.
Seperti biasa setiap pagi aku sering duduk di depan televisi sambil melihat anakku bermain kalau tidak berebut chanel. Kebetulan pagi itu ada berita yang menyiarkan adanya kejadian penodongan di dalam angkutan bus kota yang di lakukan oleh tiga orang terhadap salah satu penumpang. Biasalah namanya angkutan umum penumpang yang lain diam tidak peduli dengan rekan penumpang yang lain. Ada satu orang berbadan tegap berambut cepak sepertinya dari militer dia berani menolong penumpang tersebut dan menghardik penodong yang jumlahnya tiga orang, kemudian yang terjadi adalah seisi bus tersebut ikut membantunya.
Dari isi berita tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa utuk sekedar menolong saja susahnya minta ampun. Mungkin juga ngeri dengan penjahat tersebut atau memang tidak ada kepedulian, tetapi kalau ada yang memulainya maka semua akan ikut membantunya.
Maka untuk melakukan kebaikan atau berlomba berbuat kebaikan akan susah kalau tidak dikuti dengan kemauan atau keberanian. Kebaikan adalah perbuatan yang banyak di sukai orang bagi yang menerimanya, tapi kadang susah bagi orang yang akan melakukannya. Maka di perlukan keiklasan dan niat yang tulus dari si pelakunya. Apalagi di jaman yang mengedepankan individualis sebagai garda terdepan dalam hidupnya.
Untuk memotivasi kita agar aktif dalam melakukan kebaikan dan amal saleh, kita harus melihat apa yang dijanjikan Allah Swt. buat hambanya yang melakukan kebaikan dan amal saleh. Salah satu rahasia yang diungkapkan Allah di dalam Kalam-Nya adalah bahwa orang yang beramal saleh akan diberi balasan yang baik di dunia maupun di akhirat. Hal ini tertuang dalam surat az-Zumar ayat 10,
“Katakanlah, ‘Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu’. Orang-orang yang berbuat baik di dunia akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas".
Dengan berbuat baik ke sesamenya adalah sedah merupakan dasar hati nurani manusai, maka perlu didasari dengan keridhoan semata-mata hanya karena ibadah bukan karena hal yang lain.
Niat yang ikhlas merupakan faktor penting dalam tiap amal. Karena dalam banyak amal di dalam Islam niat yang ikhlas merupakan rukun terpenting dan pertama. Niat yang ikhlas karena Allah dalam melakukan kebaikan akan membuat seseorang memiliki perasaan yang ringan dalam mengerjakan amal-amal yang berat sekalipun apalagi bila amal kebaikan itu tergolong amal yang ringan. Sedangkan tanpa keikhlasan jangankan amal yang berat amal yang ringan pun akan terasa menjadi berat. Disamping itu keikhlasan akan membuat seseorang berkesinambungan dalam amal kebaikan. Orang yang ikhlas tidak akan bersemangat karena dipuji dan tidak akan lemah karena dicela. Ada pujian atau celaan tidak akan membuatnya terpengaruh dalam melakukan kebaikan.
Cinta Kebaikan dan Orang Baik Seseorang akan antusias melaksanakan kebaikan manakala pada dirinya terdapat rasa cinta pada kebaikan hal ini karena mana mungkin seseorang melakukan suatu kebaikan apabila dia sendiri tidak suka pada kebaikan itu. Oleh karena itu rasa cinta pada kebaikan harus kita tanamkan ke dalam jiwa kita masing-masing sehingga kita akan menjadikan tiap bentuk kebaikan sebagai bagian yang tidak akan terpisahkan dalam kehidupan kita ini akan membuat kebaikan selalu menyertai kehidupan ini. Disamping cinta kepada kebaikan akan kita suka melakukan kebaikan harus tertanam juga di dalam jiwa kita rasa cinta kepada siapa saja yang berbuat baik hal ini akan membuat kita ingin selalu meneladani dan mengikuti segala bentuk kebaikan siapa pun yang melakukannya. Allah SWT telah menyebutkan kecintaan-Nya kepada siapa saja yang berbuat baik karenanya kita pun harus mencintai mereka yang berbuat baik. Allah berfirman yg artinya
“Dan belanjakanlah di jalan Allah dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan dan berbuat baiklah krn sesungguhnya Alllah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” .
Merasa Beruntung bila Melakukan Kebakan Berbuat baik merupakan sesuatu yang sangat mulia karena itu seseorang akan melakukan kebaikan apabila dengan kebaikan itu dia merasa memperoleh keberuntungan baik di dunia maupun di akhirat. Ada banyak keuntungan yang akan diperoleh manusia bila ia berbuat baik
Dengan demikian, kita perlu mengetauhi apakah arti “kebaikan” itu sebenarnya. Kebanyakan manusia memahami arti kebaikan dengan berbuat hal-hal yang menyenangkan orang lain, memberi uang kepada orang miskin, berperilaku toleran terhadap setiap jenis perbuatan dan tindakan yang dilakukan orang lain maupun agama lain. Padahal, Allah Swt. telah menjelaskan di dalam Kalam-Nya tentang hakekat kebaikan sebenarnya. Allah Swt. berfirman,
“ Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu merupakan suatu kebaikan, akan tetapi, sesungguhnya kebaikan itu adalah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintai kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), orang yang meminta-minta; memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]:177).
Jadi, berdasarkan ayat di atas, kebaikan sesungguhnya adalah takut kepada Allah, tetap mengingat hari pembalasan, mengikuti hati nurani, dan selalu melakukan perbuatan yang akan diridhai Allah. Maka, bukanlah kebaikan bila kita merusak subtansi akidah kita dengan memberikan toleransi seluas-luasnya terhadap tindakan-tindakan yang menyimpang dari risalah tauhid yang diajarkan Rasulullah Saw. Jelasnya, tidak ada toleransi jika menyangkut “teritorial” akidah kita.
Di dalam al-Qur’an, Allah Swt. telah berjanji untuk menggandakan nilai perbuatan setiap hamba yang berbuat baik. Di antara ayat-ayat Allah yang menjelaskan hal ini adalah,
“Siapa yang melakukan amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan siapa yang melakukan amal yang jahat, maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedangkan mereka sediktpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-an’am [6]: 160)
Bukti yang paling konkrit bahwa Allah menggandakan setiap perbuatan baik adalah perbedaan kehidupan di dunia dan di akhirat. Kehidupan di dunia ini memiliki masa yang pendek. Walaupun demikian, orang-orang yang menyucikan dirinya dan melakukan perbuatan baik di dunia ini akan diberi balasan dengan kebaikan yang tidak terbatas di akhirat, sebagai balasan dari apa yang telah mereka lakukan selama kehidupan yang pendek (baca; dunia) tersebut.
Oleh karena itu, marilah kita berlomba-lomba dalam kebaikan dan amal saleh. Di samping sebagi bekal kita kelak di akhirat, juga menjadi media untuk mewujudkan keharmonisan antar kita dan membendung ‘teritorial’ akidah dari goncangan-goncangan yang berbahaya. Allah Swt. berfirman, “...Maka berlomba-lombalah kamu (dalam) kebaiakan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 148).
Seperti biasa setiap pagi aku sering duduk di depan televisi sambil melihat anakku bermain kalau tidak berebut chanel. Kebetulan pagi itu ada berita yang menyiarkan adanya kejadian penodongan di dalam angkutan bus kota yang di lakukan oleh tiga orang terhadap salah satu penumpang. Biasalah namanya angkutan umum penumpang yang lain diam tidak peduli dengan rekan penumpang yang lain. Ada satu orang berbadan tegap berambut cepak sepertinya dari militer dia berani menolong penumpang tersebut dan menghardik penodong yang jumlahnya tiga orang, kemudian yang terjadi adalah seisi bus tersebut ikut membantunya.
Dari isi berita tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa utuk sekedar menolong saja susahnya minta ampun. Mungkin juga ngeri dengan penjahat tersebut atau memang tidak ada kepedulian, tetapi kalau ada yang memulainya maka semua akan ikut membantunya.
Maka untuk melakukan kebaikan atau berlomba berbuat kebaikan akan susah kalau tidak dikuti dengan kemauan atau keberanian. Kebaikan adalah perbuatan yang banyak di sukai orang bagi yang menerimanya, tapi kadang susah bagi orang yang akan melakukannya. Maka di perlukan keiklasan dan niat yang tulus dari si pelakunya. Apalagi di jaman yang mengedepankan individualis sebagai garda terdepan dalam hidupnya.
Untuk memotivasi kita agar aktif dalam melakukan kebaikan dan amal saleh, kita harus melihat apa yang dijanjikan Allah Swt. buat hambanya yang melakukan kebaikan dan amal saleh. Salah satu rahasia yang diungkapkan Allah di dalam Kalam-Nya adalah bahwa orang yang beramal saleh akan diberi balasan yang baik di dunia maupun di akhirat. Hal ini tertuang dalam surat az-Zumar ayat 10,
“Katakanlah, ‘Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu’. Orang-orang yang berbuat baik di dunia akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas".
Dengan berbuat baik ke sesamenya adalah sedah merupakan dasar hati nurani manusai, maka perlu didasari dengan keridhoan semata-mata hanya karena ibadah bukan karena hal yang lain.
Niat yang ikhlas merupakan faktor penting dalam tiap amal. Karena dalam banyak amal di dalam Islam niat yang ikhlas merupakan rukun terpenting dan pertama. Niat yang ikhlas karena Allah dalam melakukan kebaikan akan membuat seseorang memiliki perasaan yang ringan dalam mengerjakan amal-amal yang berat sekalipun apalagi bila amal kebaikan itu tergolong amal yang ringan. Sedangkan tanpa keikhlasan jangankan amal yang berat amal yang ringan pun akan terasa menjadi berat. Disamping itu keikhlasan akan membuat seseorang berkesinambungan dalam amal kebaikan. Orang yang ikhlas tidak akan bersemangat karena dipuji dan tidak akan lemah karena dicela. Ada pujian atau celaan tidak akan membuatnya terpengaruh dalam melakukan kebaikan.
Cinta Kebaikan dan Orang Baik Seseorang akan antusias melaksanakan kebaikan manakala pada dirinya terdapat rasa cinta pada kebaikan hal ini karena mana mungkin seseorang melakukan suatu kebaikan apabila dia sendiri tidak suka pada kebaikan itu. Oleh karena itu rasa cinta pada kebaikan harus kita tanamkan ke dalam jiwa kita masing-masing sehingga kita akan menjadikan tiap bentuk kebaikan sebagai bagian yang tidak akan terpisahkan dalam kehidupan kita ini akan membuat kebaikan selalu menyertai kehidupan ini. Disamping cinta kepada kebaikan akan kita suka melakukan kebaikan harus tertanam juga di dalam jiwa kita rasa cinta kepada siapa saja yang berbuat baik hal ini akan membuat kita ingin selalu meneladani dan mengikuti segala bentuk kebaikan siapa pun yang melakukannya. Allah SWT telah menyebutkan kecintaan-Nya kepada siapa saja yang berbuat baik karenanya kita pun harus mencintai mereka yang berbuat baik. Allah berfirman yg artinya
“Dan belanjakanlah di jalan Allah dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan dan berbuat baiklah krn sesungguhnya Alllah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” .
Merasa Beruntung bila Melakukan Kebakan Berbuat baik merupakan sesuatu yang sangat mulia karena itu seseorang akan melakukan kebaikan apabila dengan kebaikan itu dia merasa memperoleh keberuntungan baik di dunia maupun di akhirat. Ada banyak keuntungan yang akan diperoleh manusia bila ia berbuat baik
Dengan demikian, kita perlu mengetauhi apakah arti “kebaikan” itu sebenarnya. Kebanyakan manusia memahami arti kebaikan dengan berbuat hal-hal yang menyenangkan orang lain, memberi uang kepada orang miskin, berperilaku toleran terhadap setiap jenis perbuatan dan tindakan yang dilakukan orang lain maupun agama lain. Padahal, Allah Swt. telah menjelaskan di dalam Kalam-Nya tentang hakekat kebaikan sebenarnya. Allah Swt. berfirman,
“ Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu merupakan suatu kebaikan, akan tetapi, sesungguhnya kebaikan itu adalah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintai kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), orang yang meminta-minta; memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]:177).
Jadi, berdasarkan ayat di atas, kebaikan sesungguhnya adalah takut kepada Allah, tetap mengingat hari pembalasan, mengikuti hati nurani, dan selalu melakukan perbuatan yang akan diridhai Allah. Maka, bukanlah kebaikan bila kita merusak subtansi akidah kita dengan memberikan toleransi seluas-luasnya terhadap tindakan-tindakan yang menyimpang dari risalah tauhid yang diajarkan Rasulullah Saw. Jelasnya, tidak ada toleransi jika menyangkut “teritorial” akidah kita.
Di dalam al-Qur’an, Allah Swt. telah berjanji untuk menggandakan nilai perbuatan setiap hamba yang berbuat baik. Di antara ayat-ayat Allah yang menjelaskan hal ini adalah,
“Siapa yang melakukan amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan siapa yang melakukan amal yang jahat, maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedangkan mereka sediktpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-an’am [6]: 160)
Bukti yang paling konkrit bahwa Allah menggandakan setiap perbuatan baik adalah perbedaan kehidupan di dunia dan di akhirat. Kehidupan di dunia ini memiliki masa yang pendek. Walaupun demikian, orang-orang yang menyucikan dirinya dan melakukan perbuatan baik di dunia ini akan diberi balasan dengan kebaikan yang tidak terbatas di akhirat, sebagai balasan dari apa yang telah mereka lakukan selama kehidupan yang pendek (baca; dunia) tersebut.
Oleh karena itu, marilah kita berlomba-lomba dalam kebaikan dan amal saleh. Di samping sebagi bekal kita kelak di akhirat, juga menjadi media untuk mewujudkan keharmonisan antar kita dan membendung ‘teritorial’ akidah dari goncangan-goncangan yang berbahaya. Allah Swt. berfirman, “...Maka berlomba-lombalah kamu (dalam) kebaiakan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 148).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar