.
“lu’ga punya iman” atau “iman lu kemana sih” Kalimat itu sering kita dengar atau bahkan kita yang mengucapkanya, kata tersebut bisa diartikan bahwa orang tersebut telah berbuat di luar batas kebiasaan yang dinggap kurang baik. Kata Iman banyak di gunakan sebagai pelengkap ucapan walau itu hanya sekedar gurauan.
Arti keimanan yang berasal dari kata aamana - yu’minu berarti tasdiq yaitu membenarkan mempercayai. Dan menurut istilah Iman ialah “Membenarkan degan hati diucapkan degan lisan dan dibuktikan degan amal perbuatan.” Atau juag “Qaulun wa amalun wa niyyatun wa tamassukun bis Sunnah.” Yakni Ucapan diiringi degan ketulusan niat dan dilandasi degan berpegang teguh kepada Sunnah karena iman itu apabila hanya ucapan tanpa disertai perbuatan adalah dapat di golongkan kufur apabila hanya ucapan dan perbuatan tanpa diiringi ketulusan niat adalah nifaq sedang apabila hanya ucapan perbuatan dan ketulusan niat tanpa dilandasi degan sunnah adalah bid’ah.
Iman dalam Islam menempati posisi sangat penting dan strategis. Karena iman adalah asas dan dasar bagi seluruh amal perbuatan manusia. Tanpa iman tidaklah sah dan diterima amal perbuatannya. Firman Allah SWT dalam Qur’an Surah An-Nisa’ 124 yang artinya
“Barangsiapa yg mengerjakan amal-amal shaleh baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.”
Juga dalam Qur’an Surah Al-Isra’ 19 yang artinya
“Dan barangsiapa yg menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu degan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu’min maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi degan baik.”
Maka Iman dan Islam adalah dua sejoli yang tidak boleh dipisahkan. Keduanya ibarat dua sisi uang logam. Tidak ada Iman tanpa Islam dan tidak ada Islam tanpa Iman. Tetapi degan demikian bukan berarti Islam itu adalah Iman dan Iman adalah Islam.
Iman apabila disebutkan bersama-sama degan Islam maka menunjukkan kepada hal-hal batiniah; seperti Iman kepada Allah SWT iman kepada Malaikat iman kepada hari akhir dan seterusnya. Dan Islam apabila disebutkan bersama-sama degan Iman maka menunjukkan kepada hal-hal lahiriah; seperti Syahadat shalat puasa dan seterusnya. Dasarnya Al-Hujurat 14.
Namun Iman apabila disebutkan tersendiri tanpa degan Islam maka mencakup pengertian Islam dan tidak terlepas darinya; karena iman menurut definisinya adalah Keyakinan ucapan dan perbuatan. Demikian pula Islam apabila disebutkan tersendiri tanpa degan Iman maka mencakup pengertian Iman dan tidak boleh dipisahkan darinya. Karena Islam pada hakekatnya yaitu Berserah diri lahir dan batin kepada Allah SWT degan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dasarnya Al-Anfal 2 - 3 Al-Mu’minun 1 - 9 dan Al-Imran 19 85.
Kalau kita mau jujur pada diri kita sendiri, sampai saat ini sudah berapa lama kita menjadi seorang muslim? sudah berapa banyak amal ibadah yang kita kerjakan? akan tetapi pernahkah kita merasakan kenikmatan dan kemanisan yang hakiki sewaktu kita melaksanakan ibadah tersebut?
Kalau hakikat ini belum kita rasakan, berarti ada sesuatu yang kurang dalam iman kita, ada sesuatu yang perlu dikoreksi dalam keislaman kita. Karena manisnya iman dan indahnya Islam itu bukan sekedar teori belaka, tapi benar-benar merupakan kenyataan hakiki yang dirasakan oleh orang yang memiliki keimanan dan ketaatan yang kuat kepada Allah ?, yang wujudnya berupa kebahagian dan ketenangan hidup di dunia, serta perasaan gembira dan senang ketika beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah ?.
Contoh ayat Al Qur-an, diantaranya: pertama:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan ” (QS. ِِan Nahl:97).
Ayat kedua:
“Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan berikan kepada mereka (balasan) kebaikan di dunia.Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui. (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhanmu saja mereka bertawakkal” (QS. An Nahl:41-42).
Ayat ketiga:
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu (di dunia) sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya (di akhirat nanti)” (QS. Huud:3).
Ayat keempat:
“Katakanlah: ”Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertaqwalah kepada Rabbmu”.Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan.Dan bumi Allah itu adalah luas.Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahala bagi mereka dengan tanpa batas (di akhirat)” (QS. Az Zumar:10).
Bagaimana dengan sobat semua di sini, bisakah kita melakukan dan menyadari arti iman yang sesungguhnya.insa Allah dengan usaha yang gigih dan selalu rendah diri di hadapan Allah maka kita akan bisa melaksanakannya.
Keimanan bisa berkurang dan bisa bertambah, karena kemantapan hati bertingkat-tingkat; seperti kemantapan hati terhadap berita tidak sama dengan kemantapan hati terhadap kenyataan langsung. Kemantapan hati terhadap berita satu orang, tidak sama dengan kemantapan hati terhadap berita dari dua orang dan seterusnya.
Maka dari itu Ibrahim Alaihis Salam berkata, "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)." (Al-Baqoroh 260).
Keimanan akan bertambah tergantung kepada ketetapan hati, ketenangan dan kesiapannya. Manusia akan menemukan itu dalam dirinya. Ketika dia menghadiri pengajian yang ada nasehat, tentang syurga dan neraka, maka keimanannya akan bertambah sehingga seakan dia melihat-nya secara langsung, tetapi ketika lalai dan menjauh dari pengajian, maka keyakinannya dalam hati berkurang.
Keimanan dalam perkataan bisa bertambah dan berkurang. Orang yang menyebut Allah sepuluh kali tidak sama dengan orang yang menyebut Allah seratus kali, tambahnya keimanan orang yang kedua lebih besar dari yang pertama. Orang yang mengerjakan ibadah dengan cara yang sempurna, keimanannya akan bertambah lebih banyak daripada orang yang mengerjakannya secara setengah-setengah. Dan orang yang melakukan amal dengan anggota badannya lebih banyak daripada orang lain, maka tambahan keimanannya juga akan lebih banyak daripada orang yang kurang dalam amal perbuatannya. Dijelaskan dalam Al-Quran :
" Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari Malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk Jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya." (Al-Mudatstsir:31).
Kemudian firman Allah, " Dan apabila diturunkan suatu surat, Maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: "Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turannya) surat ini?" Adapun orang-orang yang beriman, Maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira. Dan Adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, Maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam Keadaan kafir." (At-Taubah: 124-125).
Keimanan seseorang mudah sekali berubah, maka kita yang sudah tau betul arti keimanan walau ga terlalu banyak selayakyalah menjaga baik-baik. Karena dengan keimanan hati dan jiwa kita selalu terjaga dari hal yang berbau maksiat. Banyak cara untuk mempertahankan keimanan diantaranya menghadiri acara pengajian, memperbanyak do’a, rutin menjalankan sholat lima waktu lebih bagus ditambah dengan sholat sunahnya di sepertiga malam.
Karena hidup di jaman yang sekarang ini dimana sistim informasi yang begitu cepat seolah tiada batas, seperti kita dapat mengetahui kejadian satu jam yang lalu di belahan dunia paling ujung. Dengan demikian sedikit banyak akan mempengaruhi prilaku kita kalau kita tidak punya benteng keimanan yang kokoh niscaya akan mudah terbawa arus kecangggihan jaman tersebut. Kalau itu baik dan menguntungkan bisa kita ambil manfaatnya tetapi kalau informasi itu bertentangan dengan keyakinan ajaran kita sebagai muslim alangkah bahayanya..
“lu’ga punya iman” atau “iman lu kemana sih” Kalimat itu sering kita dengar atau bahkan kita yang mengucapkanya, kata tersebut bisa diartikan bahwa orang tersebut telah berbuat di luar batas kebiasaan yang dinggap kurang baik. Kata Iman banyak di gunakan sebagai pelengkap ucapan walau itu hanya sekedar gurauan.
Arti keimanan yang berasal dari kata aamana - yu’minu berarti tasdiq yaitu membenarkan mempercayai. Dan menurut istilah Iman ialah “Membenarkan degan hati diucapkan degan lisan dan dibuktikan degan amal perbuatan.” Atau juag “Qaulun wa amalun wa niyyatun wa tamassukun bis Sunnah.” Yakni Ucapan diiringi degan ketulusan niat dan dilandasi degan berpegang teguh kepada Sunnah karena iman itu apabila hanya ucapan tanpa disertai perbuatan adalah dapat di golongkan kufur apabila hanya ucapan dan perbuatan tanpa diiringi ketulusan niat adalah nifaq sedang apabila hanya ucapan perbuatan dan ketulusan niat tanpa dilandasi degan sunnah adalah bid’ah.
Iman dalam Islam menempati posisi sangat penting dan strategis. Karena iman adalah asas dan dasar bagi seluruh amal perbuatan manusia. Tanpa iman tidaklah sah dan diterima amal perbuatannya. Firman Allah SWT dalam Qur’an Surah An-Nisa’ 124 yang artinya
“Barangsiapa yg mengerjakan amal-amal shaleh baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.”
Juga dalam Qur’an Surah Al-Isra’ 19 yang artinya
“Dan barangsiapa yg menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu degan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu’min maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi degan baik.”
Maka Iman dan Islam adalah dua sejoli yang tidak boleh dipisahkan. Keduanya ibarat dua sisi uang logam. Tidak ada Iman tanpa Islam dan tidak ada Islam tanpa Iman. Tetapi degan demikian bukan berarti Islam itu adalah Iman dan Iman adalah Islam.
Iman apabila disebutkan bersama-sama degan Islam maka menunjukkan kepada hal-hal batiniah; seperti Iman kepada Allah SWT iman kepada Malaikat iman kepada hari akhir dan seterusnya. Dan Islam apabila disebutkan bersama-sama degan Iman maka menunjukkan kepada hal-hal lahiriah; seperti Syahadat shalat puasa dan seterusnya. Dasarnya Al-Hujurat 14.
Namun Iman apabila disebutkan tersendiri tanpa degan Islam maka mencakup pengertian Islam dan tidak terlepas darinya; karena iman menurut definisinya adalah Keyakinan ucapan dan perbuatan. Demikian pula Islam apabila disebutkan tersendiri tanpa degan Iman maka mencakup pengertian Iman dan tidak boleh dipisahkan darinya. Karena Islam pada hakekatnya yaitu Berserah diri lahir dan batin kepada Allah SWT degan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dasarnya Al-Anfal 2 - 3 Al-Mu’minun 1 - 9 dan Al-Imran 19 85.
Kalau kita mau jujur pada diri kita sendiri, sampai saat ini sudah berapa lama kita menjadi seorang muslim? sudah berapa banyak amal ibadah yang kita kerjakan? akan tetapi pernahkah kita merasakan kenikmatan dan kemanisan yang hakiki sewaktu kita melaksanakan ibadah tersebut?
Kalau hakikat ini belum kita rasakan, berarti ada sesuatu yang kurang dalam iman kita, ada sesuatu yang perlu dikoreksi dalam keislaman kita. Karena manisnya iman dan indahnya Islam itu bukan sekedar teori belaka, tapi benar-benar merupakan kenyataan hakiki yang dirasakan oleh orang yang memiliki keimanan dan ketaatan yang kuat kepada Allah ?, yang wujudnya berupa kebahagian dan ketenangan hidup di dunia, serta perasaan gembira dan senang ketika beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah ?.
Contoh ayat Al Qur-an, diantaranya: pertama:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan ” (QS. ِِan Nahl:97).
Ayat kedua:
“Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan berikan kepada mereka (balasan) kebaikan di dunia.Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui. (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhanmu saja mereka bertawakkal” (QS. An Nahl:41-42).
Ayat ketiga:
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu (di dunia) sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya (di akhirat nanti)” (QS. Huud:3).
Ayat keempat:
“Katakanlah: ”Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertaqwalah kepada Rabbmu”.Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan.Dan bumi Allah itu adalah luas.Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahala bagi mereka dengan tanpa batas (di akhirat)” (QS. Az Zumar:10).
Bagaimana dengan sobat semua di sini, bisakah kita melakukan dan menyadari arti iman yang sesungguhnya.insa Allah dengan usaha yang gigih dan selalu rendah diri di hadapan Allah maka kita akan bisa melaksanakannya.
Keimanan bisa berkurang dan bisa bertambah, karena kemantapan hati bertingkat-tingkat; seperti kemantapan hati terhadap berita tidak sama dengan kemantapan hati terhadap kenyataan langsung. Kemantapan hati terhadap berita satu orang, tidak sama dengan kemantapan hati terhadap berita dari dua orang dan seterusnya.
Maka dari itu Ibrahim Alaihis Salam berkata, "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)." (Al-Baqoroh 260).
Keimanan akan bertambah tergantung kepada ketetapan hati, ketenangan dan kesiapannya. Manusia akan menemukan itu dalam dirinya. Ketika dia menghadiri pengajian yang ada nasehat, tentang syurga dan neraka, maka keimanannya akan bertambah sehingga seakan dia melihat-nya secara langsung, tetapi ketika lalai dan menjauh dari pengajian, maka keyakinannya dalam hati berkurang.
Keimanan dalam perkataan bisa bertambah dan berkurang. Orang yang menyebut Allah sepuluh kali tidak sama dengan orang yang menyebut Allah seratus kali, tambahnya keimanan orang yang kedua lebih besar dari yang pertama. Orang yang mengerjakan ibadah dengan cara yang sempurna, keimanannya akan bertambah lebih banyak daripada orang yang mengerjakannya secara setengah-setengah. Dan orang yang melakukan amal dengan anggota badannya lebih banyak daripada orang lain, maka tambahan keimanannya juga akan lebih banyak daripada orang yang kurang dalam amal perbuatannya. Dijelaskan dalam Al-Quran :
" Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari Malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk Jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya." (Al-Mudatstsir:31).
Kemudian firman Allah, " Dan apabila diturunkan suatu surat, Maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: "Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turannya) surat ini?" Adapun orang-orang yang beriman, Maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira. Dan Adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, Maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam Keadaan kafir." (At-Taubah: 124-125).
Keimanan seseorang mudah sekali berubah, maka kita yang sudah tau betul arti keimanan walau ga terlalu banyak selayakyalah menjaga baik-baik. Karena dengan keimanan hati dan jiwa kita selalu terjaga dari hal yang berbau maksiat. Banyak cara untuk mempertahankan keimanan diantaranya menghadiri acara pengajian, memperbanyak do’a, rutin menjalankan sholat lima waktu lebih bagus ditambah dengan sholat sunahnya di sepertiga malam.
Karena hidup di jaman yang sekarang ini dimana sistim informasi yang begitu cepat seolah tiada batas, seperti kita dapat mengetahui kejadian satu jam yang lalu di belahan dunia paling ujung. Dengan demikian sedikit banyak akan mempengaruhi prilaku kita kalau kita tidak punya benteng keimanan yang kokoh niscaya akan mudah terbawa arus kecangggihan jaman tersebut. Kalau itu baik dan menguntungkan bisa kita ambil manfaatnya tetapi kalau informasi itu bertentangan dengan keyakinan ajaran kita sebagai muslim alangkah bahayanya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar