Dalam lingkungan
kerja pasti ada aja prilaku rekan kerja kita yang mempunyai sifat penjilat. Kita
sangat dibuat jengkel dengan ulahnya. Kadang baik, tapi tak jarang juga
menjatuhkan tanpa tahu sebabnya.
Beragam
orang berarti beragam pula karakter yang akan kita temukan. Begitu pula dalam
dunia kerja. Tuntutan perusahaan tidak jarang membuat satu karakter dengan
karakter yang lain sulit dipertemukan. Padahal agar kita dapat bekerja secara tim,
kita harus saling mengenal dan beradaptasi dengan karakter rekan kerja kita.
“Setiap individu itu unik, agar kompak kita juga harus bisa menyesuaikan diri
kita dengan lingkungan.
Tidak dapat dipungkiri,terkadang dalam sebuah kinerja terdapat karakter yang menguras emosi kita. Misalkan, karakter orang yang selalu “mencari muka” dan ingin menang sendiri. Orang seperti itu mempunyai sifat suka menjatuhkan teman, baik secara diam-diam atau bahkan blak-blakan.
Bagi orang yang kurang smart, menjatuhkan rekan kerja yang dianggap saingan dilakukan secara terang-terangan, yaitu langsung ngoceh di depan atasan tentang kesalahan ataupun kekurangan kita. Cara itu akan membuatnya sedikit lega karena telah berhasil “cari muka” di depan si bos. Sifatnya yang selalu mencoba menonjolkan diri secara terang-terangan, membuat kita lebih mudah mengenal siapa dia.
Rekan kerja yang punya hoby menjatuhkan teman disebabkan karakter yang sudah melekat. Atau mungkin sikap itu muncul karena adanya kesempatan ataupun keterpaksaan akibat ketatnya persaingan. Mereka cenderung ingin mendapatkan hasil segera (bisa jadi kurang tekun dan gigih). Rasa kurang percaya diri dan iri melihat kemampuan lebih rekan lain bisa jadi yang memicu seseorang untuk melakukan tindakan tidak kompetitif itu. ”Pastinya, dia tidak mampu bersaing secara sehat sehingga dia memilih jalan itu.
Dalam bekerja, komunikasi yang baik dan terbuka terhadap masukan/feedback baik dari rekan kerja ataupun atasan perlu dikembangkan. Kalaupun muncul kondisi lingkungan kerja yang saling menjatuhkan, itu karena iklim di perusahaan yang kurang kondusif. Semua itu tidak akan tenjadi jika pimpinan bisa mengenali anak buah dengan baik, yaitu dengan memberi feedback untuk setiap kelebihan dan kekurangan yang dimiliki anak buah serta memberikan kesempatan untuk memperbaikinya. Selain itu, adanya kejelasan kebijakan kriteria karyawan yang baik dan kapan kenaikan pangkat/gaji dapat menghindarkan munculnya sikap saling menjatuhkan.
Tidak perlu menguras energi dan
emosi, jika kita terpaksa berhadapan dengan orang yang hoby menjatuhkan. Bagaimanapun
jika kita optimal mengerjakan segala sesuatunya dan hubungan kita dengan rekan
kerja baik, orang juga akan tahu siapa yang benar dan siapa yang salah"
katanya. Jadikan itu sebagai pengalaman, mungkin saja dan kejadian tensebut
kita menemukan kekurangan kita yang ternyata dianggap sebagai hal penting
olehnya.
Jika kebenaran telah ditegaskan akan menjadi kemenangan yang abadi, jangan ragu
untuk tetap bertahan. Nah, kalau memang kita terpaksa harus berhadapan dengan
sosok orang yang hoby bersaing secara tidak kompetitif, tidak perlu membuat
kita meninggalkan prinsip kita dan menyerang balik lawan kita. Tetaplah kita
menjadi diri kita sendiri dengan tetap berprinsip professional, tenang jangan
terpancing emosi. Dan harus berani mengkrarifikasikan secara personal dengan
atasan atau mungkin rekan kerja di mana teman Anda itu berusaha menjatuhkan
secara personal dengan bahasa yang netral tanpa berusaha untuk menjatuhkan
kembali. Yang terpenting langsung tanyakan ke orang yang ingin menjatuhkan anda
dengan baik baik, apakah ada masalah antara dia dengan Anda yang muncul tanpa
disadari. Mintalah dia untuk terbuka dan jangan ragu meminta maaf jika Anda
telah menyinggung perasaannya. Yang terpenting jangan jadikan musuh atau
meminta orang lain untuk memusuhi, tetap jaga hubungan baik. Itu baru orang
hebat….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar