Allah melarang suatu golongan mengolok-olok golongan lainnya.
Perbuatan ini amatlah dicela karena timbul dari rasa kagum terhadap diri
sendiri yang sekaligus menghina orang lain. Sifat ini akan dapat mengakibatkan
hal-hal yang bisa menimbulkan permusuhan antara teman.
Norma-norma yang dipakai oleh kalangan lelaki dan kalangan
wanita, pada hakekatnya adalah serupa dengan fatamorgana yang sering menipu
pandangan mata atau orang-orang yang berpikiran dangkal. Bisa saja terjadi
orang yang cantik menghina orang yang jelek, yang kaya menghina yang miskin dan
yang muda menghina yang tua, tetapi norma-norma semacam ini bukanlah hakikat
yang sebenarnya. Selain dari itu norma-norma tersebut bukanlah indikasi bagi
ukuran terhormat atau tidaknya seseorang. Adapun norma-norma yang sebenarnya
dan yang dijadikan indikasi dalam merendahkan dan meninggikan derajat seseorang
adalah norma-norma yang ada dalam jiwa seseorang, dan takkan bisa dilihat
kecuali oleh Allah SWT.
Perbuatan mencela orang lain sudah merupakan ciri khas zaman sekarang.
Anda tentu pernah membaca di beberapa surat kabar, seorang tokoh politik
mencela tokoh lainnya dan semua orang-orang yang mendukungnya. Tiada lain,
maksud yang terkandung dalam hatinya ialah ingin memperoleh ketenaran dengan
menjelek-jelekkan orang lain. Dan ada sebagian orang lagi menggunakan “sarana”
mencela orang lain hanyalah untuk melampiaskan rasa dendamnya yang sudah
mematri dalam hatinya terhadap orang yang dicela.
Teringat ketika saya masih bekerja di suatu rumah sakit
sewasta yang lumayan keren.. teman saya dimaki dan dan hina oleh atasanya dengan
rasa penuh kebencian hanya karena persoalan sepele. Kalau di pikir secara
logika sangat tidak pantas di ucapkan oleh seorang pimpinan.
Arti mengumpat mungkin adalah,
seseorang menuturkan sesuatu yang kurang disenangi yang berkaitan dengan
pribadi temannya. Penuturannya itu bisa secara blak-blakan ataupun secara
sindiran; baik yang dituturkannya itu bertalian dengan masalah agamanya atau
kepribadiannya, semuanya sama saja. Perlu diperhatikan, pengertian mengumpat
bukan saja ketika orang yang bersangkutan tidak ada, tetapi bisa juga ketika ia
berada di depan orang yang membicarakannya. Hal ini pun masuk dalam pengertian
mengumpat.
Rasulullah dalam menanggapi masalah
mengumpat ini memberikan penjelasan dalam salah satu sabdanya :
“Apakah kamu tahu artinya ghibah
(mengumpat)?”. Para sahabat menjawab : “Allah dan Rasul lebih mengetahui hal
itu.” Kemudian Nabi SAW bersabda : “Engkau menuturkan perihal saudaramu yang
tidak ia senangi”. Salah seorang sahabat menanyakan : “Barangsiapa jika yang
kututurkan mengenai saudaraku itu benar-benar?”. Beliau menjawab : “Apabila apa
yang kau tuturkanitubenar, berarti engkau telah membicarakannya (mengumpatnya),
dan apabila apa yang kau tuturkan itu sebaliknya, maka engkau telah berkata
bohong mengenai dirinya.( Hadits riwayat Muslim, Abu Daud, Turmudzi dan An
Nasa’i)”
Perbuatan mengumpat adalah perbuatan yang paling jelek dan
dapat mengeruhkan keintiman persahabatan. Karena rasa persahabatan ini hanya
bisa dipupuk dengan saling mempercayai yang timbul dari hati yang ikhlas,
kemudian dipraktekkan dalam bentuk saling menghormati, bermuka ramah dan
berkata jujur. Adapun perbuatan mengatakan perihal orang lain sewaktu ia tidak
ada dan perkataannya itu menyinggung kehormatannya, maka hal ini akan dapat mengeruhkan
keintiman persahabatan.
Makanya yuk kita jalin silahturahmi kesesama orang jangan
melihat siapa dia, tetapi sebesar apa kelebihan dia yang patut untuk kita
ikutin…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar