Cari Blog Ini

Kamis, 28 Oktober 2010

Agama adalah Nasehat

Setelah seharian bekerja untuk memenuhi kewajiban sebagai kepala keluarga, badan dan pikiran terasa lelah kalau ada pilihan untuk diam mungkin itu yang akan menjadi pilihan tetapi itu tidak di anjurkan oleh Agama yang saya percayai. Memang sepertinya kita sering berlaku tidak adil dengan rutinitas yang kita lakukan. Contohnya kita lebih banyak menghabiskan waktu untuk urusan dunia sedang urusan akhirat selalu di nomor duakan. Sehingga ketika akan melakukan kewajiban sebagai hamba Allah yang ada adalah tenaga sisa.

Maka dari itu perlunya kita menyempatkan diri menghadiri pengajian yang di dalamnya terdapat wejangan-wejangan atau nasehat-nasehat yang dapat membuka pikiran kita, seharusnya bagaimana kita bersikap adil dalam hidup ?. Karena dengan nasehat batin kita terasa tenang, kalau di gambarkan seperti handphone yang baterenya habis ketika di chas akan bisa di gunakan lagi. Demikian pula dengan kita kalau tidak pernah mendengarkan nasehat agama, hati kita terasa mengeras dan mudah sekali berpaling dari agama Allah.

Mendengar kata Nasehat pikiran kita akan terbayang tentang hal-hal kebaikan walaupun sebuah kata singkat tetapi maknanya sangat luas. Nasehat dalam bahasa Arab artinya membersihkan atau memurnikan seperti pada kalimat 'nashakhtul 'asala' artinya saya membersihkan madu sampai tinggal tersisa yang murni. Akan tetapi, ada juga yang mengatakan bahwa nasihat juga mempunyai makna lain.

Tugas mulia dan suci, para nabi banyak disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai pemberi nasehat. Hal ini disebabkan karena manusia tidak cukup hanya menerima risalah dakwah Islam saja. Akan tetapi juga membutuhkan pemberi nasehat dan peringatan dalam hidupnya, karena manusia adalah mahluk pelupa dan pelalai, bahkan makhluk yang banyak berbuat kesalahan. Oleh karena itu, Allah swt. menyatakan dalam Surat Al-Ashr :

“Demi masa, sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh yang saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran.”

Surat ini menjelaskan keharusan setiap orang untuk beriman dan beramal sholeh, jika ingin selamat baik di dunia maupun di akherat. Bahkan iman dan amal sholeh saja ternyata masih merugi, sebelum menyempurnakannya dengan semangat saling memberi nasehat dan bersabar dalam mempertahankan iman, meningkatkan amal shaleh, menegakan kebenaran dalam menjalankan kehidupan ini.

Sedemikian pentingnya prinsip “saling memberi nasehat” dalam ajaran Islam, maka setiap manusia pasti membutuhkannya, siapapun, kapanpun, dan di manapun dia hidup. Layaklah kalau dikatakan bahwa “saling memberi nasihat “ adalah sebagai sebuah keniscayaan yang harus ada pada setiap muslim. Namun sangatlah disayangkan jika ada di antara kita yang menganggap sepele soal nasehat ini. Atau merasa dirinya sudah cukup, sudah pintar, sudah berpengalaman sehingga tidak lagi butuh yang namanya nasehat dari orang lain. Padahal dengan menerima nasehat dari orang lain pertanda adanya kejujuran, kerendahan hati, keterbukaan dan menunjukkan kelebihan pada orang tersebut.

Saking sedemikian pentingnya nasehat ini, Nabi saw. bersabda:

عن أَبي رُقَيَّةَ تَمِيم بن أوس الداريِّ - رضي الله عنه - : أنَّ النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - ، قَالَ : (الدِّينُ النَّصِيحةُ) قلنا : لِمَنْ ؟ قَالَ : ( لِلهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلأئِمَّةِ المُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ(2) رواه مسلم

Dari Abi Amer atau Abi Amrah Abdullah, ia berkata, Nabi saw. bersabda, “Agama itu adalah nasehat.” Kami bertanya, “Untuk siapa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Untuk Allah, untuk Kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk para pemimpin umat Islam dan orang-orang biasa.” (HR. Muslim)

Dari hadist di atas dapat kita pahami bahwa memberi dan menerima nasehat adalah berlaku untuk manusia, siapapun dia, apapun kedudukan dan jabatannya, tanpa kecuali. Juga menjelaskan kepada kita bahwa agama akan tegak apabila tegak pula sendi-sendinya. Sendi-sendi tersebut adalah saling menasehati dan saling mengingatkan antara sesama muslim dalam keimanan kepada Allah, keimanan kepada Rasul, dan keimanan kepada Kitab-Nya. Artinya, agar kita selalu berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran dari Allah dan Kitab-Nya dan mentauladani sunah-sunah Rasul-Nya.

Di dalam Al-Qur’an, Allah swt. mengisahkan tentang bagainama Nabi Musa a.s., seorang nabi dan rasul yang ternyata dapat menerima nasehat dari salah seorang kaumnya.

“Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini), sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu. Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut, menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa: Ya Tuhanku selamatkanlah aku dari orang-orang yang dzalim itu.” (QS. Al-Qashash: 20-21)

Lalu bagaimana dengan kita yang orang biasa yang bukan Nabi dan Rasul? Sudah barang tentu sangatlah membutuhkan nasehat. Kita senantiasa membutuhkan nasehat dari orang lain. Demikian juga harus bersedia memberi nasehat kepada orang lain yang memohon nasehat kepada kita.

وعن أَبي هريرة رضي الله عنه : أنَّ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم، قَالَ : وفي رواية لمسلم : حَقُّ المُسْلِم عَلَى المُسْلِم ستٌّ : إِذَا لَقيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيهِ ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأجبْهُ ، وإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ ، وإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ الله فَشَمِّتْهُ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ ، وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ
.
“Hak seorang muslim pada muslim lainnya ada enam: jika berjumpa hendaklah memberi salam; jika mengundang dalam sebuah acara, maka datangilah undangannya; bila dimintai nasehat, maka nasehatilah ia; jika memuji Allah dalam bersin, maka doakanlah; jika sakit, jenguklah ia; dan jika meninggal dunia, maka iringilah ke kuburnya.” (HR. Muslim)

Dengan saling menasehati antara kita, maka akan banyak kita peroleh hikmah dan manfaat dalam kehidupan kita. Akan banyak kita temukan solusi dari berbagai persoalan, baik dalam skala pribadi, keluarga dan masyarakat Karenanya nasehat itu sangatlah diperlukan untuk menutupi kekurangan dan aib yang ada di antara kita. Karena nasehat itu dapat memberi keuntungan dan keselamatan bagi yang ikhlas menerima dan menjalankannya. Karena saling menasehati itu dapat melunakkan hati dan mendekatkan hubungan antara kita. Karena satu sama lain di antara kita saling membutuhkannya.

Saling menasehati antara sesama muslim terasa semakin kita perlukan, terutama ketika tersebar upaya menfitnah adu domba antara sesama muslim yang datang dari orang-orang kafir, munafik, dan orang-orang fasik yang ingin melemahkan umat Islam sebagai penduduk terbesar negeri ini. Mereka tidak senang terhadap kesatuan dan persatuan umat Islam.
Sepantasnyalah kita dalam bergaul di masyarakat banyak sekali menjumpai bermacam peristiwa dan kejadian. Sebagai manusia yang menyakini Islam sebagai agama pilihan sudah sepantasnya kita mengingatkan teman kita, sahabat kita, saudara kita dikala mereka sedang atau akan melakukan kemaksiatan. Kita berdosa sekali apabila menyaksikan kemaksiatan didepan kita tetapi kita berpaling atau mendiamkan, memang terasa berat tapi bagaimana lagi ?.

Bukanya kita so suci atau so agamis tapi itulah Islam yang selalu mengajarkan umatnya untuk selalu dalam kebaikan. Mungkin suatu saat kita juga butuh masukan, butuh nasehat dari teman kita, sahabat kita sekiranya itu baik dan bermanfaat tidak ada salahnya kita dengarkan dan ikuti.

Semoga Allah swt. senantiasa memberikan pemahaman kepada kita akan arti pentingnya saling memberi nasehat antara kita. Semoga kita mampu memberi nasehat dan senang menerima nasehat dari siapapun, selama tidak bertentangan dengan nilai kebenaran dan kabaikan, sehingga kita dapat terhindarkan dari bahaya adu domba dan fitnah yang dapat memecah belah umat Islam, masyarakat, bangsa, dan Negara. ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar