak ada pilihan lain (deadlock). Tentu saja tidak. Kita tidak dalam kondisi terpaksa (sehingga terancam nyawa ) sehingga harus memilih para calon yang semuanya buruk(berdasarkan syariah Islam). Ini bukan pula kondisi deadlock. Ada hal yang sekarang bisa kita lakukan sesegera dan secepat mungkin , yakni berjuang mewujudkan Khilafah Islam. Semakin cepat kita berjuang dan mewujudkan , tentu saja makin baik.. 

Apakah kalau kita tidak memilih berarti apatis dan tidak berarti? Tentu saja tidak. Kalaupun kita tidak memilih, bukan berarti diam. Kita justru terus memperjuangkan hukum Islam dengan sungguh-sungguh dan secepat mungkin . Yang salah , kalau sudah tidak memilih kemudian kita bersikap diam tidak melakukan apa-apa. 

Pilihan untuk tidak memilih bukan pula tidak berarti. Dihadapan Allah SWT kalau kita tidak memilih karena menghindarkan diri dari keharaman , jelas akan mendapat pahala yang besar. Disamping itu, tidak memilih adalah salah satu bentuk perlawanan terhadap sistem kufur yang ada dan upaya menghilangkan legitimasinya. Sebab kalau seluruh umat Islam tidak memilih , karena pemimpin yang ada tidak menerapkan hukum Islam, tentu saja demokrasi akan kehilangan legitimasinya. Hal ini justru akan mempercepat keruntuhan sistem sekuler yang rusak. 

Sebaliknya, dengan partisipasi umat Islam dalam pemilihan ini meskipun sudah tahu pemimpinnya tidak akan menerapkan syariah Islam, justru akan memperkokoh dan memperpanjang umur dari sistem sekuler yang sebenarnya sudah bangkrut. 

Seharusnya kita berjuang sekuat tenaga secara maksimal. Yang terjadi sekarang, malah bersikap minimalis . Memilih untuk mendapat sedikit keuntungan , namun sebaliknya telah mengorbankan hal yang prinsip dalam perjuangan yakni sikap istiqomah dan berpegang teguh pada dinul haq (Islam) . Belum lagi , bagaimana bentuk pertanggungjawaban kita dihadapan Allah SWT kelak. Apa jawaban kita kalau Allah SWT bertanya kepada kita nanti : kenapa anda memiliki pemimpin yang tidak menjalankan sistem Islam padahal anda bisa menolaknya ?. silahkan jawab sendiri..