Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas Berkah dan Rahmatnya,
telah lahir dengan selamat anak kami yang ketiga:
Auzeal Al Izar Priatmojo
Lahir: Senin Legi, 08 Desember 2014
15 Shafar 1436 H
Semoga kelak menjadi anak yang sholeh, berbakti kepada kedua orang tua,
berguna bagi Agama, Nusa dan Bangsa, Amin.
.
Assalamu'alaikum Wr. Wb
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kami,
Telah lahir anak kami yang pertama
Khanza Aulia Shafira Nugroho
Kamis, 22 November 2012
Semoga menjadi anak yang sholehah,
berbakti kepada kedua orang tua, berguna bagi nusa bangsa
dan agama. Amin,,,
Hari Agustomo Nugroho & Nurul Hidayah
- See more at: http://ovcio.blogspot.com/2012/12/contoh-ucapan-syukuran-kelahiran-anak.html#sthash.BcgfV5zo.dpuf
بَارَكَ
اللهُ لَكَ فِي الْمَوْهُوْبِ لَكَ، وَشَكَرْتَ الْوَاهِبَ، وَبَلَغَ
أَشُدَّهُ، وَرُزِقْتَ بِرَّهُ. وَيَرُدُّ عَلَيْهِ الْمُهَنَّأُ
فَيَقُوْلُ: بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ، وَجَزَاكَ اللهُ
خَيْرًا، وَرَزَقَكَ اللهُ مِثْلَهُ، وَأَجْزَلَ ثَوَابَكَ
‘Baarokallohu laka fil mauhuubi laka wa sayakartal Waahib wa balagho asyuddahu wa ruziqta birrohu’.”
“Semoga Allah memberkahimu dalam
anak yang diberikan kepadamu. Kamu pun bersyukur kepada Sang Pemberi,
dan dia dapat mencapai dewasa, serta kamu dikaruniai kebaikannya.”
Assalamu'alaikum Wr. Wb
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kami,
Telah lahir anak kami yang pertama
Khanza Aulia Shafira Nugroho
Kamis, 22 November 2012
Semoga menjadi anak yang sholehah,
berbakti kepada kedua orang tua, berguna bagi nusa bangsa
dan agama. Amin,,,
Hari Agustomo Nugroho & Nurul Hidayah
- See more at: http://ovcio.blogspot.com/2012/12/contoh-ucapan-syukuran-kelahiran-anak.html#sthash.BcgfV5zo.dpuf
Senin pagi menjelang Subuh tepat pukul 03: 55 wib tanggal 8 Desember 2014, anak saya yang ketiga telah lahir, melalui proses operasi caesar di rumah sakit daerah Sentul Bogor. Anaku yang ketiga ini proses kelahiran lain dengan ke dua kakaknya Auza Al Ghifari Priatmojo dan Aufa Al Ghiyats Sulthon Priatmojo. Kelahiranya yang sangat memprihatinkan dan penuh perjuangan, dari hari Kamis petang hingga Senin pagi, sakit yang diderita istri saya luar biasa. Sampai tak terasa keluar air mata menyaksikan istriku merasakan kesakitan. Memang begitu adanya kalau wanita akan melahirkan, mengalami sakit tetapi buat saya ini bener-benar membuatku sedih yang amat sangat.
Hari Kamis menjelang Isya tgl. 4 Desember 2014 istri saya sudah merasakan mules di perutnya bertanda akan segera hadirnya buah cintaku yang ke tiga, tidak menunggu untuk berfikir lama saya ajak istri saya ke bidan di daerah Munjul Jakarta Timur dengan mengendarai sepeda motor dan membawa bekal kain perlengkapan persalinan. Sesampainya di sana seperti biasanya bidan memeriksa kandungan, dengan menggunakan alat tes detak jantung, terdengar ditelingaku suara gemuruh dari dalam alat tesebut dan bidan yang memeriksa menjelaskan bahwa kandunganya baik tidak ada masalah dan sudah ada pembukaan dua. Sontan hati saya senang luar biasa, ini saatnya yang ditunggu akan segera tiba. Bidan tersebut menyarankan istri saya untuk pulang dulu dengan alasan baru pembukaan dua masih lama, dikawatirkan terlalu lama menunngu di tempat persalinan nanti malah setres ibunya. Saya ikuti saran bidan tersebut, sesampainya dirumah istri saya melakukan rutinitas biasa dengan harapan proses kelahiran makin cepat.
Jumat pagi pukul 5 Desember 2014, saya mengajak istri saya untuk kembali pergi ke bidan untuk kontrol kandunganya tetapi istri saya menolaknya dengan alasan belum dirasa cukup "nanti aja kalau mulesnya sudah sering" jawab istri saya. Saya ikuti kemauanya, saya memutuskan tidak masuk kerja hari itu untuk menjaga dan menemani istri kawatir terjadi sesuatu terhadapnya.
Jumat petang selepas mahgrib 5 Desember 2014, saya kembali mengajak istri saya untuk ke bidan untuk kontrol kandungan, kali ini istri saya mengangguk. Seperti biasanya saya mempersiapkan sepeda motor kesayanganku dan istri saya menenteng tas berisi perlengkapan baju untuk persiapan persalinan siapa tau kali ini istri saya benar benar menjalani proses persalinan. Sesampainya di klinik kami melakukan proses pendaftaran yang sederhana, begitu juga ketika istri saya di dalam ruangan pemeriksaan. Dengan menggunakan alat deteksi janin terdenger bunyi degukan dari alat itu, menurut bidan, itu suara detakan jantung si bayi. Alhamdulillah dalam hati saya, berarti anak yang ada dalam perut istri saya masih baik dan sehat. Kemudia bidan yang memeriksa menganjurkan istri saya untuk kembali ke rumah dulu karena masih dalam pembukaan dua masih sangat lama, nanti kalau mulesnya sudah agak sering baru kembali lagi. Tetapi salah satu bidan dari ketiga bidan yang memeriksa menganjurkan tidak usah pulang disini aja "klinik" ditakutkan kalau-kalau tengah malam terjadi mules yang sangat.
Akhirnya kami ikuti saran bidah tersebut untuk tidak usah pulang dan menjalani proses persalinan di klinik tersebut. Niat saya dan istri saya juga demikian kenapa harus pulang lagi toh ini udah pembukaan dua. Setelah itu bidan yang memeriksa tadi mengambil obat berbentuk pil dan pisau cater, kemudian pil tersebut di potong menjadi dua bagian. Kemudian potongan pil terebut diberikan ke istri saya supaya di kulum dibawah lidah tidak boleh dikunyah apalagi ditelen dengan maksud untuk menambah mules di perutnya agar mudah membuka ke pembukaan tiga dan seterusnya. Jadilah saya dan istri saya menginap di klinik bidan tersebut. Bidan menganjurkan istri saya untuk banyak jalan dan nungging agar rahim cepat membuka.
Sabtu pukul 00:00 tanggal 6 Desember 2014, istri saya masih menjalankan intruksi dari badan tadi, jadi dari mulai datang hingga tengah malam kami tetap melakukan hal tersebut dengan harapan proses kelahiran akan cepat. Dalam benak saya harusnya malam ini anak saya sudah lahir. Kemudian bidan menemui istri saya untuk melakukan pengecekan rahim, Alhamdulillah menurut informasi bidan sudah ada pembukaan tiga. Malam itu istri saya tidak tidur terpancar semangat yang luar biasa, itu semua berharap proses kelahiran terjadi di malam itu atau paling tidak esok harinya. Kasian, cemas mulai menyelimuti pikiranku kenapa kelahiran belum terjadi wajah istri saya sudah terlihat kelelahan, tapi dia masih semangat. "luar biasa". Dan itu dilakukan sampai pagi, tetapi tanda-tanda kelahiran belum nampak. Wajah lelah dan ngantuk sangat terlihat jelas, karena semalaman tidak memejamkan mata. Sebagai suami saya berusaha sekuat mungkin untuk selalu mendampinginya.
Sabtu pagi tanggal 6 Desember 2014 dengan wajah nampak lelah tetapi istri saya tetap semangat itu semua karena punya keyakinan bahwa proses kelahiran bayi tidak akan lama lagi. tidak lama kemudian ibu mertua saya yang sering ku panggil Mama, datang ditemani dengan anak saya yang kedua. Mereka bermaksud menjenguk cucunya yang baru, tetapi apadaya proses kelahiranya baru pembukaan tiga. Mama mendekati istri saya sambil memberikan nasehat dan motivasi agar tetap kuat dan sabar. Karena tidak ingin anak saya melihat ibunya kesakitan, saya mohon pamit pulang untuk mengantar pulang, tidak baik terlalu lama di tempat itu buat anak saya. Sedang Mama masih menunggui istri saya.
Sabtu sore tanggal 6 Desember 2014, istri saya belum mengalami banyak perubahan, kasian dan sedih melihatnya. Akhirnya saya sarankan untuk banyak istirahat tidur di malam itu. Hanya sesekali saja bangun untuk melakukan apa yang disarankan bidan agar proses kelahiran tidak terlalu lama.
Minggu pagi tanggal 7 Desember 2014, istri saya masih mengalami kesakitan yang masih seperti sebelumnya. Proses pembukaan rahim sangat berjalan lambat. Ada apa ini, kenapa ? tanyaku dalam hati. Wajah dan badan istri saya sudah mulai kepayahan karena menahan lelah dan ngantuk. Saat itu baru terjadi proses pembukaan lima, masih jauh dari harapan. Siang menjelang dhuhur bidan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan USG lagi untuk melihat posisi janin. Dengan diantar mobil jenis sedan hitam kami di dampingi seorang bidan, berangkat ke dokter spesialis kandungan yang buka praktek masih di daerah Munjul Jakarta Timur. Dalam pemeriksaan terlihat kandungan istri saya tidak mengalami gangguan sedikitpun alias masih dalam kondisi normal. Saran dokter tersebut terhadap bidan yang mangantar untuk menambah obat perangsang, diperkiran sore atau menjelang isya In Sya Allah sudah lahir. Saya makin senang dengan penjelasan dokter tersebut, wajah istri saya juga kembali bersinar nampak kegembiraan yang luar biasa tak berhenti hentinya istri saya menebar senyum. Kembalilah kami ke tempat klinik bidan tadi, tak lama Mama datang untuk menjenguk anak kesayanganya sambil memberikan motivasi agar tetap kuat.
Minggu petang tanggal 7 Desember 2014, adalah hari dan waktu yang sangat menyedihkan buat istri saya saat di klinik bidan. Saat itulah istri saya mengalami sakit yang luar biasa, apakah ini akibat dari tambahan obat perangsang yang diberikan bidan, sesuai anjuran dokter tadi ? Semakin bingung saya melihat istriku, tak henti hentinya Mama memberikan doa dan motivasi terhadap istri saya agar tetap kuat. Baru kali ini saya melihat istri saya berteriak menahan kesakitan yang amat sangat, biasanya Dia selalu bisa menahan sakit dan selalu membaca menyebut asma Allah, tidak berteriak seperti ini. Waktu itu pembukaan rahim sudah dalam pembukaan delapan, masih agak lama. Tak lama kemudiah Bidan menginformasikan bahwa air ketuban sudah pecah dan bayinya sudah mengeluarkan kotoran "EE" dengan tanda-tanda air ketuban istri saya sudah berwarna kehijau-hijauan. Oh...inikah anak saya akan segera lahir ?. Tetapi pertanyaan itu tidak kunjung terjawab. Saya, Mama dan bidan selalu memberikan motivasi agar istri saya tetap kuat. Dan pada akhirnya Istri saya menyerah tidak bisa melanjutkan untuk proses persalinan secara normal. Kemudian bidan memberikan pilihan rujuk ke rumah sakit ada dua rumah sakit yang mereka tawarkan yaitu rumah sakit milik institusi pemerintahan dan swasta. Tapi bidan menyarankan untuk ke rumah sakit swasta saja di daerah Kramatjati Cililitan dengan alasan pelayananya lebih bagus. Saya spontan jawab YA...!!!!. tetapi setelah saya merenung sejenak andai saya ke rumah sakit itu saya tidak punya biaya sedikitpun, terus gimana saya harus membayar persalinan operasi ?. Akhirnya saya putuskan untuk dibawa ke rumah sakit dimana saya bekerja. Saya sadar betul bahwa istri saya tidak di jamin karena saya pegawai kontrak di rumah sakit tersebut. Tapi masa bodoh dengan itu semua yang penting istri dan anak saya selamat, biaya gimana nanti sajalah.. pikirku...
Minggu malam sekitar pukul 19.00 tanggal 7 Desember 2014, Ahirnya saya memutuskan untuk dirujuk ke rumah sakit dimana saya bekerja, dengan diantar mobil jenis sedan hitam dan di temani seorang bidan, sementara Mama langsung pulang kerumah. Tidak lupa saya menayakan biaya perawatan selama di bidan setelah mengetahui angka rupiahnya, saya menjanjikan untuk membayarnya esok harinya dan diperbolehkan, sambil menitipkan sepeda motorku ke pengelola klinik tersebut karena tidak mungkin harus pulang kerumah dulu. Dalam perjalanan istri saya selalu mengerang kesakitan, saya coba untuk menenangkanya sambil menghiburnya. Setelah kurang lebih 45 m perjalanan, sampailah di rumah sakit yang saya tuju.
Penderitaan istri saya belum berakhir, sesampainya di rumah sakit istri saya langsung dibawa ke ruang bersalin di lantai dua, dengan diantar beberapa perawat. Sial sesampainya di ruang bersalin kami harus menunggu beberapa saat karena ruanganya terkunci dan tidak ada satupun perawat yang disitu. Setelah beberapa lama menunggu akhirnya dua bidan datang dan langsung menindak istri saya, saya gelisah mondar mandir kayak orang gila. Untung saja seisi rumah sakit kenal saya, jadi agak dimudahkan dan diprioritaskan. Istri saya masih mengerang kesakitan, makin menambah panik seisi ruangan. Saya sempat mengomel ke bagian farmasi karena begitu lama mengeluarkan obat yang akan dipergunakan istri saya, obat itu adalah obat penahan rasa sakit. Setelah serah terima antara bidan klinik dan bidan rumah sakit, barulah bisa diputuskan tidakan apa yang harus segera dilakukan terhadap istri saya. Dengan melalui proses konsultasi dengan dokter kandungan, akhirnya istri saya harus menjalani operasi malam itu juga. Semua team medis malam itu dikumpulkan untuk segera datang ke rumah sakit, karena akan dilakukan operasi cito.
Disinilah ujian terberat yang dialami oleh saya dan istriku, dokter selalu memberikan informasi yang kurang enak didenger, terutama tentang nasib bayi yang ada dalam kandunganya. Apakah harus seperti itu info yang saya dapat ataukah bagaimana ?. Sedih bingung campur aduk pikiran saya. Ditambah lagi salah satu dokter team yang akan melakukan operasi susah di hubungi yaitu dokter anestesi. Waktu itu jam menunjukan pukul 22.30 menit, tapi tanda-tanda akan dilakukan operasi belum pasti. Sementara dokter kandungan selalu menginformasikan kurang bersahabat, dan Dia selalu berkata "ini harus dilakukan operasi secepatnya jangan lebih dari dua jam kalau tidak, saya tidak bertanggung jawab terhadap kesalamatanya". Sempat terlontar dari Dia untuk dirujuk ke rumah sakit lain, dengan alasan bahwa rumah sakit ini tidak bisa melakukan operasi karena tidak ada dokter anestesi. Saya bingung kenapa dia menyarankan seperti itu ?, seolah lepas tanggung jawab, apakah tidak ada cara lain ?. Makin bingun saya, serasa hidup mau kiamat, disitulah saya menangis melihat istri saya dengan menahan rasa sakit, dan itu terlihat oleh beberapa perawat dan dokter. Persiapan operasi sudah matang tinggal nunggu satu dokter anastesi yang belum hadir, sementara istri saya masih merasakan kesakitan yang luar biasa. Andai saja terjadi sesuatu terhadap istri dan anak saya, siapa yang harus bertanggung jawab ?. Bingung, marah, sedih badan saya terasa lemas tidak bisa berbuat apa-apa. Cuma satu dokter jaga yang bisa saya ajak bicara, karena dialah yang bisa memberikan informasi yang sedikit menyejukan. Akhirnya saya memberanikan diri untuk bicara lewat telpon ke salah satu direktur agar operasi istri saya tetap dilaksanakan di rumah sakit ini jangan dirujuk ke tempat lain. Harapan saya kalau dirumah sakit ini saya bisa potong gaji untuk biaya perawatanya. Setelah melalui proses yang sangat panjang dengan dibatu oleh dokter jaga, perawat jaga dan di bantu oleh direktur medis, akhirnya terkumpul team operasi. Harapan dan semangat saya muncul kembali..
Senin dini hari pukul 02:30 wib tanggal 8 Desember 2014, Istri saya di bawa ke ruang operasi, sedih dan kecewa menyelimuti benak saya kenapa harus seperti ini, rasa lelah dan kantuk seketika lenyap. Saya beranikan diri untuk ikut mengantar ke ruang operasi, beberapa perawat dan bidan menganjurkan agar saya ikut dalam operasi istri saya, tapi saya menolak saya tidak tega melihatya. Untuk sekedar menghibur diri, saya usap kepala istri saya sambil memberikan motivasi agar tetap sabar dan kuat. Tak lama kemudian akhirnya istri saya benar-benar dibawa ke ruang khusus operasi, terlihat beberapa alat sudah dipersiapkan. satu-persatu team medis memasuki ruang bedah. yaitu dokter kandungan, dokter anak, dokter anestesi, bidan dan beberapa perawat. Seolah tidak mau kehilangan moment saya abadikan peristiwa itu dengan Handphone saya. Terlihat dari balik kaca cendela kamar operasi istri saya terlihat pasrah... sedikit keluar air mataku saya selalu momohon kepada Allah agar diberikan keselamatan atas istri dan bayi yang ada dalam kandunganya. Karena tidak mau terus menerus meneteskan air mata, saya menjauh dari kamar bedah, saya lebih suka menunggu di ruang administrasi kamar operasi, sambil berharap keselamatan dan kelancaran...
Senin pukul 03:55 wib tanggal 8 Desember 2014, terdengar sayub suara tangisan bayi dari ruang kamar operasi dimana istriku berada, seketika saya bangkit dari tempat duduk dan melihat seorang bidan sedang menggendong bayi. Ini pasti anaku ?. Benar saja yaaa...itu anaku... dengan diperkuat oleh perkataan bidan tersebut. Bayinya laki-laki pak ! seru bidan tersebut. Alhamdulillah ucap syukur kepadamu ya Allah. Engkau telah memberikan keselamatan kepada bayiku. Kemudian bidan itu membawa bayiku ke kamar bayi dengan di dampingi seorang dokter anak, tak mau ketinggalan saya juga mengikuti dari belakangya. Sesampainya di ruang bayi, bayiku di periksa seluruh anggota tubuhnya sambil diukur semua badan dan beratnya. Sedikit tenang perasaan saya, apa yang dikatakan dokter kandungan tentang nasib anak saya tidak terbukti sama sekali, anak saya sehat, kuat dan utuh..Alhamdulillah... kemudian saya kembali masuk ke ruang tunggu kamar operasi sambil sesekali mengintip ke dalam ruangan kamar bedah, berharap proses operasi istri saya telah selesai.
Senin 05:30 wib tanggal 8 Desember 2014 sebuah tempat tidur kecil keluar dari ruang operasi terlihat istriku terbujur lunglai dengan mata tertutup dengan sedikit air mata keluar dari sela-sela kelopak matanya. Terlihat monitor layar disampingnya menyala stabil bertanda istri saya telah selesai menjalani proses operasi dan berjalan lancar. Tak henti hentinya saya mengucapkan rasa syukur kepada yang Maha Esa. Dengan di dampingi seorang perawat dan seorang dokter istri saya selalu di monitor kestabilan tubuhnya. Karena dirasa sudah aman dan berjalan lancar saya mencoba untuk mencari tempat untuk beristirahat sejenak. Saya mencoba tidur sebentar di ruang kosong sebelah kamar operasi dengan harapan agar badan tetap sehat. Dan terbangun ketika saya merasa kepingin buang air kecil, waktu sudah menunjukan pukul 08:30 pagi, bergegas saya ke kamar operasi menemui istriku. Alhamdulillah istri saya sudah siuman dan akan segera di pindahkan ke ruang observasi di kamar bersalin. pagi itu saya masih di rumah sakit saya putuskan tidak masuk kerja, saya mondar mandir menengok anak dan istri saya yang kebetulan tidak jauh jaraknya. rasa senang dan bermacam-macam perasaan bercampur aduk dalam hati. Peristiwa yang menegangkan sudah terlewati. Saatnya sekarang saya menghibur diri dengan sedikit bersendau gurau dengan istriku yang nampak masih lelah. Seiring itupun teman-teman saya mulai berdatangan menjenguk bayi dan istri saya. Ucapan selamat mengalir terus.. rasa kecewa dan sedih tergantikan dengan kebahagiaan.
Saat itu juga saya mendengar berita bahwa Ibu saya masuk rumah sakit Jantung didaerah Jakarta Barat. Sakit jantung yang dideritanya kambuh lagi. Makin sempurnalah kebingungan saya.
Kamis pukul 16: 25 wib tanggal 11 Desember 2014, istri saya sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Tentu ini kabar yang sangat baik. Dengan proses yang tidak terlalu bertele-tele akhirnya kami pulang dengan membawa buah hati seorang bayi laki-laki tampan dan sehat. Saya sangat berterimakasih kepada seluruh bidan dan perawat yang telah merawat anak dan istri saya dengan baik, seolah tidak ada batasan antara pasien dan perawat. Semua memperlakukan anak dan istri saya dengan baik. Tidak kalah meriahnya sambutan kami di rumah Mama, Bapak dan kedua anak saya antusias menyambut kedatangan penghuni rumah baru. Dan berita itu tersebar ketetangga-tetangga sebelah, seperti sudah tradisi merekapun ikut memberikan ucapan selamat. Lengkap sudah kebahagiyaan kami sekeluarga.
Selasa pukul 20:30 tanggal 16 Desember 2014, ketika kami masih diselimuti kebahagiaan dan masih banyak rekan saudara yang mengucapkan selamat atas kelahiran anak saya, masalah belum selesai. Sepulang kerja saya, istri saya mengeluh ada rasa nyeri di perut bekas jaitan operasi dan benar terlihat ada warna darah di sela-sela jaitannya. Kemudian istri saya berkonsultasi dengan salah satu bidan rumah sakit tempat dilakukan operasi. Setelah beberapa waktu melalui konsultasi lewat handphone istri saya disuruh kontrol malam itu juga ke rumah sakit, itu saran dari dokter yang mengoperasi. Tanpa pikir panjang berangkatlah saya dan istri saya ke rumah sakit dengan di temani Bapak mertua saya. Dalam perjalanan bidan tersebut selalu memonitor keberadaan saya, sampai dimana, mungkin untuk menyakinkan saja. Dan saya di anjurkan untuk datang lewat IGD untuk melakukan registrasi. Setelah hampir mendekati rumah sakit saya kabarkan ke bidan tersebut, dan mereka akan menjemputya ke emergency. Dan betul juga setelah saya dan istri saya sampai di emergency datanglah dua bidan yang saya kenal, untuk menjemput istri saya. Dibawahlah istri saya dengan kursi roda ke ruang besalin, dan dokter kandungan sudah menunggu di sana dengan satu bidan lagi. Jadilah istri saya ditangani oleh satu dokter dan tiga bidan. Setelah di periksa jahitan bekas operasi dokter menyarankan untuk rawat inap. Alasan dokter ini karena ada infeksi akibat pecah ketuban, "yah beginilah pak kalau kelamaan di bidan !" kata dokter. Saya hanya diam sambil keheranan dengan penjelasan dokter, tetapi saya berusaha menerima penjelasanya, walaupun agak sedikit bertanya-tanya. Yah.. sudahlah kalau bigitu mending dirawat daripada terjadi sesuatu terhadap istriku... Masih bersyukur saya mempunyai orang-orang yang pengertian seperti Mama, Bapak mereka orang-orang hebat, tanpa bantuan mereka mungkin saya sudah kebingungan yang amat sangat. Dan penerimaan bidan di rumah sakit juga sangat baik.
Kamis ini tanggal 18 Desember 2014 siang, istri saya sudah diperbolehkan pulang, berharap semoga ini yang terahir paska operasi masuk rawat. Dokter menganjurkan untuk datang kontrol satu minggu lagi.
Begitulah kisah memilukan proses kelahiran anak saya, berharap dikemudiah hari anak saya menjaddi seorang yang tangguh, kuat dan tidak mudah menyerah dan tentunya menjadi kebangaan orang tuanya.
.