Cari Blog Ini

Rabu, 12 Mei 2010

Atas Nama Islam

.
Sobat sekarang banyak kita jumpai berbagai peristiwa yang mengatasnamakan islam seperti pengeboman penyebar ketakutan, konfoi berkopiah di jalanan yang menimbulkan kemacetan lalulintas, belum lagi organisasi keislaman yang punya hobi swiping dan masih banyak lagi.

Semua itu sah-sah aja asal di lakukan dengan santun tidak menimbulakan keresahan orang lain disekitarnya. Indonesia yang mayoritas berpenduduk muslim tidak bisa di hindari akan munculnya seperti itu karena merupakan wujud ekspresi salah satu kelompok tertentu, dari berbagai macam peristiwa dan tindakan terhadap kaum muslimin di berbagai muka bumi ini.

Sebetulnya Islam adalah agama yang santun yang mengajarkan umatnya untuk bisa menghormati kelompok lain. Kekerasan bukanlah wajah asli Islam ataupun agama lain, ia hanyalah ‘sisi buram’ kesalahan umat beragama dalam memahami ajaran agamanya secara dangkal. Di sisi lain, sejarah membuktikan bahwa kekerasan yang terjadi dengan mengatasnamakan agama kerapkali terjadi hanya untuk menutupi motif lain (kepentingan dan kehormatan diri, keunggulan ekonomi, ketakutan dan naluri berkuasa) di luar agama.

Akhir-akhir ini dengan perkembangan zaman, di Indonesia banyak muncul sekelompok kecil islam yang menafsirkan Islam secara tekstual, literal dan bahkan melampaui batas ortodok. Inilah yang sering disebut sebagai kelompok fundamentalistik, yang berupaya melakukan perubahan keadaan yang di anggap menyimpang dan tidak sesuai ajaran islam mereka rela mengacungkan pedang ataupun kekerasan bersenjata.

Di lain pihak ada golongan Islam yang mendefinisikan agamanya dengan sangat longgar dan cenderung meninggalkan aturan-aturan islam. Kelompok ini sering disebut muslim liberal yang mereduksi transendensi agama atas nama kebebasan. Karakter dan akar historis dari kedua model Islam itu banyak ditemukan dalam perjalanan sejarah hidup kebangsaan dan berkenegaraan Indonesia.

Namun, di antara kecenderungan ekstrim itu, masih ada kelompok mayoritas yang selalu mengedepankan pemahaman keagamaan yang moderat, yang menyandingkan kesalehan ritual dengan kesalehan sosial, keyakinan beragama dengan toleransi terhadap berbagai bentuk keragaman keyakinan dan budaya.

Banyaknya kejadian pengeboman sebagai aksi teror yang dilakukan segelintir orang dengan mengatasnamakan agama. ‘Jihad’ itulah kata sakral yang selalu didengungkan, tentu saja dengan penafsiran yang sedikit di simpangkan. Kita harus ingat bahwa Islam yang ajarannya bersumber utama dari Quran dan Hadis pasti benar, tak ada yang salah-termasuk ajaran tentang jihad. Namun banyak penafsiran ajaran itulah yang bisa salah.

Kemudian mengapa banyak umat Islam banyak bertingkah seperti “preman” yang beranggapan bahwa di luar mereka itu salah yang sebenarnya mereka sendiri juga tidak benar. Citra keras dan teroris yang menempel dalam islam adalah merupakan imbas dari perlakuan dunia terhadap kelompok kaum muslin. Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi di luar Indonesia banyak mencul penindasan tehadap kaum muslimin. Dunia diam dengan kejadian tersebut kaum Islam di jadikan kelinci percobaan berbagai macam senjata sebagai sasaran tembak dan masih banyak bentuk lain pelakuan buruk terhadap islam. Mereka bebas menghina islam dari mulai betuk seni “karikartun, tari, film“ hingga ke forum diskusi.

Apakah salah bila akan memunculkan kelompok-kelompok islam yang garang yang siap melibas kaum kafir yang identik memusuih islam. Agama yang sesungguhnya memiliki arti sangat ideal sebagai perekat, tali persaudaraan, faktor ketenteraman kehidupan, ternyata berbalik menjadi alat legitimasi perilaku yang menakutkan, mencemaskan (anarkis).

Kita tidak bisa menyalahkan kepada kelompok siapa pun; yang terpenting adalah bagaimana umat Islam mampu melakukan introspeksi diri dengan cara pembenahan cara beragama (keberagamaan) sehingga tercipta ketenangan, ketenteraman kehidupan sosial. Artinya, bagaimana umat Islam mampu menjalankan ajaran agama secara utuh dan komprehensif agar agama bisa menjadi kontribusi dalam proses pembangunan, akhirnya terwujud tampilan (profil) para pemeluk agama yang santun , damai, serta harmonis (tidak anarkis).

Islam telah mengajarkan bahwa ada dua sumber untuk menemukan kebenaran, yaitu dengan jalan melihat ayat-ayat Al-Qur’an yang merupakan sumber utama dan hadist nabi Muhammad SAW sebagai pelengkap atau penyempurna. Keberhasilan sebuah tindakan ditentukan oleh sejauh mana umat beragama mampu menangkap kebenaran di dalam kedua sumber tersebut sebagai pedoman hidup di dunia, serta sejauh mana tingkat keseimbangan dalam memahami kebenaran islam secara utuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar