Cari Blog Ini

Sabtu, 24 April 2010

Hobi Pamer Tubuh

.
Wanita di ciptakan dengan tabiat cinta berhias, berdandan dan indah dalam berpakaian dan lain sebagainya. Tetapi semua itu tidak menyimpang dengan aturan norma susila dan kesopanan terlebih lagi menyimpang norma Agama, karena Islam mengatur semua itu sesuai porsi tertentu dipergunakan pada tempatnya serta pada situasi tertentu

Kenyataan banyak kita jumpai di kehidupan masyarakat adalah lebih banyak wanita yang menghamburkan uang demi kepentingan dirinya terutama pakaianya, perhiasanya, alat-alat kecantikan, rambut dan hiasan-hiasan remeh da berlebihan yang seharusnya tidak perlu. Padahal semuanya tidak akan menambah kecantikannya yang ada adalah seperti badut jalanan jika tetap dilakukan tentu sangat bertentangan dengan aturan Islam itu sendiri.

Memang di jaman yang serba moderen dengan kemajuan teknologi yang melesat hebat banyak mempengarui gaya hidup manusia. Ditandai dengan kehidupan remaja yang bebas, para wanita bangga mempertontonkan bentuk tubuh, dengan pakaian super ketat dan minim nyaris telanjang. Kita bisa melihat di berbagai pertunjukan baik di televisi maupun pentas seni mereka meliuk-liuk mengundang birahi. Gaya para penyanyi, saat tampil, penampilan mereka sangat vulgar dan tidak menghormati etika kesopanan. Sebagian besar dari penyanyi wanita, menyuguhkan hiburan murahan dengan gaya yang seronok, vulgar, sensual dan tentunya membuka aurat. Pamer tubuh bahkan menujukan bagian yang seharusnya di jaga dengan baik malah di gerak-geraka persis seperti gaya binatang dan ini sulit bisa dihentikan, karena setan selalu menggoda. ''Yang bisa dilakukan hanyalah memberikan tekanan moral setiap saat. Sehingga, hal-hal yang mengoyah iman itu bisa dikurangi “

Sangat disayangkan, fungsi pakaian sudah banyak berubah. Pakaian sudah tidak lagi memenuhi fungsi sebagai kulit kedua tubuh manusia. Ia kini lebih berperan sebagai penghias dan aksesoris tubuh manusia. Bahkan pakaian dianggap tidak perlu lagi dan tidak jarang, banyak wanita yang bangga berperilaku menyerupai kera atau sapi, tidak berpakaian alias telanjang (misal: di film, website, atau tabloid). Mereka menganggap bahwa pakaian ketat nan seksi identik dengan modern. Tentu pemikiran tersebut salah besar.

Dan masih banyak lagi kita jumpai para remaja baik wanita maupun pria yang hobby mempertontonkan bagian tubuhnya yan nyaris tanpa busana. Kalau kita yang suka buka internet banyak kita jumpai website maupun jejaring sosial yang menyuguhkan tubuh-tubuh tersebut kepada orang lain. Allah SWT telah memperingatkan kita :

“Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: ’Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan khumur (Ind: jilbab)nya ke dadanya…’” (Annur:31)

“Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: Laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mrip ekor sapi untk memukuli orang lain dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang dan berlenggak lenggok. Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim)

Hadis ini menjelaskan tentang ancaman bagi wanita-wanita yang membuka dan memamerkan auratnya. Yaitu siksaan api neraka. Ini menunjukkan bahwa pamer aurat dan “buka-bukaan” adalah dosa besar. Sebab perbuatan-perbuatan yang dilaknat oleh ALLOH SWT atau Rasul-Nya dan yang diancam dengan sangsi duniawi (qishas, rajam, potong tangan dll) atau azab neraka adalah dosa besar.

Jika para wanita (yang suka pamer tubuh) itu sedikit merenung dan berpikir ilmiah, tentu mereka seharusnya segera meninggalkan kebiasaan tersebut (mengumbar Aurat). Namun jika mereka tetap berkeyakinan bahwa mengumbar auroat adalah modis, trend, dan modern, maka otak mereka telah terkena penyakit akut yang bernama kebodohan. Tentu akal yang sehat hanya akan melakukan hal-hal yang bermanfaat dan meninggalkan yang berbahaya bagi dirinya.

Aurat berasal dari bahasa arab, "Aurah" yang berarti keaiban. Maka aurat dapat diartikan sebagai bagian tubuh seseorang yang wajib di tutupi dari pandangan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“ Seorang pria tidak boleh melihat aurat pria lain, dan begitu pula wanita tidak boleh melihat aurat wanita lain. Dan tidak boleh seorang pria bercampur dengan pria lain dalam satu pakaian" (HR Muslim, Ahmad, Abu Daud, Tirmidhi)

Aurat pada dasarnya sesuatu yang malu bila dilihat. Menurut pandangan Islam aurat adalah sesuatu yang haram ditampakkan. Aurat bisa memancing nafsu birahi. Aurat sering digunakan setan sebagai alat untuk memalingkan bani Adam dari kebenaran. Karena dahsyatnya daya tarik aurat, tak jarang seseorang mendewakannya dan tak jarang seseorang hancur kariernya karena aurat. Bila aurat bebas terbuka dan berjalan ke mana-mana, maka tungguhlah munculnya malapetaka hidup. Perempuan itu aurat, seluruh tubuh perempuan mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki mempunyai daya tarik, gerak-gerik perempun sering menjadi santapan nafsu hewani karena saking menariknya. Bila perempuan sedikit saja menampakkan auratnya, maka hati-hatilah setan berada di sekililingnya. Besarnya daya tarik perempuan tak jarang laki-laki tergoda yang pada akhirnya akan menimbulakan bencana pada diri perempuan tersebut.

Sebagai wanita muslim, hendaklah benar-benar merasa berkewajiban untuk menjaga
dirinya agar tetap terhormat dan mempunyai rasa perlu memelihara tubuhnya dalam arti tidak membiasakan bagian tubuhnya yang terhormat itu terbuka bagi orang lain. Untuk itu diperlukan tutup yang namanya pakaian yang sesuai dengan selera kewanitaan dan bukan pakaian yang menutup tapi makin menampakkan sesuatu yang sebaiknya tidak nampak.

“Wanita-wanita yang berpakaian telanjang yang beraksi, kepalanya seperti punuk unta yang bergoyang, mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan bau (surga)" (HR Muslim dari Abu Hurairah).

Kepada semua wanita muslimah yang suka memamerkan auratnya, bergaul bebas dengan para lelaki, dan berpacaran, hendaknya mereka mengetahui bahwa perbuatan mereka itu merupakan jalan-jalan menuju zina. Di dalam sebuah hadits, Rasulullah shallattahu alaihi wasallam bersabda ;

"Kedua tangan berzina dan zinanya adalah meraba, kedua kaki berzina dan zinanya adalah melangkah, dan mulut berzina dan zinanya adalah mencium." (HR. Muslim dan Abu Dawud)

Wanita muslimah dilarang ber-tabarruj (bersolek) ala jahiliyyah. Di dalamnya termasuk pula larangan untuk mengenakan pakaian yang mencolok atau menarik perhatian dengan tujuan memamerkan diri. Rasulullah Saw bersabda
"Barangsiapa berpakaian untuk berbangga-bangga (atau memamerkan diri), maka di Hari Akhir Allah akan memakaikan kepadanya pakaian kehinaan, kemudian membakarnya bersama-sama". Riwayat yang lain: "Siapa yang memakai pakaian mencolok, maka Allah akan memalingkan pandanganNya dari orang tersebut hingga ia menanggalkannya".

Setiap wanita diwajibkan menutup seluruh tubuhnya (kecuali muka dan telapak tangan) dari pandangan laki-laki bukan muhrim. Mereka tidak dilarang menampakkan zinat (perhiasan) nya kepada beberapa golongan laki-laki dan wanita, sebagai tersebut dalam QS 24:31.

Maka kita sebagai manusia yang terlahir punya kelebihan di banding dengan mahkluk ciptahan Tuhan yang lainnya sudah sepantasnya memperlihatkan prilaku yang lebih unggul. Setiap manusia di dunia ini sudah mempunyai norma atau aturan dimanapun mereka berada, kalau aturan tersebut ditaati insaAllah tidak ada prilaku manusia yang menyerupai binatang. Dan bersyukurlah manusia yang bisa memegang teguh aturan tersebut, apalagi ditambah dengan mentaati aturan Allah SWT sebagai penguasa jagad dan Nabi Muhamad SAW sebagai Rosul yang di utus untuk menyempunakan hidup kita.


ini contoh gambar yang lagi mempertontonkan anggota tubuhnya

Kamis, 15 April 2010

Pacaran dan Selingkuh

Masa remaja adalah masa yang indah masa dimana puncak keceriaan sedang melambung. Apalagi di jaman sekarang yang sistim informasi begitu cepat seolah dunia sangat kecil, segala informasi dengan mudah di dapat. Tidak terkecuali cara pergaulan antar remaja juga melaju cepat bak roket menembus langit. Kalau jaman dulu antara wanita dan pria begitu teguh memegang aturan norma sosial, kalau sekarang jangan harap itu akan berlaku.

Baik muda maupun yang udah usia lanjut yang namanya jatuh cinta terasa dunia milik mereka berdua, tidak peduli orang bilang apa. Batas norma sudah tidak berlaku lagi apalagi ajaran Agama sudah terlupakan. Betapa hebatnya kekuatan cinta, banyak orang-orang besar hancur akibat skandal-skandal seperti itu.

“tidak seorang lelaki bersepi-sepian (berduaan) dengan seseorang perempuan melainkan setan yang ketiganya” (HR Tirmidzi)

Pacaran

Pacaran secara normal adalah hubungan pertemenan antar dua orang yang berlainan jenis yang melebihi ambang batas pertemanan, bahkan condong ke arah hubungan intim. Biasanya pacaran akan melegalkan perbuatan-perbuatan yang menyimpang aturan Agama, bahkan terkadang muncul prinsip kalau tidak berhungan badan itu kurang seru dan ketinggalan jaman.

Namanya juga puber dan memang fitrahnya seneng sama lawan jenis, yang namanya cinta selalu jadi atribut mengasyikkan bagi kehidupan remaja. Saat diri sendiri merasa nggak dipahami orang lain, yang namanya lawan jenis selalu menjadi tempat asyik untuk curhat. Jadilah sepasang lain jenis berpacaran.Bukannya asyik, pacaran malah full ancaman.

Allah Ta’ala memerintahkan menahan pandangan dari lawan jenis, sedang orang berpacaran malah saling pandang. Belum masalah sentuh-menyentuh, Kalau menyentuh sudah dianggap hal biasa, bagimana tidak meningkat ke yang lebih ngeri? Missal melakukan zina kalau sudah seperti itu alangkah ruginya karena perbuatan zina adalah salah satu dosa besar yang tidak terampuni oleh Allah. Nabi sendiri sudah mengingatkan :

”Seandainya kepala seseorang di tusuk dengan jarum dari besi itu lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thobroni)

Akibat zina (perasaan) cinta ini, maka banyak muncul perilaku yang telah dihasut syetan, malah menjadi kebanggaan tersendiri dalam masyarakat. Perilaku ikhtilah dan khalwat (berdua-duaan) menjadi hal yang lumrah. Perilaku ini dalam masyarakat dinamakan pacaran. Masalah cinta yang manusiawi menjadi tameng dan melunakan para wanita. Padahal, cinta’nya para pria, tentu saja lebih dari sekedar cinta yang diinginkan para wanita yang berpacaran

Munculnya budaya pacaran yang sesungguhnya bukan pacaran melainkan perzinaan. Jika pacaran yang disebutkan awalnya untuk saling mengenal, berubah menjadi ajang pelampiasan nafsu bagi masing-masing insan manusia yang tentunya sudah digoda syetan. Hal ini yang membuat pacaran tidak murni lagi. Islam, tidak menganjurkan pacaran, melainkan ta'aruf yang dapat menjaga izzah (nilai) masing-masing insan manusia hingga terjaga dari godaan syetan, mulai dari taraf perkenalan hingga di ijab qabul dalam pernikahan. InsyaAllah terlepas dari godaan syetan yang maha dahsyat itu. Rosul sudah memperingatkan buat para kaum remaja :

"Wahai para pemuda ! Barangsiapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi dirinya”. (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Darimi, Ibnu Jarud dan Baihaqi).

Selingkuh

Tidak jauh berbeda dengan pacaran selingkuh adalah perbuatan yang menyimpang ajaran agama. Karena lebih condong ke arah maksiat. Secara awam pengertian selingkuh adalah hubungan intim antara pria dan wanita tanpa ada ikatan perkawinan dan biasanya di lakukan oleh orang yang sudah beristri atau bersuami. Rumput tetangga lebih hijau di banding rumput sendiri itu kira-kira istilah untuk menggabarkan orang yang hobi selingkuh

Banyak yang melatar belakangi munculnya perbuatan tersebut diantarnya karena ingin mencari suasana baru karena bosan dengan pasanganya, pengaruh pergaulan atau memang dasar orang tersebut yang keimanan kurang dan pengetahuan soal agama sangat minim. Bahkan tanpa malu-malu selingkuh di lakukan di tempat kerja dengan sesama rekan kerja atau terang-terangan mereka meghadirkan teman selingkuhanya datang ke tempat kerja. Sepertinya urat malu sudah putus.!.

Karena kadang tidak bisa dihindari orang selingkuh dekat dengan perbuatan maksiat terutama perbuatan zina. Berzina dengan wanita yang bersuami lebih besar dosanya daripada dengan wanita yang tidak bersuami kerana adanya unsur perbuatan zalim (terhadap suami wanita), sama saja dengan menyalakan api permusuhan dan merusak keutuhan rumah tangganya.

"Janganlah seorang laki-laki berkholwat (berduaan) dengan seorang wanita kecuali bersama mahromnya…”(HR Bukhori dan Muslim)

ZINA merupakan kejahatan yang sangat besar yang memberi kesan amat buruk kepada penzina itu sendiri, khususnya dan kepada seluruh umatnya. Di zaman sekarang di mana banyaknya saluran dan media yang berusaha menyeret kearah perbuatan keji ini, maka amat perlu untuk setiap orang mengetahui bahaya dan akibat buruk yang timbul dari dosa zina. Kita semua hendaklah lebih berhati-hati dan berwaspada agar tidak terjerumus

Ketika hawa nafsu mengajak kepada hal yang jelas dilarang barangkali masalah menjadi jelas. Yang lebih rumit adalah ketika hawa nafsu mengajak kepada hal yang samar, disini dua persoalan merajut satu sama lain sehingga memperumit tantangan. Yang lebih rumit lagi adalah ketika hawa nafsu mendapatkan pembenaran yang palsu. Itu jangan sampai terjadi pada kita maka pertebal keimanan.

Nikmat atau Maksiat

ياايهاالناس اناخلقنكم من ذكروانثى وجعلنكم سعوبا وقبا ئل لتعا رفواان اكرمكم
عندالله اتقكم ان الله عليكم خبير

“Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki sdan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal menngenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara kamua. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (Al-Hujurat 13)


Ketika control diri sudah hilang, maka tidak ada lagi nilai norma-norma agama yang selama ini di bangun dengan susah payah. Dan mungkin inilah yang dinamakan kiamat. Ketika hukum alam dunia sudah tidak bisa dikendalikan sehingga merusak lapisan sendi kehidupan manusia dan gaya gravitasi persaudaraan sudah lenyap maka apa yang terjadi ? syetanlah yang berkuasa..

Sekali lagi, bukan karena kita sok suci atau sok pinter, tetapi setidaknya kita sadar akan ketidaksucian kita sehingga dapat bangkit untuk mempertahankan norma-norma hukum Agama. Yang kita ingat adalah bagaimana akhir perjalanan hidup kita masihkan ada kelanjutanya atau sampai disini saja ?.

Dalam dunia remaja telah dikenalkan adanya hokum Coloumb dan medan cinta yang membuat mereka sering salah tingkah ketika bertemu dengan lawan jenis. Antara pria dan wanita terkena hukum yang sama. Ketika ada sinyal muatan yang berbeda dengan jarak yang relative maka akan terjadi gaya saling menarik dan di masing-masing muatan akan terjadi medan cinta. Subhanallah, hukum alam seperti ini bisa dilogika dengan perhitungan matematis.

Keajaiban yg dapat diterima oleh akal manusia membuat kita sadar akan keesaan Alloh SWT. Kemudin apakah kita sudah meluangkan waktu sedikit untuk berfikir dan memanfaatkan akan ciptaan Alloh? Bukannya kita bersyukur, malah kita merusaknya. Semoga Alloh SWT mengampuni dosa kita dan memberi hidayah agar kita berterima kasih kepada-Nya.

Kamis, 01 April 2010

Bangga Berbuat Maksiat Zina

Hari itu sabtu sekitar pukul setengah sepuluh pagi sebelum saya masuk ke ruang kuliah nongkrong dulu di taman halaman belakang kampus dan saling tegur sesama yang lain dengan di selingi canda’an yang agak sedikit hinaan, tiba-tiba temanku berucap “Hai semalem ku pulang jam 3 pagi habis jalan-jalan sama temen cewe yang kemarin ku critain makanya ku sedikit ngantuk”. “Mang jalan kemana?” tanyaku. Dengan lancar dan semangat dia bercerita aku pergi mulai sekitar pukul 16.00 WIB sampai tengah malam sekitar pukul 01.00 WIB. “Terus?” tanyaku lagi. Sambil menunjukan alat pengaman (kondom) merek terkenal di negeri ini. “Aku semalam sekitar jam satu ke daerah pantai, sesampainya disana biasalah gituan anak muda sama dia, dia yang mancing-mancing, aku laki-laki siapa yang tidak mau”. Dari raut wajahnya ada rasa kebanggaan seolah dapat rejeki yang luar biasa besarnya.

Di jaman sekarang bukan menjadi hal aneh bila perbuatan yang melanggar aturan Agama menjadi suatu kebanggan tersendiri. Dari mulai obrolan di tempat mewah seperti restourant hingga warung pinggir jalan, apalagi sarana pendukung sangat tersedia dimanapun ada, bagi yang pas-pasan bisa mencari perempuan yang mangkal di pinggir jalan, mereka para perempuan menawarkan dirinya hanya untuk mendapatkan sesuatu yang sedikit, tapi akibatnya luar biasa dalam urusan Agama tapi besar keuntungannya kalau mereka mengukur secara keduniawian.

Sebetulnya mereka sadar bahwa perbuatan demikian sangat tidak baik dan mempunyai resiko tinggi, Agama manapun akan melaknatnya manusia memahami dan punya kemampuan untuk membedakan yang baik dan buruk dan selanjutnya mengamalkannya. Pengertian tentang baik buruk tidak dilalui oleh pengalaman akan tetapi telah ada sejak pertama kali "ruh" ditiupkan. Allah SWT bersabda :

Demi jiwa serta penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya (QS. 91: 7-8)

Pikiran menjadi sehat dan punya keseimbangan kembali bila seseorang mau menerima kembali segala aturan-aturan yang telah tertulis secara ihklas. Semua itu terjadi tidak dengan mengatur alasan atau bantahan yang akan memberatkan dirinya sendiri, melainkan dengan Nur (cahaya) yang dipancarkan Allah SWT ke dalam hatinya, tinggal kita bisa mengolah atau tidak. Allah juga telah memperingatkan tentang buruknya perbuatan zina dengan firman-Nya:

“Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan merupakan jalan yang buruk.” (Qur’an surat al-Isra: 32).

Sebenarnya setiap orang memiliki peluang yang sama untuk berbuat zina dengan siapa saja, kapan saja, dimana saja, asalkan mau melakukannya. Yang hebat tentu dia yang tidak mau melakukan zina, padahal kesempatan itu sangat terbuka baginya. Jadi janganlah bangga bagi yang punya hobi zina, karena tak ada hebatnya, karena itu juga bukan prestasi. Sebab banyak orang yang memiliki kesempatan luas untuk berzina, tapi tidak mau untuk melalukannya. Kalau demikian, apa hebatnya perbuatan zina itu?. Tapi ada juga, orang yang menganggapnya sebagai prestasi yang luar biasa, dan menjadikan suatu kebanggaan karena dia merasa berhasil “menaklukkan” pasangan perempuanya untuk diajaknya berbuat zina.

Akibat Maksiat Zina

Maksiat akan menghalangi diri kita untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Ilmu adalah cahaya yang dipancarkan ke dalam hati. Tapi, kemaksiatan dapat menghalangi dan memadamkan cahaya itu. Dan juga maksiat akan menghalangi Rezeki. Jika ketakwaan adalah penyebab datangnya rezeki, maka meninggalkan ketakwaan berarti menimbulkan kefakiran. Rasulullah SAW. pernah bersabda, “Seorang hamba dicegah dari rezeki akibat dosa yang diperbuatnya.” (HR. Ahmad)

Karena itu, kita harus meyakini bahwa takwa adalah penyebab yang akan mendatangkan rezeki dan memudahkan rezeki kita. Jika saat ini kita merasakan betapa sulitnya mendapatkan rezeki Allah, maka tinggalkan kemaksiatan! Jangan kita penuhi jiwa kita dengan debu-debu maksiat.

Selain itu maksiat juga membuat kita punya jarak dengan Allah. Kita akan merasa terkucilkan baik rejeki maupun kehidupanya, di bayangan kita akan timbul rasa dosa yang luar biasa hebatnya. Diriwayatkan ada seorang laki-laki yang mengeluh kepada seorang arif tentang kesunyian hatinya. Sang arif berpesan, “Jika kegersangan hatimu akibat dosa-dosa, maka tinggalkanlah perbuatan dosa itu. Dalam hati kita, tak ada perkara yang lebih pahit daripada kegersangan dosa di atas dosa.”

Maksiat juga akan membuat jarak dengan orang-orang baik. Semakin banyak maksiat yang dilakukan, akan semakin jauh pula jarak kita dengan orang-orang baik. jiwa terasa kesepian, gersang tanpa sentuhan orang-orang baik itu, akan berdampak pada hubungan kita dengan keluarga, istri, anak-anak dan bahkan hati nuraninya sendiri.

Maksiat membuat sulit semua urusan. Jika ketakwaan dapat memudahkan segala urusan, maka kemaksiatan akan mempesulit segala urusan pelakunya. Ketaatan adalah cahaya, sedangkan maksiat adalah kegelapan. Sebenarnya perbuatan baik akan mendatangkan kecerahan dan cahaya pada hati, kekuatan badan dan kecintaan. Sebaliknya, jika perbuatan buruk akan mengundang ketidak ceriaan pada raut muka, kegelapan di dalam kubur dan di hati, kelemahan badan, serta dijauhkan semua rezeki dan kebencian semua makhluk. Jika gemar bermaksiat, semua urusan kita akan menjadi sulit semua makhluk alam semesta membencinya. Air tidak ridho kita minum. Makanan yang kita makan tidak suka. Orang-orang tidak mau berurusan dengan kita karena benci.

Maksiat melemahkan hati dan badan, Kekuatan seorang mukmin terlihat dari kekuatan hatinya. Mampu tidak dia menahan godaan Jika hatinya kuat, maka kuatlah badannya. Tapi pelaku maksiat, meskipun badannya kuat, sesungguhnya dia sangat lemah. Tidak ada kekuatan dalam dirinya.

Maksiat juga akan menghalangi untuk berbuat taat. Orang yang melakukan dosa dan maksiat cenderung untuk tidak taat. Orang yang berbuat masiat seperti orang yang satu kali makan, tetapi mengalami sakit berkepanjangan. Sakit itu menghalanginya dari memakan makanan lain yang lebih baik. Begitulah. Jika kita hobi berbuat masiat, kita akan terhalang untuk berbuat taat. Kalau sudah seperti itu semua larangan Agama akan di lewati begitu saja.

Maksiat memperpendek umur dan menghapus keberkahan. umur manusia dihitung dari masa hidupnya. Padahal, tidak ada kehidupan kecuali jika hidup itu dihabiskan untuk ketaatan, ibadah, cinta, dan dzikir kepada Allah serta mencari keridhaan-Nya. Misal jika usia kita saat ini 40 tahun. Tiga perempatnya diisi dengan perbuatan maksiat. Dalam hitungan keimanan, usia kita tak lebih hanya 10 tahun saja. Yang 30 tahun adalah kesia-siaan dan tidak memberi berkah manfaat sedikitpun. Inilah maksud pendeknya umur pelaku maksiat.

Maksiat mematikan bisikan hati nurani. Maksiat dapat melemahkan hati dari kebaikan. Dan sebaliknya, akan menguatkan kehendak untuk berbuat maksiat yang lain. Maksiat pun dapat memutuskan keinginan hati untuk bertobat. Inilah yang menjadikan penyakit hati paling besar: kita tidak bisa mengendalikan hati kita sendiri. Hati kita menjadi liar mengikuti jejak maksiat ke maksiat yang lain.

Hati kita akan melihat maksiat begitu indah. Tidak ada keburukan sama sekali.Tidak ada lagi rasa malu ketika berbuat maksiat. Jika orang sudah biasa berbuat maksiat, ia tidak lagi memandang perbuatan itu sebagai sesuatu yang buruk. Bahkan, dengan rasa bangga ia menceritakan kepada orang lain dengan detail semua maksiat yang dilakukannya. Dia telah menganggap ringan dosa yang dilakukannya. Padahal dosa itu demikian besar di mata Allah SWT.

Maksiat menimbulkan kehinaan, itu tidak lain adalah akibat perbuatan maksiat sehingga Allah pun menghinakannya.

“Dan barangsiapa yang dihinakan Allah, maka tidak seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (Al-Hajj:18).

Sedangkan kemaksiatan itu akan melahirkan kehinadinaan. Karena, kemuliaan itu hanya akan muncul dari ketaatan kepada Allah swt. “Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu….” (Al-Faathir:10).

Firman Allah yang lain, “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (Al-Muthaffifiin:14).

Pelaku maksiat mendapat lahknat dari Rasulullah SAW. Mengubah petunjuk jalan, padahal petunjuk jalan itu sangat penting (HR Bukhari); melakukan perbuatan homoseksual (HR Muslim); menyerupai laki-laki bagi wanita dan menyerupai wanita bagi laki-laki; mengadakan praktik suap-manyuap (HR Tarmidzi), dan sebagainya. Karena itu, tinggalkanlah semua itu! Allah SWT. Asalakan mereka mau bertobat dengan sungguh-sungguh dalam berfirmanNYA,

“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman seraya mengucapkan: ‘Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyla-nyala. Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang shalih d iantara bapak-bapak mereka, istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan.” (Al-Mukmin: 7-9)

Maksiat melenyapkan rasa malu. Padahal, malu adalah pangkal kebajikan. Jika rasa malu telah hilang dari diri kita, hilangkah seluruh kebaikan dari diri kita. Rasulullah bersabda, “Malu itu merupakan kebaikan seluruhnya. Jika kamu tidak merasa malu, berbuatlah sesukamu.” (HR. Bukhari)

Yang jelas maksiat yang kita lakukan adalah merupakan bentuk meremehkan Allah. Jika kita melakukan maksiat, disadari atau tidak, rasa untuk mengagungkan Allah perlahan-lahan lenyap dari hati kita. Ketika kita bermaksiat, kita sadari atau tidak, telah menganggap remeh adzab Allah. Kita mengacuhkan bahwa Allah Maha Melihat segala perbuatan kita. Sungguh ini kedurhakaan yang luar biasa! Maksiat memalingkan perhatian Allah atas diri kita. Allah akan membiarkan orang yang terus-menerus berbuat maksiat berteman dengan setan. Allah berfirman,

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Al-Hasyir: 19)

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Asy-Syura: 30)

Maksiat memalingkan diri kita dari sikap istiqamah. Kita hidup di dunia ini sebenarnya bagaikan seorang pedagang. Dan pedagang yang cerdik tentu akan menjual barangnya kepada pembeli yang sanggup membayar dengan harga tinggi. Siapakah yang sanggup membeli diri kita dengan harga tinggi selain Allah? Allah-lah yang mampu membeli diri kita dengan bayaran kehidupan surga yang abadi. Jika seseorang menjual dirinya dengan imbalan kehidupan dunia yang fana, sungguh ia telah tertipu! segala sesuatu yang ada di dunia memang memabukkan dan membuat kita lupa diri. demikian juga maksiat dan kebaikan. alangkah beruntungnya bila kita membiasakan berbuat baik, yang insya Allah akan mendatangkan perbuatan baik lainnya.

Banyak cara agar kita terhindar dari perbuatan yang demikian tergantung niatnya mau berusaha atau tidak ? kalau perbuatan demikian dianggap suatu prestasi akan susah untuk menghindari seolah sudah menjadi candu. Nabi Muhammad SAW sendiri pernah memberikan kiat jitu, agar memperkuat iman dalam dada. Inilah sabda beliau yang sangat terkenal dikalangan orang-orang beriman:

“Tidak (akan) berzina orang yang berzina ketika akan berzina ia beriman. Tidak(akan) mencuri orang yang mecuri ketika akan mencuri ia beriman. Dan tidak (akan) meminum arak ketika akan meminumnya ia beriman.” (Hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim)

Hubungan seksual itu boleh dan halal asalkan dilakukan bersama pasangan yang sah, yang diikat tali pernikahan. Kalau hubungan seks itu dilakukan bersama pasangan tanpa ikatan tali pernikahan, itu disebut zina. Dan inilah yang dilarang, mencoba melanggarnya berarti dia berani merintis jalan masuk neraka kelak di alam akherat. Seperti firman Allah berikut ini:

“Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (untuk membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia dapat (pembalasan) dosanya, akan dilipat-gandakan azab (siksa) untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu dalam keadaan terhina.” (Qur’an surat al-Furqan: 68-69).

Jadi seseorang itu tidaklah akan melakukan zina jika pada waktu akan berzina imannya lebih dominan ketimbang nafsunya. Begitu juga tidak akan mencuri, tidak akan minum arak, tidak akan korupsi, kalau saja ketika akan melakkukan maksiat-maksiat itu imannya sedang kuat-kuatnya (lebih dominant atau sempurna). Lantaran pada saat itu imannya tidak sempurna, tidak kuat, tidak lebih dominan dibanding maksiat yang akan dilakukannya, maka lunturlah perasan takutnya akan dosa yang ada dibalik perbuatan maksiat tersebut. Sehingga begitu mudah dia melakukannya, akhirnya dia menjadi pelaku pelanggaran larangan Allah SWT. Hal ini juga bisa terjadi akibat dari selalu menuruti keinginan hawa nafsu yang lebilh dominant ketimbang iman yang ada di dalam hatinya.

.