Cari Blog Ini

Kamis, 20 Mei 2010

Menjaga Kerukunan Umat Islam "prilaku sebagian kelompok Islam"

.
Perbedaan pandangan dan faham adalah hal yang biasa dalam kehidupan bermasyarakat. Tetapi akan menjadi luar biasa ketika faham harus di paksakan. Sudah menjadi tabiat manusia yang selalu mencari dan terus mencari untuk memenuhi kenyamanan hatinya. Dan apakah yang mempunyai faham berbeda dengan yang lain akan diam, marah atau bahkan memerangi mereka ?.

Indonesia dengan penduduk muslim terbesar di dunia tentunya memiliki bermacam keyakinan, yang terdiri dari berbagai kelompok organisasi dan masing-masing mempunyai faham tersendiri. Tetapi semua masih dalam lingkup ajaran Islam yaitu Allah SWT sebagai Tuhan yang Esa dan Nabi Muhammad SAW sebagai Rosulnya serta Al-Qur’an dan Al-Hadist sebagai pedoman utamanya.

Perpecahan dalam suatu kaum sudah terjadi sejak jaman jahiliyah bahkan nabi sendiri sudah mengingatkan kepada umatnya untuk selalu berpegang teguh kepada Islam sebagai agama pamungkas di jagad ini. Tentunya sesuai pedoman yang benar dalam hadits yang di riwayatkan oleh Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al-Azzuri, Hakim, Ahmad, Abu Ya’la, Ibnu Abi Asim. Dari Sahabat Abu Hurairah r.a Rosul bersabda :

“Yahudi telah berpecah menjadi 71 golongan, dan Nasrani telah berpecah menjadi 72 golongan, dan akan berpecah umatku menjadi 73 golongan.”

Dan Tirmidzi berkata hadits ini HASAN SHAHIH. Hakim berkata SOHIHUN ala Shahih Muslim dan disetujui oleh Ad-Dzahabi.

Dari Sahabat Auf Bin Malik r.a : “Yahudi berpecah menjadi 71 golongan, 1 masuk sorga dan 70 masuk neraka. Dan Nasrani berpecah menjadi 72 golongan, 71 masuk neraka dan 1 masuk sorga, Dan demi yang diri Muhammad ada ditangan-Nya, sesungguhnya umatku sungguh-sungguh akan berpecah menjadi 73 golongan, 1 di sorga dan 72 di neraka; kemudian sahabat bertanya: ‘Ya Rasulullah, siapa mereka yang selalu satu itu yang masuk dalam surga (Wahidatun Fil Jannah)?, dijawab oleh Nabi SAW, yaitu ‘Al-Jama’ah‘” (Ibnu Majah, Ibnu Abi Asim dalam As-Sunnah, Imam Al-Laalikai)

Dari hadits tersebut sangat jelas bahwa dalam suatu umat akan terjadi pengelompokan yang mempunyai faham yang sangat berbeda dan semua mengaku yang paling benar, yang jadi masalah ketika kelompok tersebut memaksakan kehendaknya terhadap kelompok lain bahkan berusaha menjegal, disinilah akan timbul konflik dan perpecahan.

Islam merupakan konsep ajaran agama yang mementingkan manusia sebagai tujuan sentral dengan mendasarkan pada konsep tauhidullah yang diarahkan untuk menciptakan kemaslahatan kehidupan dan peradaban umat manusia. Prinsip humanisme inilah yang akan ditranformasikan sebagai nilai yang dihayati dan dilaksanakan dalam kehidupan masyarakat sebagai budaya. Dari sistem prinsip humanisme inilah muncul kepercayaan yang terbentuk antara nilai agama sebagai sumber utama pedoman hidup dengan tata nilai budaya.

Mengapa Saling Fitnah ?

Seakan menjadi hal yang lumrah dalam sejarah Islam, peristiwa-peristiwa memilukan juga turut mewarnai perjalanan Islam. Beragam, peristiwa atau lebih tepatnya fitnah ini tak khayal menjadi "sisi kelam" yang akan terus terjadi pada umat Islam sepanjang masa. Terlebih lagi, berbagai peristiwa yang seharusnya diambil hikmahnya malah disikapi dan dimaknai secara menyimpang oleh sebagaian umat (kelompok) Islam.

Lebih tragis dan ironis lagi, ketika peristiwa yang didahului oleh aksi demonstrasi anarkis yang mengatasnamakan laskar Islam dengan embel-embel memurnikan Islam dan menganggap kelompok lain sebagai Islam sesat, kemudian ada yang menjadikannya sebagai dalil untuk membenarkan aksi-aksi demonstrasi dengan dalih "amar ma'ruf nahi munkar". Ketidaktepatan dalam memahami dan menjalankan ajaran Islam ini, akan menghasilkan perpecahan dalam tubuh islam sendiri. Islam bukan lagi dimaknai secara proporsional namun justru terkekang oleh kepentingan kelompok, yang mengedepankan egoisme.

Agar perbedaan dalam memahami setiap ajaran islam tidak meruncing, maka dibutuhkan ilmu yang cukup dan rasa kearifan. Setiap alur peristiwa semestinya didukung riwayat yang sahih sehingga bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Hawa nafsu pribadi atau kelompok sudah seharusnya tunduk di hadapan dalil-dalil syariat. Bukan malah memutar-mutar ajaran Islam, bahkan berusaha menghilangkan penggalaan syariat-syariat ajaran Islam demi kepentingan kelompoknya. Atau menjungkir balikan fakta ajaran Islam yang justru akan melemahkan Islam itu sendiri.

Kalau terus seperti ini bagaimana Islam akan menjadi agama yang beryoni dan disegani?, karena ajaranya yang selalu memberikan kedamaian dan ketentraman buat seluruh umat manusia dinodai oleh sekelompok orang yang selalu menempatkan egonya paling depan. Memprovokasi kemarahan ummat Islam tentu kita perlu tegas bersuara bahwa fitnah yang disebarkan dengan cara yang sangat melukai umat Islam adalah cara yang biadab.

Sikap menjaga ukhuwah dengan sesama muslim dan tidak bertikai hanya urusan yang sepele memang sudah bagian dari kewajiban kita semua. Bukan suatu hal yang terlalu aneh atau istimewa. Kita semua insya Allah sepakat untuk hal yang satu ini. Karena memang perintah Allah sangat jelas. Bukannya kita tidak boleh berbeda pendapat, tapi seharusnya perbedaan pendapat itu tidak boleh sampai melahirkan sikap saling menjelekkan atau tindakan lain yang merusak kemesraan sesama muslim.

Janganlah kita sibuk dengan aktifitas kita di berbagai majelis ta’lim dan forum diskusi Islam sementara kita sendiri menyebar kebencian terhadap kelompok lain yang sedikit beda faham padahal Allah SWT telah melarang hal itu dalam firmannya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَومٌ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاء مِّن نِّسَاء عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah segolongan orang laki-laki merendahkan golongan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula segolongan perempuan merendahkan golongan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.
Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.


Sikap merendahkan kelompok lain sesama muslim adalah sikap yang jelas-jelas diharamkan Allah SWT dengan firman-Nya. Mana mungkin kita boleh bersikap demikian? Dan mana boleh kita berdiam diri menyaksikan ayat-ayat Allah SWT yang suci ini dijadikan bahan permainan?

Tentu kita wajib untuk saling mengingatkan saudara muslim dengan cara yang paling arif, sebab prilaku saling merendahkan inipun sebenarnya bagian dari kemungkaran yang harus dihilangkan dari setiap diri umat muslim. Allah SWT juga melarang pada hambanya untuk saling menuduh dan memberi gelar atau panggilan yang buruk kepada sesama umat Islam.

Sikap Saling Menghargai

Nilai moral yang diajarkan Islam untuk umat manusia sangat mulia. Tetapi nila-nilai moral itu sering diabaikan begitu saja. Hanya karena dibakar kedengkian seseorang tega memfitnah orang lain, sehingga terjadi pertengkaran dan boleh jadi diakhiri dengan penganiayaan. Kadang hanya karena ambisi egonya sekelompok golangan tertentu rela mengorbankan keimanannya untuk meyingkirkan kelompok lain yang dianggap berbeda faham.Taktik busuk menebarkan fitnah untuk kepentingan pribadi atau golongan ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Orang Islam harus berlaku waspada. Waspada untuk tidak berbuat fitnah dan waspada dalam menghadapi fitnah fihak lain.

Mengapa kita mengharuskan semua manusia hanya punya satu pendapat saja? Mengapa kita mengingkari sejarah Islam yang telah melahirkan begitu banyak mazhab? Baik dalam dunia fiqih, ilmu qiraat, ilmu hadits dan semua cabang ilmu lainnya. Mengapa juga kita ingin memaksakan manusia di dunia ini untuk berpegang pada satu pendapat saja? Padahal nash-nash syariah yang kita punya memang memberi peluang kemungkinan perbedaan pendapat?. Mengapa kita terlalu mudah memaki saudara kita yang kebetulan fatwanya tidak sama dengan fatwa yang kita pegang?. Bagaimana mungkin kita melakukan semua itu, sementara kita bukanlah nabi yang makshum dan terpelihara dari kesalahan dan dosa?

Hidup di dunia ini hanya sebentar, sedang kehidupan akheratlah yang kekal. Jangan sampai karena kesalahan yang sepele, yang mestinya kita dapat menghindari, akhirnya menyebabkan kita masuk ke dalam siksa neraka selamanya. Untuk itu mari kita sama-sama kendalikan lidah kita supaya tidak menebarkan fitnah dan supaya tidak saling membantu dalam menebarkan fitnah. Rasulullah SAW memperingatkan: Inna aktsara khathaya ibni adama fi lisanihi (Sesungguhnya kebanyakan dosa anak Adam berada pada lidahnya) (HR Bukhari-Muslim). Semoga Allah memberikan kemudahan kepada kita semua untuk mengendalikan lidah kita demi keselamatan kita dunia akherat. Amin….

Semoga Allah SWT meluluhkan hati kita untuk dapat saling mencintai di bawah naungan kecintaan kepada-Nya. Semoga Allah SWT meluaskan hati kita untuk dapat menerima perbedaan pendapat dalam masalah khilafiyah, namun bukan untuk menjadi lawan, melainkan menjadi saudara seiman. Amien Ya Rabbal ‘Alamin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar