Cari Blog Ini

Jumat, 14 Oktober 2016

Bapaku yang Sendiri


Udara malam ini serasa dingin mungkin akibat turun hujan yang terus menerus sepanjang hari. Malam ini saya kebagian jadwal dines di sebuah rumah sakit swasta di daerah Sentul City. Dalam suasana yang sepi tiba tiba saya teringat Bapak nan jauh di sana, sedang apa Bapaku sekarang ? pertanyaaku dalam hati. 

Sejak di tinggal Ibu yang di panggil Sang Maha Kuasa, Bapaku hidup sendiri tidak ada seorang anakpun yang menemani. Semua anaknya termasuk saya jauh di perantauan. Berulang kali kami anak anaknya menawarkan Bapak untuk ikut serta tinggal dengan kami, tetapi beliau selalu menolak dengan alasan masih bisa hidup sendiri, nanti kalau sudah tidak bisa apa-apa baru ikut anak. Saat ku rindu saya selalu menyempatkan menelpon walau hanya sebentar, sekedar mendengar suaranya, atau mengirim SMS dangan tulisan Bapak sedang apa, masak apa sekarang ?.

Bapaku buat saya adalah orang yang hebat Dia mengajarkan anak anaknya dengan di siplin tinggi dan di ajarkan bagaimana menjadi manusia yang tangguh tidak mudah menyerah apalagi cengeng. Masih ku ingat semasa ku kecil Bapaku yang menagajari saya menulis dan membaca, menuntun bagaimana sholat yang benar, dan tak bosan bosanya selalu mengajak untuk selalu belajar agama "mengaji" karena menurut Bapak tiada guna pintar ilmu dunia kalau buta ilmu agama. 

Bapak yang merupakan seorang mantan guru, terkenal dengan gaya dan prilaku yang tegas kepada siapapun dan terkesan galak, tetapi buatku itu merupakan nilai lebih. Dari beliaulah saya dan adik adiku tumbuh jadi manusia yang mandiri. Mungkin selama ini kita melupakan sosok seorang bapak padahal diluar itu, pikiran seorang bapak yang kita tidak ketahui. Kita hanya mikirin ibu tapi bapak dilupakan. Keriput kulit wajah memperlihatkan kelentihan, helai rambut yang mulai memutih di kepalanya dan betapa bapak selalu menyayangiku dan menjagaku dikala sakit. Dan dibalik ketidak nyamananku ada sebuah cinta yang selalu menjadi pelindungku. Ketika saya bercerita tentang keberhasilanku di perantauan, maka akan melihat guratan senyum kebahagiaan dari raut bibirnya yang mungkin tidak pernah ku lihat sebelumnya. “

Kini di sepanjang hari Bapaku selalu sendiri, mengurus keperluan sendiri dari mulai masak sampai menyetrika baju. Tidak ada yang menemani. Berdosakah saya sebagai anaknya yang meninggalkan Dia sendiri, Berdosakah saya yang tidak bisa merawat. Semoga saja Bapaku selalu diberi kesehatan, diberi kesabaran dan selalu dalam keimanan dan Islam..